Enggak terasa sudah di ujung tahun 2024. Aku beberapa bulan lalu pasti enggak menyangka kalau hidup bisa menakjubkan lagi. Harapan yang kukira padam dan enggak akan pernah menyala, percikannya muncul dan membesar kembali sejak pertengahan Juli.
Harapan yang jadi pemantik untuk bertahan hidup, sebenarnya sudah enggak aku punya sejak awal 2023 hingga pertengahan 2024. It made me feel like I was stuck and going nowhere. I had to accept that my life would be like that forever. As someone who always dreams big, it was one of the most awful feelings I’ve ever experienced. Rasanya seperti aku hidup karena aku belum mati. No dreams. No hopes. Nothing.
Lalu, di awal Mei 2024 aku terkena layoff untuk kedua kalinya dalam perjalanan karierku. Semakin terjun bebas semangat hidupku yang hampir enggak ada lagi itu.
Di sisi lain, pasti kalian pernah dengar kalimat 'Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.', kan?
Ternyata, layoff membawaku keluar dari ruang gelap yang kukira jadi tempat untuk selamanya menetap.
Setelah sebulan mencari kerja, melalui berbagai wawancara, dan mengerjakan berbagai tes, akhirnya aku diterima kerja di salah satu agency di daerah Mampang. Fun fact, selama ini aku penasaran bagaimana rasanya kerja di agency. Akhirnya terjawab sejak pertengahan Juli.
It’s funny because some people might want to get a job that’s close to home. But for me, commuting makes me feel alive, maybe because I’m also an extrovert. People-watching is one of my favorite things. Luckily, I don’t have to go to the office every day, I mean it really balances my energy.
Di sisi lain, selain belajar banyak hal baru, aku bertemu banyak kolega yang menyenangkan. Aku bisa sharing soal kehidupan di luar pekerjaan. Lalu, hangout dengan teman yang lain juga lebih mudah karena mereka banyak yang kerja di Jakarta Selatan.
For a moment, it made me think that life was worth living again.
Ternyata, hidupku masih layak untuk diperjuangkan. Mimpiku yang terpendam, masih mungkin untuk diwujudkan. Energiku perlahan kembali untuk menggenggam harapan. Aku enggak lagi mencari dopamine instant sebagai alasan untuk bertahan.
Aku di Januari pasti enggak menyangka kalau suatu hari ia bisa keluar dari ruang hampa. Ternyata ia juga enggak perlu pergi tiap waktu dan traveling tiba-tiba untuk mencari makna hidupnya.
For the first time, I finally feel enough. Now I am ready to move forwards and kiss my past goodbye.
Image: Freepik