Minggu, 23 Juni 2024

Review Novel Pulang-Pergi: Yang Dibawa dan Ditinggalkan - Alexander Thian


Baca novel Pulang-Pergi: Yang Dibawa dan Ditinggalkan karya Koh Alex ini seperti disuguhkan satu loyang kue favorit, yang sebelumnya dikasih per slice. Buatku, rasanya jadi jauh lebih menyenangkan dan nikmat! Mengikuti Koh Alex dari kelas 3 SMP dan sekarang usiaku 26 tahun, aku tahu beberapa potongan cerita di novel ini pernah kubaca di media sosialnya. Senang bukan main, aku bisa baca versi lengkapnya.

Tulisan Koh Alex itu punya magis tersendiri yang sampai hari ini aku kagumi. Berhasil bikin aku selalu baca sampai habis dan merasakan emosi di tulisan itu. Bercerita soal perjalanan hidupnya yang pernah melarat, merasa tidak dicintai Mamanya, hingga berhasil wujudkan mimpi untuk lihat Aurora borealis berkat semangat dari Papanya. Aku nangis berkali-kali karena sedih sekaligus terharu saat baca novel ini.

Aku rasa kalimat 'Hanya karena kamu mencintaiku, bukan berarti aku merasa dicintai olehmu.' bisa terjadi pada hubungan anak dan orang tua. Anak butuh validasi dan pengakuan orang tua, sedangkan orang tua bingung mengutarakan cintanya. Bagian Koh Alex bertemu dan mengonfrontasi Mamanya bikin aku sadar kalau memaafkan orang tua itu banyak manfaatnya. Membuka banyak pintu nikmat yang awalnya tertutup rapat.

Aku punya sedikit cerita soal ini. Dulu, Mamaku selalu mencari kesalahan kecil aku dan adikku. Cuma, kami berdua adalah anak yang keras kepala dan tidak senang diperlakukan seperti itu. Suatu hari kami bicara dengan lantang 'Ma, kalau mau ngobrol, enggak gitu caranya. Mama bisa tanya tadi kita punya kegiatan apa di sekolah. Bukan cari kesahalan yang enggak ada.'

Sejak hari itu, Mamaku berubah jadi lebih lembut. Sejak hari itu, aku sadar kalau banyak orang tua yang bingung untuk memulai obrolan dengan anaknya. Sejak hari itu, kutanya hal-hal kecil yang sebenarnya ada di depan mata. Sejak hari itu, kudengarkan semua cerita Mama dan Papa meskipun sudah diulang untuk kesekian kalinya.

Selain itu, rasanya seperti dipeluk dari jauh setelah baca novel ini. Sedang berada di titik terendah dan mau menyerah atas impianku yang segunung, aku diingatkan Koh Alex melalui tulisannya untuk terus memupuk dan membawa harapan ke mana pun aku melangkah. Prosesnya boleh jadi menyebalkan dan waktu terwujudnya juga belum tahu kapan, tapi jangan menyerah.

Soalnya, harapan yang dipupuk dan dibawa Koh Alex inilah yang bikin ia berhasil lihat Aurora Borealis di Islandia. Btw, rasanya seperti aku yang sedang melakukan perjalanan ini. Aku ikut merasakan takut saat Koh Alex tertahan di imigrasi, kebingungan cari hotelnya di Paris, keseruan main di tumpukan salju di Islandia, hingga motret orang di Belanda. The storytelling is a delightful mix of charm and humor, weaving a story that will keep everyone hooked and laughing!

Oh, ada satu pesan lagi dari novel Pulang-Pergi: Yang Dibawa dan Ditinggalkan yang aku dapatkan. Sometimes fear is only in your head, and just face it. The more you deal with it, the more you realize that in the end, you will be okay.

So here is the review. I highly recommend this novel for those of you who carry a lot of things and your bag feels very full. There may be a lot of things you don't need to carry, like hatred towards yourself, your parents, and your life. Hopefully, after you read this novel, all hatred, miscommunication, and doubt will be reduced, so that your journey towards your goal will become easier and more enjoyable.

Shout out to Koh Alex for the warmth this novel offers!

  • Judul Buku: Pulang-Pergi: Yang Dibawa dan Ditinggalkan
  • Penulis: Alexander Thian
  • ISBN: 9786230933004
  • Penerbit: Akhir Pekan Press
  • Halaman: 340