Beberapa waktu lalu, aku bertukar pesan dengan teman dekat melalui DM Instagram. Aku membalas story-nya saat dia liburan ke luar kota. Sebenarnya ini hal yang biasa kami lakukan; saling membalas story atau cuitan di media sosial. Bahkan isi pesannya pun enggak penting alias hanya kebodohan semata. Dumb and dumber.
Namun, perasaan aneh ini tiba-tiba muncul ketika aku mengirim pesan untuknya. It feels like "Damn, we used to spend time together.", lunch, dinner, hangout after class, dan masih banyak lainnya. Time flies so fast. Karena kami sudah lulus kuliah dan kembali ke Jakarta-yang-memang-luas, kami pun jadi jarang bertemu dan bertukar cerita secara langsung.
Setelah perasaan aneh itu muncul tanpa diundang, aku pun memutuskan untuk membuka WhatsApp. Mengirim pesan ke grup yang cukup usang berisi sembilan orang perempuan. Iya, usang. Setelah kami lulus kuliah, obrolan di grup jadi jarang terjadi. Memang ketika kami kembali ke kota masing-masing, semua punya kesibukan yang berbeda.
Pasti kalian paham, kan, ketika enggak ada lagi kepentingan yang sama, maka intensitas interaksi pun bisa berkurang. Ya, ini bukan masalah dan umum terjadi dalam hidup. Long story short, aku minta foto-foto semasa kuliah karena aku enggak punya banyak di ponsel ini. I want to recall some memories. I want to feel what I felt at that moment.
Beberapa temanku di grup pun mengirimkan banyak foto waktu kami kuliah. Mulai dari foto setiap semester setelah ujian, setiap ada yang ulang tahun, hingga wisuda. And something goes wrong. I just realized about it. Bicara soal I want to feel what I felt at the moment, sialnya aku enggak bisa mengingat kejadian di foto tersebut dengan baik.
Shit, when was this photo taken? What are we really doing besides coming to our friend's graduation? Why do I do this pose? I can't remember it well. Rasanya seperti disuruh menceritakan kembali mimpi yang baru gue alami. Kesusahan. No matter how beautiful the dream is, I still can't tell it completely. Aku hanya bisa mengingat bagian sebelum benar-benar kebangun.
Pasti kalian pernah kesusahan mengingat kembali mimpi yang baru terjadi, kan? Rasanya rungsing sendiri. Bedanya sama foto yang aku lihat adalah kejadian-kejadian ini nyata dan aku alami, tetapi kenapa susah banget mengingat detailnya? Lalu, aku pun mencoba mengingat waktu kami kuliah. Kebanyakan hanya datang sebagai fragmen memori.
Aku jadi teringat sesuatu. Pertanyaan dari dan untuk diriku sendiri. Aku punya teman dekat yang aku enggak pernah ingat alasan kami bisa sedekat itu. What have we done? Do we have the same story? What stories or answers do we exchange? What do we have in common? Aku enggak ingat apapun. Bahkan kepribadian kami pun sangat bertolak belakang.
Based on what I found on the internet, ada banyak faktor yang menyebabkan manusia lupa terhadap detail sebuah kejadian. And I have my (unscientific) theories too. Mungkin karena aku tidak menaruh perhatian saat menghabiskan waktu bersama mereka. Mungkin karena ragaku bersama mereka, tetapi pikiranku entah ke mana. That's why semua hanya jadi fragmen memori.
So yeah, maybe it's time for me, for us, to pay more attention when spending time with someone who is important in our life. To look them in the eye while we are talking. To give them a warm embrace, so we can even remember their perfume and their smells. A gesture to keep memories in our minds. So we can remember all the details, not just the fragments.
Image: Unsplash