Sabtu, 01 Januari 2022

Selamat Tahun Baru 2022


Kalau berjalan sesuai rencana, tulisan ini akan kuunggah tepat di malam tahun baru. Aku pun sudah mulai menyicil rangkuman yang akan kutuangkan di halaman ini. Sudah di penghujung tahun, ini adalah waktu yang tepat untuk menapak tilas apa saja yang sudah aku lalui di 2021. Mencoba untuk merefleksikan diri dan berharap ada banyak hal yang bisa dipelajari.

Kalau boleh aku simpulkan, 2021 adalah puncak komedi sepanjang 23 tahun aku hidup. Tahun ini aku diberi kesempatan untuk merasakan hal-hal besar yang enggak terduga. Ada banyak harapan dan doa yang terjadi. Namun, enggak sedikit kejadian yang memilukan dan menggores luka datang menghampiri tanpa permisi. Salah satunya adalah soal kepergian.

Perihal pergi, tahun ini aku banyak merasakannya. Mulai dari kepergian seseorang yang memang waktu hidupnya sudah habis hingga kepergian beberapa orang karena saat di sebuah persimpangan jalan, tujuanku dengan orang-orang tersebut berbeda. Harusnya ini hal yang mudah dipahami, tetapi rasanya sulit untuk diterima dan aku harus beradaptasi lagi.

Aku percaya bahwa manusia memang memiliki perannya masing-masing. Bisa jadi, setiap manusia memang harus bertemu untuk melengkapi cerita satu sama lain. Sialnya, aku sampai lupa kalau setiap cerita itu pasti memiliki rentang waktu dan akhir. Aku jadi kelimpungan sendiri ketika harus berperan di cerita lainnya meski beberapa bagian favoritku sudah berakhir.

Pun enggak selalu manis, beberapa cerita punya akhir terbuka, menggantung, hingga tragis. Andai saja aku dikasih kisi-kisi kehidupan setiap tahunnya, akan kusiapkan hati yang lapang untuk masalah yang bisa membuat lubang besar di hati. Kupelajari cara menjalani hidup saat enggak sesuai prediksi. Kalau saja dikasih, aku yakin akan ada banyak hati yang cepat pulih. 

When we do the best we can, we never know what miracle is wrought in our life or the life of another. - Helen Keller

Kadang aku berpikir, untuk apa menapak tilas tentang tahun lalu dan menaruh harap di tahun yang baru. Namun, buru-buru kutepis pikiran itu. Karena menapak tilas dan menaruh harap ini bisa jadi ajang refleksi dan evaluasi. Biar kalau aku punya resolusi, aku paham apa saja yang harus ditinggalkan dan apa saja bisa aku perjuangkan. Biar aku bisa lebih hati-hati juga dalam bersikap.

Perkara menaruh harap, aku ingin menjadikannya sebagai pengingat untuk enggak cepat putus asa di tahun-tahun selanjutnya. Meskipun hidup enggak selalu sesuai dengan perkiraan, tetapi juga enggak selalu seburuk apa yang dikhawatirkan, kan? Paling enggak aku jadi bisa punya pegangan bahwa usaha enggak akan mengkhianati hasil dan aku akan menuai yang aku tanam.

I want to love myself louder, so I can love others better. Tahun ini, aku mau mulai belajar untuk menunjukkan perasaan-perasaanku. Karena aku tersadar, bahwa orang di sekelilingku berhak tahu kalau mereka dicintai. Mereka berhak tahu kalau aku peduli. Mereka berhak tahu tanpa harus menebak-nebak dan menganggap bahwa itu ilusi.

I wish we can be content. Semoga sehat dan bahagia menghampiri di tahun selanjutnya. Semoga apa-apa yang memberatkan hati dan kepala di tahun lalu, cepat luruh. Semoga cinta dan kasih yang kita punya, berbalas. Jatuh cinta dan memberi perhatian paling enak itu kepada orang yang tepat. Hidup jauh lebih mudah dan ringan kalau hubungan di dalamnya itu mutual.

Karena hidup enggak mungkin selalu mulus, kalau ada bebatuan di jalan nanti, semoga bisa disingkirkan dan dibersihan dengan baik tanpa banyak memberi luka. Kalau nanti harus membuat keputusan besar, semoga enak dan enggaknya bisa dijalankan dengan baik. Ketika menghadapi banyak perubahan, semoga bisa lekas beradaptasi dengan baik.

Image: Freepik