Kamis, 14 Februari 2019

My Skincare Routine part 2.


Hi, teman-teman! Kali ini aku kembali dengan ide yang sudah lama tidak aku lakukan. Terakhir kapan, ya, aku bahas soal kecantikan dan sebagainya? Hahaha.

Jadi, kali ini aku akan membahas tentang skincare yang sedang dipakai akhir-akhir ini. Produk-produknya sudah pernah aku pakai sebelumnya. Ibaratnya, sebanyak apapun produk yang aku coba, aku kembali lagi ke produk-produk ini. Karena aku anaknya setia, nggak suka ganti-ganti hahaha. 

Oh iya, kenapa judul blognya My Skincare Routine Part 2? Karena ada part 1 nya, girls. Klik di sini, ya, untuk membaca.

Nah, di sini aku langsung bahas gimana, sih, rutinitas aku dengan produk-produk ini. Anyways produk-produk yang aku pakai ini drugstore, jadi gampang banget ditemuinnya dan tentunya nggak bikin kantong kering!

Pertama, hal yang wajib dilakukan untuk mengaplikasikan produk atau skincare adalah wajah yang bersih. Aku pakai empat produk seperti gambar di bawah ini.


Sehari-hari, aku pakai milk cleanser dari Viva yang Bengkuang (sebenarnya aku udah coba varian lainnya dan suka semua), lalu aku cuci muka pakai facial foam dari Pigeon yang klaimnya adalah untuk semua jenis kulit, setelah itu aku pakai face tonic dari Viva untuk mengembalikan keseimbangan pH kulitku setelah pakai sabun cuci muka. 

Lalu, kapan pakai Mustika Ratu-nya? Aku pakai setidaknya seminggu sekali atau setiap menggunakan foundation. Istilahnya, untuk deep cleaning.

Kedua, setelah wajah bersih, kita aplikasikan skincare yang kita miliki. Kali ini aku mau bahas untuk siang hari. Aku pakai tiga produk di bawah ini.


Kenapa aku pakai pelembab dari Nivea padahal ada Wardah Day Cream?

Jadi, Wardah Day Cream ini menurut aku sebuah produk yang win win solution, karena pelembab ini sudah mengandung SPF 30+++. Namun, karena terkadang aku juga perlu pelembab setelah mandi sore, jadi aku pengen yang pure pelembab aja tanpa spf. Itulah sebabnya aku membeli Nivea beserta sunscreen dari Emina dengan SPF 30 PA+++.

Ketiga, produk-produk di malam hari. Setelah terpapar debu dan kotoran saat beraktivitas di siang hari, saatnya kita memberi nutrisi untuk kulit kita di malam hari, girls. 


Aku pakai tiga produk dari merek yang sama. Aku sudah pakai Wardah Night Cream sejak SMA sampai saat ini kuliah semester akhir! Hahaha. Akhir-akhir ini aku mulai sadar dengan serum dan akhirnya aku juga coba serum dari rangkaian Wardah Lightening Series. Jujur, produk-produk ini cukup memberikan hasil, lho!

Gimana hasilnya selama ini? Okay, aku akan menceritakan pengalamanku dengan produk-produk ini. Btw, ini cara aku menggunakan produknya:
1. Siang : Milk Cleanser -  Facial Foam - Toner -  Pelembab - Sunscreen - Make up
2. Malam : Milk Cleanser - Facial Foam - Toner - Serum - Night Cream
3. Deep Cleansing : Milk Cleanser - Peeling - Facial Foam - Toner - Serum - Night Cream

Oh, iya, aku juga pakai sheetmask. Tapi emang jarang maskeran. Jangan diikutin, ya, kalau yang ini! Hahaha.

Buat rangkaian krim, Wardah Night Cream dari rangkaian Lightening Series ini buatku cukup membantu memudarkan bekas jerawat. Jadi kulitku itu bukan acne prone namun setiap menstruasi, pasti datang jerawat dan bekasnya itu menghitam. Menyebalkan, kan? 

Dulu sebelum pakai skincare, aku nggak begitu peduli dengan bekas jerawat itu, tapi setelah rutin pakai, aku sadar kalau bekasnya ini lama-lama memudar. Ditambah sekarang pakai serum, duh, makin lembab kulitku, girls! 

Nah, kalau soal pelembab di siang hari, jujur aku lebih suka Nivea + Sunscreen dari Emina karena lebih bikin lembab. Tapi kalau lagi pengen instant, Wardah Day Cream juga oke dan cepat meresap ke kulit. 

Buat Wardah Night Cream dari rangkaian White Secret, entah kenapa aku merasa kalau produk ini bikin kulit aku lebih kering. Padahal, rangkaian ini lebih mahal atau istilahnya lebih eksklusif dari Lightening Series. That's why setelah produk ini mau habis, aku balik lagi ke rangkaian Lightening Series.

Buat rangkaian pembersih, aku suka semua! Aku pakai pembersih dan toner dari Viva ini dari dulu banget, SMP kalau nggak salah, begitu pun peeling dari Mustika Ratu. Aku udah cobain dari produk lain dan tetap lebih suka peeling dari Mustika Ratu. Facial foam dari Pigeon ini sedikit bikin kering, padahal busa dia sedikit banget, lho. Cuma, masalah itu beneran langsung teratasi setelah pakai toner, jadi aman, deh!

Overall, i am really good with these products and i think i will purchase it again. Setelah ini aku harus menambahkan satu hal lagi, yaitu masker agar kulit kita sehatnya totalitas! Hahaha. Untuk harga, produk yang aku pakai di atas mulai dari Rp7.000-30.000, ya.

Oke, deh, sekian cerita dari pengalamanku menggunakan produk-produk di atas. Selamat mencoba!

Jumat, 08 Februari 2019

Keluh Kesah di Malam Sabtu


Hai, apa kabar? Semoga kalian yang membaca ini sehat dan bahagia selalu, ya, atau setidaknya, selalu kuat dalam menghadapi lika-liku kehidupan. Karena menurut saya, salah satu bagian dari kehidupan ini ya mampu bertahan, bukan begitu? Hahaha.

Sebenarnya, saat ini, saya seharusnya mengerjakan skripsi saya yang minggu lalu saya konsultasikan. Kata dosen, saya harus sedikit menambahkan bagian satu dan segera membuat outline bagian dua. Ah, senangnya, kadang nikmat Tuhan datang dengan berbagai cara. Setelah stuck mengerjakan bagian satu beberapa bulan lalu dan memutuskan ganti tema, akhirnya saya menemukan sebuah jalan yang-tentunya-saya-tahu-tidak-akan-selalu-mulu, ya, setidaknya saya ingin berkata "I am not lost anymore".

Saya ingin mengutarakan isi kepala saya. Sebetulnya ini sudah ada sejak beberapa minggu lalu, saat teman saya mengeluhkan salah satu anggota keluarganya yang suka membandingkan. Saya dan beberapa teman lainnya pun ikut jengkel. Namun, teman saya itu berkata, bahwa anggota keluarga tersebut juga suka memberikan jajan tambahan dan hal baik lainnya. Wah, sesuatu yang menarik buat saya.

Saya jadi berpikir bahwa seringkali saya lupa tentang hal baik yang dilakukan orang lain. Ada benarnya pepatah "Karena nila setitik, rusak susuk sebelanga". Biasanya saat orang lain melakukan kesalahan, emosi langsung menguasai diri kita. Saya, sumpah serapah akan begitu lancarnya keluar dari mulut saya. Beberapa orang yang saya kenal pun.

Menurut saya, ya, tidak salah. Mungkin kesalahan itu memang menyakitkan, mengecewakan, dan mengejutkan. Buat saya, emosi itu yang membuat saya, kamu, kita, menjadi manusia. Hanya saja, seringkali kita lupa bahwa orang lain tersebut pernah melakukan hal baik. Pernah menolong disaat kita membutuhkan pertolongan. Pernah ada disamping kita saat kita membutuhkan sandaran.

Apa, ya? Memang, sih, terkadang saya berpikir untuk menjaga yang membuat saya bahagia dan melepaskan apa yang tidak membuat saya bahagia. Tapi saya juga harus sadar, untuk tidak melakukan itu secara mentah-mentah. Ya, semacam itu, lah.

Duh, sudah lah. Memang kadang jika terlalu dipikirkan jadi semakin rumit dan membingungkan. Saya lanjut mengerjakan tugas akhir dulu, deh. Sampai jumpa!

Selasa, 01 Januari 2019

Selamat tahun baru, teman-teman!

Ini akan jadi tulisan pertama saya di tahun 2019. Sebelumnya selamat tahun baru untuk kita semua, semoga apa yang kita harapkan dan rencanakan berjalan dengan baik di tahun ini. Tahun 2018 benar-benar berarti buat saya. Ya, meskipun setiap detik dalam hidup kita ini selalu berarti. Maksud saya, tahun 2018 benar-benar penuh kejutan buat saya. Mulai dari penyesalan, kebahagiaan, kehilangan, saya rasakan di tahun ini.

Coba saya ingat-ingat, awal tahun, saat saya semester enam, seharusnya saya mengajukan skripsi di tahun itu, tapi saya tidak lakukan., karena saat itu saya beranggapan saya ingin fokus untuk magang. Di semester enam itu mulai dari awal bulan Februari hingga akhir bulan Mei, saya menjalani perkuliahan saya sambil mengirimkan e-mail ke beberapa perusahaan untuk magang. Akhirnya pada bulan Juni – September, saya magang di majalah GADIS, bersama teman kuliah saya, Chalsy.

Magang di GADIS benar-benar memberikan saya pelajaran yang sangat berarti. Bagaimana menjadi penulis, wartawan, pengarah gaya, dan sebagainya. Di tiga bulan tersebut saya bertemu dengan orang-orang baru dan saya sangat senang pernah mengenal mereka. Selain bertemu senior, saya bertemu dengan teman-teman magang lainnya dan hingga saat ini kami masih bertukar pesan.

Saya dekat dengan beberapa teman magang lainnya yaitu Theyta, Juli, Kak Mel, dan Kak NIsa. Theyta, seorang teman yang rasanya saya sudah kenal lama. Dia mengajarkan saya untuk lebih peka terhadap sekililing. Bagaimana menjadi pribadi yang lebih perhatian dan sebagainya.

Ada satu hal yang tidak akan pernah saya lupakan dari magang di GADIS. Sebuah event yang benar-benar mengubah saya hahaha. Saat itu ada konser kpop, entah siapa, saya sungguh tidak peduli. Awalnya, tugas meliput itu diberikan untuk Theyta, tapi ia tidak bisa hingga akhirnya senior memberikan tugas itu kepada saya. Satu hal yang terlintas di kepala saya: “Hah? Ini siapa?”

Mau tidak mau tugas itu saya laksanakan, 30 Juni 2018, salah satu hari bersejarah dalam hidup saya hahaha. Saya datang untuk press conference terlebih dahulu, sebuah keadaan di mana beberapa orang iri dengan saya karena bisa bertemu dengan para member secara langsung dan sedekat itu. Mereka tidak tahu saja, bahwa saya mati-matian menghapal nama member GOT7 tersebut. Saya menghapalnya melalui warna rambut, namun saat mereka keluar, rambut mereka berwarna hitam semua, saya gila. Syukur ada Kak Diza, public relation dari NET, memberi tahu nama member GOT7. Setelah saya menonton konser, oh god, saya sangat menikmati konser itu. Setelah pulang dari konser, saya memastikan diri saya untuk menjadi Ahgase dan membeli album Lullaby. Padahal sebelumnya saya tidak pernah tertarik dengan apapun mengenai Korea.

Kembali ke dunia perkuliahan, semester tujuh ini saya mengerjakan skripsi dan magang. Namun saya mengutamakan mengerjakan dan ujian magang. Seharusnya saya bisa mengerjakan keduanya dengan baik asalkan saya mengatur waktu dengan baik juga. Ah, andai saja. Saya pun memiliki target untuk seminar proposal di bulan Desember, tapi kenyataan tidak berjalan sesuai harapan saya. Dosen saya libur bimbingan mulai akhir Desember hingga awal Februari dan saya kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup saya, nenek, yang mengharuskan saya pulang lebih awal ke Jakarta.

Oh, iya, tahun ini saya juga menjalankan apa pekerjaan sampingan, yaitu menulis untuk sebuah travel agent. Ah, senangnya.

Yeah, it’s okay, saya harus belajar menerima dan ikhlas. Saya bersyukur dengan apapun yang telah saya lalui di tahun 2018.

Target saya di tahun 2019 ini, terutama di semester delapan, studi saya selesai. Selamat tahun baru, teman-teman! Semoga kesehatan, kebahagiaan, kasih dan sayang selalu menyertai kita semua.

Rabu, 05 Desember 2018

1:50 AM

Hai, apa kabar?

Sebenarnya isi tulisan ini sudah ada di kepala saya dari pukul 20.00 WIB tadi. Namun, belum sempat saya membuka laptop dan menuangkannya. Adakah yang lebih suka aktif di malam hari? Dulu saya begitu, sekarang pun juga, hanya saja, belakangan ini saya tidak mengerjakan apa-apa. Melamun? Mungkin. Merenung? Semacam itu. Entahlah.

Saya masih mengerjakan tugas akhir. Tadi pagi saya bertemu dosen pembimbing saya untuk menanyakan kelanjutannya. Syukur, meski belum sepenuhnya lampu hijau, saya boleh melanjutkan ke bagian selanjutnya.

Isi kepala hari ini muncul karena melihat ocehan teman saya yang diminta dosennya untuk menyelesaikan tugas akhir sebelum natal. Kta ini muncul di kepala saya: Wow.

Kalau teman saya baca tulisan saya ini, saya ingin bilang: Goodluck! Lo pasti bisa. Entah seminar proposal atau langsung selesai, lo bisa. Begadang yang lo lakuin selama beberapa minggu terakhir akan terbayar!

Sebenarnya, bukan soal itu poin dari tulisan ini, melainkan soal waktu bagi setiap orang.

Untuk mengajukan dosen pembimbing ini ada dua waktu, sebelum uts dan saat uas. Saya termasuk orang yang mengerjakan sebelum uts. Beberapa teman saya baru memikirkan ide penelitian seminggu sebelum uts dan beberapa lainnya belum mencari dosen pembimbing.

Banyak rencana yang saya sudah susun. Banyak target yang sudah saya buat. Namun kenyataan tidak selalu sesuai dengan harapan. Sampai saat ini saya masih berusaha membuat bagian satu, sedangkan teman saya yang baru memikirkan ide penelitian seminggu sebelum uts sudah mengerjakan bagian tiga. Bahkan teman lain pun sudah ada yang seminar proposal. Target untuk menyelesaikan bagian tiga di bulan ini pun sepertinya harus kandas, karena dalam dua minggu ke depan konsultasi diliburkan selama kurang lebih sepuluh hari karena dosen pembimbing saya ada kegiatan lain.

Setelah saya pikir-pikir, it’s okay. Saya tidak seharusnya tertekan karena orang lain melangkah atau selesai lebih dulu. Memang setiap orang punya waktunya masing-masing. Selama masih dikerjakan dan terus dikerjakan, seharusnya tidak perlu khawatir, kan?

Dari salah satu video di YouTube
“New York is 3 hours ahead of California, but it does not make California slow. Someone graduated at the age of 22, but waited 5 years before securing a good job! Someone became a CEO at 25 and died at 50. While another became a CEO at 50 and live to 90 years. Someone is still single while someone else got married. Obama retires at 55 but Trump starts at 70”
Saya setuju juga dengan kalimat di atas. Mungkin beberapa orang terlihat selangkah lebih maju dan beberapa lainnya terlihat tertinggal. Padahal tidak begitu. Semua orang punya waktunya masing-masing. Meskipun kalimat di atas tidak bisa ditelan mentah-mentah. Karena jika kita terus membandingkan diri kita dengan orang lain, kita akan pusing sendiri. Saya rasa, selama selalu diusahakan, hasil tidak akan mengkhianati usaha. Terkadang semesta juga bekerja dengan caranya yang tidak terduga.

Selamat malam. Selamat beristirahat.




Rabu, 28 November 2018

1:48 AM

Malam ini seorang teman mengunggah tulisannya. Saya berdecak kagum karena ia berani memberi tahukan itu kepada teman-temannya di media sosial. Tapi, dari hal itulah saya belajar dan bertekad untuk berani menulis dan mengungkapkan apa yang sedang saya resahkan.

Awalnya, blog ini saya niatkan untuk berbagi ilmu soal kecantikan dan jalan-jalan, tapi biarlah label About Something ini menjadi lahan untuk hal lain yang ada di kepala saya. Jujur, kadang saya bingung sama diri saya sendiri. Suatu waktu, saya suka menuliskan diri saya dengan “Gue”, terkadang saya ingin terlihat lebih lembut dengan “Aku”, tapi tidak jarang juga saya ingin menggunakan “Saya” dengan bahasa Indonesia yang lebih teratur seperti saat ini. Jadi, jika di lain waktu saya menggunakan “Gue” dan “Aku”, percayalah, itu tetap diri saya.

Belakangan ini saya sedang merasa kosong, entah kenapa. Di semester tujuh ini saya dan teman-teman lainnya sedang mengerjakan skripsi. Hanya saja, kenyataan kadang tidak selalu sesuai harapan. Jalan yang ditempuh tidak selalu mulus. Hampir seminggu saya hanya berdiam di kamar kosan, makan, tiduran, dan begitu terus hingga akhirnya nanti pagi saya akan bertemu dengan dosen pembimbing saya.

Kadang saya ingin sekali mengeluh ke orang-orang terdekat, namun setelah saya pikir-pikir, mereka sudah cukup pusing dengan urusan masing-masing, saya tidak perlu menambahkannya. Hal yang bisa saya lakukan untuk sedikit mengurangi beban di kepala, ya, ini, menulis lagi di blog.

Kalian suka merasa semangat mengerjakan sesuatu, tidak? Sampai saat ini, salah satu pekerjaan yang saya impikan adalah menjadi penulis. Syukur, belakangan ini impian itu saya lakukan. Saya magang menjadi penulis dan reporter, setelah itu menjadi penulis bayaran di salah satu travel planner di Jakarta.

Ketertarikan saya terhadap menulis juga saya tuangkan bersama khayalan saya, kalian pasti paham, ya. Saya mencoba menulis fiksi dengan beberapa latar belakang berbeda. Sayangnya, saya suka terlalu semangat, seringkali juga bingung harus membuat skenario apalagi. Tapi sudahlah, tulisan di folder itu akan selalu saya usahakan dan kerjakan. Hal yang lebih penting lainnya ialah, skripsi saya yang harus cepat kelar agar saya cepat mendapat gelar.

Sekian, selamat malam. Selamat beristirahat, teman.