Di Sabtu siang menjelang sore ini gue mencoba untuk produktif dengan memaksa diri untuk membuka laptop dan menulis kalimat ini. Gue ingin menceritakan pengalaman piknik ala-ala di Taman Tabebuya untuk pertama kalinya dalam hidup ini. Omg, where have you been, Felly?
Kalian pasti tahu, kan, piknik ala-ala yang banyak orang-orang lakukan dan posting di Instagram atau Pinterest? Akhirnya gue melakukan hal itu. Berawal dari rencana main yang entah sudah enggak tahu mau ke mana lagi, muncul ide untuk melakukan piknik di taman.
Awalnya kita mau ke Kebun Raya Bogor karena sebelumnya kita sudah pernah jalan-jalan ke sana. Tahu, kan, Kebun Raya Bogor? Pas banget untuk piknik ala-ala. Sayangnya, salah satu teman gue enggak bisa ikut dan kita kekurangan mobil. Sebenarnya bisa, sih, naik KRL, tetapi sebagian besar teman gue enggak mau.
Setelah scroll sana-sini dan berunding panjang, akhirnya kita piknik di Taman Tabebuya yang berada di Jakarta Selatan. Fyi, kita tinggal di daerah Jakarta Barat dan Tangerang. Sebuah usaha besar untuk piknik ala-ala ini.
Oh, iya, gue selalu suka untuk terlibat dalam merencanakan sesuatu apalagi berpergian seperti waktu liburan ke Bandung. Sayangnya, dua hari sebelum pergi tubuh gue enggak bertenaga. Jadi, gue tim ikut ke mana pun hasil diskusinya. Selain itu, kita semua juga kebagian tugas untuk membawa makanan atau barang-barang lucu yang akan menambah estetika piknik nanti. Gue pun kebagian untuk menggoreng Pempek Arjei milik Reyfanny Jullianty.
Gue, Cici, Bunda, dan Reyfanny satu mobil dengan Vinka. Sedangkan Levi dan Ghisanda naik taksi online. One of the good things about my friendship is that general expenses are divided equally. Salah satu hal yang patut disyukuri dalam hidup. Biar semua sama-sama enak. Ini bisa jadi tips untuk kalian kalau mau berpergian bareng teman-teman. Ditotal aja semua lalu bagi rata.
Setelah keluar-masuk beberapa pintu tol dan menyanyikan lagu mulai dari Day6, BTS, ITZY, hingga Jessi, akhirnya kita sampai di Taman Tabebuya. Apa, sih, yang spesial dari Taman Tabebuya? Enggak ada. Hanya taman biasa seperti yang ada di setiap kecamatan atau kelurahan. Bedanya, daerah Jagakarsa entah kenapa masih asri dan adem banget.
Masuk ke Taman Tabebuya itu gratis, enggak dipungut biaya sepeser pun. Sebelum masuk tentu suhu tubuh kita harus dicek dan cuci tangan terlebih dahulu. Dari luar, Taman Tabebuya itu tampak kecil, tetapi ketika sudah masuk, cukup besar dan banyak orang datang ke taman ini untuk olahraga pagi. Iya, kita semua menyaksikan orang-orang pada lari pagi karena kita sudah tiba sekitar pukul 08.00 WIB.
Gue masih heran kenapa bisa kita semua berangkat sepagi itu.
I really want to say kalau Taman Tabebuya itu minim sampah alias bersih terawat, guys. Kita menggelar kain yang-sebenarnya-adalah-taplak-meja di rerumputan hijau enggak jauh dari pintu masuk. Setelah masalah tata letak kain agar estetik selesai, saatnya menata makanan agar terlihat indah di foto.
Okay, everything's fine, all set. Camera, roll, and action!
"Makan dulu atau foto-foto dulu?"
"Foto-foto dulu aja,"
"Sebentar, deh, ini kenapa mereka ke sini?"
"Bun, tolong, dong, Bun!"
"Hush! Hush! Hush! Sana, pergi!"
"Eh, dia ke sini. Aduh, woy, gue takut!"
"Bun, itu kamu doang yang berani, Bun!"
"Siram pakai air!"
"Siram! Siram! Siram!"
"Ah, dia bersin, dong!"
"AAAAA!!!"
Begitulah kira-kira percakapan kita semua satu menit setelah menata semua makanan. Entah apa yang mengundang makhluk yang menurut banyak orang ini lucu ke arah kita. Sampai akhirnya kita sadar bahwa salah satu bahan membuat pempek adalah ikan. Indera penciuman hewan itu tajam memang ada benarnya. Enggak hanya satu, tetapi tiga kucing sekaligus mengganggu ketenangan dan kesenangan kita saat itu.
Masalahnya, segala cara kita lakukan agar makhluk berkaki empat itu pergi, tetapi mereka malah semakin mendekat. Alhasil, cara paling ampuh untuk membuat mereka pergi adalah menghabiskan semua pempek agar enggak ada lagi bau amis.
Sialnya, ketika pempek itu sudah habis bahkan dibawa ke mobil Vinka, tiga makhluk lucu itu tetap berada di sekitar kita. Jadi, kesimpulan piknik ala-ala kita minggu lalu adalah mengusir kucing.
Enggak, deh. Tentu kita tetap foto-foto lucu nan menggemaskan. Sebenarnya enggak ada konsep spesifik untuk baju, tetapi baju yang kita pakai banyak yang senada. Gue satu frame dengan Bunda karena kita menggunakan baju bermotif, lalu Vinka dan Reyfanny dengan baju kuning-oranye, terakhir Levi, Ghisanda, dan Cici dengan baju pink-putihnya.
Bonus foto aku dengan Bunda. 😝
Taurus x Scorpio. 😉
Enggak cuma olahraga, ada sekelompok perempuan yang sedang meng-cover dance dari GFriend dan beberapa orang yang bersantai di taman ini. Namun, entah kenapa orang-orang ini satu per satu membereskan barangnya dan bergegas untuk keluar taman. Ternyata, selama pandemi Taman Tabebuya ada sistem buka-tutup. Kalau pagi, di buka dari jam 07.00-10.00 dan lanjut 14.00-17.00 WIB.
Gue enggak jadi mengeluh berangkat sepagi itu. Kalau aja kita berangkat lebih siang lagi, pasti waktunya enggak enak banget. Di menit terakhir pun kita jadi buru-buru fotonya. Eh, ini salah kucing juga! Mereka menyita 87% waktu kita untuk mengusir mereka.
Apakah kita kembali ke rumah begitu saja? Oh, enggak semudah itu, kawan. Masa jam 10 pagi balik ke rumah? Malu, dong, sama Mama Lisa yang sudah mengoceh karena harus masak pempek pagi-pagi. Rapat dadakan pun terjadi. Akhirnya, kita memutuskan untuk pergi ke Happiness yang enggak jauh dari Taman Tabebuya. Bukan enggak jauh lagi, bahkan kelihatan dari taman ini.
Cuma, jalan hidup memang enggak selalu mulus, kawan. Semesta kadang suka bercanda dengan kita. ((SEMESTA)). Ibaratnya jalan, pasti ada aja lubang atau kerikil yang bikin kita oleng ke kanan dan kiri. Kecerdasan kita di sini adalah memesan taksi online dan belok ke kiri ketika posisi itu kafe ada di sebelah kanan. What a stupid wonderful time.
Setelah pesan minuman, kita duduk untuk bersantai sejenak setelah memikirkan betapa bodohnya kita. Jangan heran kenapa kita enggak pesan makanan karena kimbab Vinka masih sisa banyak. Ah, senangnya alias hemat, cuy!
Tentu enggak akan lupa dan terlewatkan sesi foto-foto bagian dua di kafe.
Entah kenapa waktu berjalan begitu lambat hari itu. Setelah foto ke sana-sini pun waktu masih menunjukkan pukul setengah dua siang. Hal ekstrim yang sebenarnya ingin dilakukan salah satu teman gue adalah mencari hotel untuk kita sambangi beberapa jam untuk bersantai.
Setelah rapat dadakan (lagi) akhirnya kita memutuskan untuk main ke kosan Levi yang berada di Meruya. Sayangnya, perjalanan kali ini kita lalui tanpa Ghisanda karena dia mau pacaran. Bye, Ghis. Berakhir pula perjalanan kita di daerah Jakarta Selatan ini dengan Levi naik taksi online sendiri dan sisanya di mobil Vinka.
Setelah sampai, tentu gue tidak lupa membeli es di depan gerbang kosan Levi terlebih dahulu. Kali ini gue jajan bersama Bunda. Kalau gue itu Levi, gue akan membeli es di sana setiap hari. Sepertinya gue hidup untuk minum es coklat dan kopi, deh.
Konser di mobil selama 40 menit membuat perut kita semua minta dimasukkan makanan. Pesan bakmi di GoFood adalah jalan ninja kita. Ya, seperti biasa, sambil menunggu bakmi, ini adalah waktunya kirim foto setelah banyak berpose di taman dan kafe. Bakmi selesai dimakan, cerita berurai air mata pun dimulai.
I will end this story here. But I want to express my feelings about everything that happened that day. It was a beautiful and memorable day.
Ternyata seru, ya, mencoba hal baru seperti piknik ala-ala begini. Setelah bertahun-tahun menghabiskan waktu kalau enggak di mal, ya, kafe. Kenal manusia-manusia ini sejak SMA. Tentu, perjalanan pertemanan ini enggak semulus itu. Banyak banget drama yang kita lalui yang kalau diingat suka bikin ketawa sendiri. Pasti akan ada banyak hal yang menanti juga di depan sana yang entah apa. Gue enggak suka janji dan kata selamanya, sih, tetapi kalau gue boleh pinta, let's always try to stick together, okay?
Teman gue di kampus pernah mengenalkan konsep kalau keluarga itu enggak harus selalu sedarah. It sounds cheesy, but now I know and feel the concept.
I am grateful they trusted me to be someone they could count on. Sometimes I am surprised, how strong they are. If I were them, I don't know what to do. Hey, thanks for not giving up, and please don't. There are many places we promised to visit together. There are many concerts we want to watch together.
Life is not always beautiful, but there are many beautiful things that we can find. Let's find it together!
Yours,
Felly E. Putri