Selasa, 06 Oktober 2020

DAY 24: Write About Lesson You've Learned

Wah, banyak banget. Gue akan mencoba menjabarkan pelan-pelan. Semoga bermanfaat.

Gue pernah menjadi orang yang mudah meremehkan sesuatu, terutama yang bisa dibayar dengan uang. Sampai suatu ketika, gue ditampar keadaan sulit. Kalau biasanya gue minta uang lancar, datang waktu saat gue meminta uang yang keluar adalah ocehan. Sejak saat itu, gue sadar betapa berartinya omongan teman gue "Ah, enggak, deh. Sayang uangnya. Itu enggak penting." ketika yang gue lontarkan sebelumya adalah "Bayar aja, sih, Segitu doang, kok!".

Ya, sejak itu gue belajar untuk tidak meremehkan sesuatu. Namun, apakah hal ini membuat gue menjadi irit? Oh, tentu tidak, sobat. Boros adalah jalan ninjaku.

Lalu, akhir-akhir ini gue belajar tentang hidup minimalis. Ini bukan berarti hidup dipenuhi dengan barang-barang minimalis yang estetik, ya. Secara garis besar, gue memaknainya dengan menghargai apa yang gue sudah miliki, membeli barang ketika gue butuh, menggunakan sesuatu sesuai keperluan, dan menghindari tindakan impulsif.

Meskipun gue tahu kalau gue enggak akan sepenuhnya bisa 100% minimalis, tetapi cukup membantu menekan pemborosan yang selama ini terjadi dalam hidup gue. Sekarang gue selalu mencoba menereka-nerka terlebih dahulu, apakah gue butuh, apakah gue harus membelinya, apakah gue harus menyimpannya, apakah gue harus membuangnya, dan semacamnya.

Tahun lalu, gue belajar banyak tentang keadaan diri sendiri. Gue jadi tahu banyak banget hal yang enggak terjadi sesuai dengan harapan gue dan gue harus bersiap akan itu. Gue belajar, hanya karena gue baik dengan orang lain, bukan berarti orang akan melakukan hal yang. Gue. Harus. Menerima. Kenyataan. Itu.

Gue belajar untuk melepaskan hal-hal yang melelahkan hati gue. Terkadang berjalan bersama bukanlah opsi yang baik.

Tahun lalu, gue juga belajar untuk enggak menyerah meski gue tahu rasanya enggak bisa tidur padahal sudah terjaga selama dua hari. Ya, menyelesaikan masa studi memberi tahu kalau ternyata gue sanggup melalui sesuatu yang gue kira mustahil.

Di tahun ini, ah, tahun ini nano-nano banget! Tahun ini gue semakin sadar kalau kesehatan mental itu penting. Kalau memang butuh pertolongan jangan takut untuk pergi berobat. Gue juga belajar apa yang biasa di gue, belum tentu di orang lain. Apa yang orang lain bisa lalui, belum tentu sama hasilnya di gue.

Tahun ini gue belajar untuk lebih mendengarkan. Belajar lebih memahami. Belajar untuk tidak menghakimi. Belajar kalau gue mungkin enggak tahu apa-apa tentang apa yang telah dilalui orang lain.

Mungkin gue seorang extrovert, tetapi membuka diri bukanlah pilihan pertama gue. Gue yang akan menentukan siapa yang gue izinkan untuk masuk. Namun, tahun ini gue belajar pelan-pelan untuk menerima orang-orang yang sekiranya terlihat ingin membangun hubungan dengan gue. Ternyata, enggak dikit manfaat baik yang gue rasakan dari membangun relasi.

Senin, 05 Oktober 2020

DAY 23: A Letter To Someone, Anyone

Hi, kamu!

Apa kabarnya hari ini? Semoga semakin kuat dan bisa menghadapi hidup yang kadang penuh lelucon ini, ya!

Terima kasih, ya, karena tidak menyerah hingga hari ini. Meski sakit kepala dan kokosongan menyerang dengan garang di sepanjang malam sebelum tidur.

Melihat jauh ke belakang, kamu sudah banyak berkembang, kok! Meski jauh dari kata sempurna. Jangan mudah puas, ya? Kalau Billy Joel bilang, sih, only fools are satisfied.

Terima kasih, ya, sudah mau belajar banyak tentang diri sendiri. Tahu apa yang kamu mau, apa yang kamu suka, dan apa yang menggangu. Tak apa memilih diri sendiri sebelum orang lain. Sungguh. Kebahagiaanmu penting.

Banyak, ya, keinginan yang tertuang dalam lembaran kertas di rak buku? Meski tak jarang semua terasa tak mungkin. Jangan ragu dengan mimpimu, ya? Kalau bukan dirimu yang percaya dan berusaha, siapa lagi?

Masih menurut Billy Joel, tak ada yang salah bermimpi yang banyak dan setinggi mungkin. Hanya saja, selalubl siapkan hati untuk kemungkinan terburuk. Agar sedih tak berlarut. Ingat, Vienna waits for you.~

Kalau memaafkan sulit, mungkin melepaskan adalah jawabannya. Memang, seringkali perbedaan terjadi di tengah perjalanan. Berdamailah dengan keadaan dan hatimu. Jangan terlalu larut, ya. Bukankah selalu ada pelangi setelah hujan?

Keadaan di hari ini cukup memusingkan, ya. Apakah kata sabar akan membantu? Kalau iya, bersabarlah. Mungkin akan ada waktu yang tepat di kemudian hari saat semua lebih mudah dijalani.

Sudah, ya. Selalu sehat dan bahagia. Semoga suatu hari bisa merasakan apa yang selama ini dibayangkan. Meski hidup tidak selalu mulus. Kecewa dan amarah kerap menghampiri.

P.s: Kalau make a wish yang detail. Pastikan bisa menghadapi enak dan tidaknya. I love you!

Best regards,
Yourself.

Minggu, 04 Oktober 2020

DAY 22: Write About Today

Ternyata gue masih mengecek tantangan ini setiap harinya. Rasanya pengin menyerah, tetapi ternyata gue sanggup mengerjakannya. Mungkin cerita gue enggak panjang atau punya makna, yang gue tahu, gue berhasil menuangkan isi kepala gue dalam setiap harinya dalam kata.

Hari ini gue tidur jam 07:00 dan memulai hari sejak 13:00 karena dipaksa bangun. Kepala gue masih sakit sejak kemarin sibuk memasak dan mengantar makanan yang gue buat bersama Reyfanny dan Cici.

Gue mau cerita sedikit. Sekarang gue tahu kenapa usaha makanan seringkali agak mahal, meski kita tahu harga bahan yang digunakan. Ada tenaga dan waktu yang diluangkan. Kemarin gue tahu rasanya berjam-jam di dapur, memasukkan ke wadah, membungkus, dan mengantarkannya ke orang-orang.

Oh, iya. Cerita ini tentang hari ini, ya. Gue baru saja memutuskan sesuatu. Menerima tawaran dari teman di tempat magang. Kenapa, ya, hidup suka lucu. Gue pernah mengharapkan sesuatu ini sejak berbulan-bulan lalu, eh, dia datang dengan sendirinya.

Ketika datang pun gue bingung harus berbuat dan memutuskan apa. Namun, enggak ada salahnya mencoba hal baru, kan?

Sabtu, 03 Oktober 2020

DAY 21: Write About Love

Apa itu cinta?

Sepertinya definisi soal cinta bagi setiap orang akan berbeda. Ada yang mendefinisikannya sebagai perhatian dengan berjuta pertanyaan setiap hari, membawa buket bunga atau boneka beruang coklat tiba-tiba, atau siap menjemput kapan pun dan di mana pun.

Cinta juga bisa berupa omelan Bapak saat kita pulang larut, tetapi beliau tetap terjaga sampai anaknya tiba di rumah. Atau ocehan Ibu karena lemari berantakan karena suami dan anaknya asal mengambil baju, tetapi tetap beliau bereskan?

Atau memaafkan meski tahu kalau mendapat pengkhianatan? Atau cinta adalah emosi yang mereda saat melihat seulas senyum di wajahnya?

Atau rasa sabar ketika seorang teman memintamu menunggunya meski tahu kamu akan sendirian di sana ditemani bosan? Atau rasa percaya untuk menyebutkan pin ATM saat memberi kartu untuk diambilkan uangnya?

Dia yang tak berwujud, tetapi kehadirannya sangat terasa. Cinta, definisinya tak terhingga.