Hi! Apa kabar? Kali ini aku mau cerita soal perjalanan tak terdugaku dari Pantai Sendang Biru hingga ke Pantai Sendiki.
Jadi selama merantau di Malang, aku belum menjelajahi wisata yang ada di Malang. Padahal, gunung, pantai, coban, dan semacamnya ada semua di Malang.
Nah, tanggal 30 Desember 2015 kemarin, orang tua temanku datang ke kosan dan pas tanggal 1 Januari 2016, aku dan beberapa teman kosan lainnya diajak pergi sama temenku dan keluarganya ke pantai. Berhubung itu adalah hari Jumat, kami baru mulai jalan sekitar jam setengah satu siang, setelah ayah dan adik-adiknya temanku selesai solat Jumat.
Harapannya, sih, jam 3 sore kami sudah sampai karena aku sudah pernah ke Malang Selatan, ke daerah Bajul Mati itu hanya 2 jam-an. Ya, aku memang berangkat pas subuh, sih.
Jadi ekspektasinya adalah kalau misalkan pantai yang satu kurang bagus, kami bisa pindah ke pantai lainnya. Sebelum kami sudah punya beberapa daftar tujuan pantai yang akan kita kunjungi dan tujuan utamanya itu ke pantai Sendang Biru. Kalau kalian mau ke Pulau Sempu, kalian bisa menyebrang melalui pantai Sendang Biru.
Seperti pada umumnya, kalau ke pantai ekspektasinya ada pantai dengan ombak, main-main di
pasir, menikmati sunset, dan langit jingga layaknya gambar-gambar yang sudah kami lihat di Google. Tapi kadang kenyataan memang tidak sesuai rencana. Jalanan macet dan kita sampai sudah sore, sekitar jam 5.
Namanya juga ekspektasi, bisa terpenuhi, bisa tidak. Pantai Sendang Biru
itu pantai yang penuh kapal-kapal buat nyebrang ke Pulau Sempu.
Hati mana yang tidak kecewa? Ketika diri sudah penuh dengan ekspektasi. Langit sudah mulai gelap, mau pindah ke pantai mana lagi?
Setelah solat Asar, orang tua temanku bertanya ke orang sekitar mengenai pantai terdekat dan di kasih tahu kalau Pantai Tamban itu bagus dan masih di sekitar sana. Akhirnya
kami pindah tujuan walaupun matahari sudah mulai tenggelam.
Tidak memakan waktu yang lama, akhirnya kami sampai. Ternyata, pantai Tamban ini sudah kami lewati sebelumnya karena posisinya berada sebelum pantai Sendang Biru.
Ada dua pantai di daerah sana, Pantai Sendiki dan Tamban, lalu kita memilih untuk
ke pantai Sendiki karena lebih familiar. Pantai Sendiki sudah agak dekat, deburan ombaknya pun sudah terdengar, namun kami harus melalui jalan sempit yang agak susah kalau di lalui mobil. Jadi, kalau kalian ingin ke pantai Sendiki dengan mobil, harus ekstra hati-hati.
Setelah parkir, kami naik ke bukit terlebih dulu, jalan kaki tentunya, karena pantainya ada di balik bukit. Kami naik anak tangga
dan tanah-tanah dibantu dengan senter dari powerbank dan flash handphone, karena minimnya lampu dan kami pun sampai sana sekitar jam setengah tujuh malam. Akhirnya suara ombak mulai terdengar jelas, namun kami tidak bisa melihat apa-apa lagi.
Patah hati untuk yang kedua kalinya. But you know what?
The sky is full of stars! Aku baru melihat lagi langit dengan
bintang sebanyak itu karena keadaannya yang sangat minim cahaya. It was really beautiful. Really. Because i love to see millions of stars. It takes my breath away.
Di pantai Sendiki ini bisa untuk berkemah, bawa tenda sendiri tentunya. Pas aku datang, ada beberapa orang yang menginap di sana. Ini benar-benar yang dinamakan tidur
di bawah ribuan bintang. It was really cool. Sayangnya, kami semua tidak ada yang
bawa kamera. So we can't take a pict of it.
Tidak lama setelah itu kami memutuskan kembali ke Malang. Ya, karena mau apalagi? Menginap tidak, melihat ombak pun sulit. But it can't called a fail trip
at all, because it gave us a great experience. You have to see it!
Untuk harga, seingatku tiket masuk ke Sendang Biru itu 11.000/orang dan tiket masuk ke Sendiki itu 5000/orang. (parkir mobil bayar lagi).
Inilah alasan mengapa itinerary perjalanan sangat penting, ya? Hihi.
See you in next story!