Kamis, 27 Juli 2017

Primer Catrice Pore Refining Anti-Shine Base


Hi! Kali ini aku mau share pengalamanku soal primer, yaitu Prime and Fine Pore Refining Anti-Shine Base dari Catrice Cosmetics. Sejujurnya ini adalah primer pertamaku and i think i’m in love with this primer!

Ada tiga jenis primer dari Catrice. Ada yang putih, pink, dan hijau muda. Aku belum tau kegunaan pastinya dari yang pink dan hijau muda, sih, karena yang aku beli ini warna putih. Yang putih ini cocok untuk kulit berminyak karena hasil yang diberikan itu matte. Fyi, kulit wajahku itu bisa dibilang kombinasi. Bagian T-zone dan sekitarnya itu berminyak dan bagian lainnya normal.

Biasanya, baru pake foundie selama 4 jam aja mukaku udah berasa minyaknya, padahal aku pake foundie yang hasilnya matte. Then, setelah nyari primer yang cukup murah dan direkomendasiin temanku, akhirnya aku pilih primer dari Catrice Cosmetics. 

Warna primer ini putih, cepet meresap di kulit, dan rasanya ringan banget di wajah. Aku pakai foundation dari jam 2 siang sampai 6 sore dengan primer ini dan enggak berasa berminyak sama sekali wajahku. Mungkin karena aku lagi di mall, udaranya sejuk. Akhirnya pas pulang aku sengaja jalan ke sana-sini di sekitar rumah dan bersihin muka sekitar jam setengah 11 malem. 

And you know what? Jam segitu baru mulai berasa minyaknya. Oh iya, menurutku primer ini juga cukup menyamarkan pori-pori. Menurutku, dengan harga Rp72.000 itu cukup affordable untuk ukuran 30ml dengan hasil yang super oke. You have to try it.

Secara keseluruhan, aku suka banget sama primer ini minus baunya aja yang aku kurang suka dan kayaknya wangi itu personal, ya. Overall, it's really worth to try!

Selasa, 11 Juli 2017

Honest Review MAD FOR LIPSTICK - Alpha



Hi! Kali ini aku mau kasih review tentang lipcream yang baru-baru ini aku cobain, yaitu MAD FOR LIPSTICK shade Alpha. Untuk warna aku suka banget warna seperti ini. Shade ini warnanya ash brown meskipun setelah diaplikasiin ke bibirku jadi cokelat sedikit merah. Kalau di temanku, warna Alpha ini jadi cokelat gelap.

Untuk teksturnya lipcream ini creamy. Wanginya juga enak seperti kue. I know people will love the smell. Buat packagingnya menurutku cantik banget. Nggak bulat panjang seperti lipcream biasanya. Bentuk dari MAD FOR LIPSTICK ini kotak panjang dari kaca bening.

Untuk pigmentasinya menurutku bagus, sekali oles langsung mengcover seluruh bibirku. Mungkin juga karena ini warna cokelat, jadi makin oke covernya. Tetapi lipcream agak lengket kalau lagi mingkem dan buatku, berasa kalau kita lagi pakai sesuatu di bibir. If you know what mean. But i found a way to apply this. Sekarang aku hanya pakai di bibir bawah aja, mingkem, dan bibir atas pun sudah ikut ke cover. Kadang aku tetap pakai di bibir atas dan bawah, tetapi tipis-tipis aja. So, bye, lengket-lengket!

Hasil dari lipcream ini matte. Kalau kita lagi enggak makan atau minum apa-apa, it’s really-really okay. Tapi kalau lagi makan dan minum, lipcream ini transfer ke mana-mana, meskipun warna di bibir enggak langsung pudar. Ketahanannya nggak seberapa menurutku.

Overall, aku suka sama lipcream ini karena warna dan wanginya. Untuk harga sekitar Rp130.000. Penilaian aku buat produk ini 7/10. Honestly, i still could find something better for that price.

Okay, that's my honest review about it and see you in next story!


Kamis, 27 April 2017

It's about home.

Hai, I’m coming back!

I’ve told you, kalo gue pindah ke Malang untuk kuliah, dan gue juga pernah cerita soal homesick. Bukan, kali ini bukan cerita soal homesick lagi, but I wanna tell you about something, about home, tempat yang kita butuhin untuk melepas lelah.

Kuliah udah masuk ke pertemuan 7, then it’s time to uts. Karena di fakultas gue jadwal utsnya sesuai jadwal kuliah biasa, which means, hampir semua mahasiswa di kelas gue, terutama yang ngerantau, minta utsnya di minggu pertama, biar minggu keduanya bisa balik, atau yang di sini, bisa liburan. Yup, negosiasi sama dosen kelar, gue uts di minggu pertama semua, kemudian gue pesen tiket untuk pulang ke Jakarta. Dan tiba-tiba satu dosen gue mengubah jadwal jadi minggu kedua, oh what?! Gue langsung reschedule tiket-tiket gue, dan yup, selesailah uts-uts yang cukup memusingkan dan melelahkan itu, karena hampir semuanya ada di minggu pertama.

Cuma empat hari di Jakarta, but it’s okay. Karena pengen santai-santai aja di rumah, bahkan ga bikin janji main sama temen2-ya meskipun akhirnya main juga dengan cara dadakan-. Ketemu temen lama, ngobrolin hal-hal yang terjadi selama gue di Malang, ngedengerin cerita yang berulang-ulang diceritain nenek atau kakek, dengerin ocehan nyokap, ketemu adek gue yang lagi ribet sama krim muka, ketemu bokap yang pulangnya pas anak tidur, dan berangkatnya kadang lebih pagi dari anak sekolah, it makes my pegel-pegel goes away. Terus tiba-tiba sadar, kalo pulang bisa bikin gue lupa sama kampus, tugas, dan lain-lain, even for a while. I feel free and fresh, it feels like your complicated mind just goes away. And i know it’s good for health, and emotion. Dan satu hal lagi, bikin gue sadar, no matter how far you go, you will come back to your own home, you always need your own home.

Make a time for it, don’t forget to come back home, even for a while.


Kamis, 01 Desember 2016

MAKARIZO ADVISOR – ANTI FRIZZ

Hallo, people!

Aku mau kasih sedikit review barang yang baru aku gunakan, yaitu Makarizo Anti Frizz. Ini pertama kalinya aku coba karena tergoda pas lagi belanja di Toko Aster, Malang. (Dasar perempuan, beli belum tentu karena butuh hahaha).
  
Makarizo Anti Frizz ini semacam serum/vitamin rambut buat yang suka bermain-main sama catokan, hairdryer, dan semacamnya. Karena aku baru mulai mencatok dan nge-hairdryer rambut aku, jadinya semakin tergoda untuk beli. Aku beli yang ukuran kecil, yaitu 70ml. Super handy banget! Cocok buat dibawa ke mana-mana karena enggak makan tempat.

Buat penggunaannya, aku langsung aplikasikan setelah keramas kalau ingin mencatok atau mengeringkan rambut.
  
Bye-bye frizzy hair!

Biasanya setelah dikeringkan dengan hairdryer rambutku bakal kusut dan berantakan banget. Setelah aku aplikasikan Makarizo Anti Frizz sebelum styling, kusutnya itu berkurang banget! Ketika menyisir pun nggak takut nyangkut-nyangkut lagi. 

Tekstur Makarizo Anti Frizz ini seperti air, bener-bener ringan banget, dan enggak bikin lengket. I really like it! Untuk harganya sekitar Rp22.500 saja. Sangat affordable. Buat kalian yang suka styling rambut, it's really worth to try!

Ok, this is it. See you on next story, guys!

Kamis, 03 November 2016

Jalan-Jalan ke Bromo Pakai Motor


Akhirnya, setelah hampir setahun tinggal di Malang, menginjakkan kaki juga di Bromo. Tepatnya di bulan April 2016. Setelah libur UTS, teman sebelah kamar kos, sebut saja Dina, dengan entengnya mengajak “Gue mau ke Bromo besok, naik motor tapi, mau ikut ga?”. Wow. Entah saya harus merespon apa.

Setelah mencari informasi mengenai motor ke Bromo, saya pikir “Kenapa enggak? Kapan lagi ke Bromo, bisa kok ke Bromo naik motor dan enggak semahal naik Jeep pula”. Dengan keberanian, mungkin kenekatan lebih tepatnya, saya dan teman kos saya yang lain, sebut saja Levi, meng-iya-kan ajakan tersebut. Keesokan harinya, waktu menunjukan pukul 7 malam, saya dan Levi menanyakan kepastian pergi ke Bromo. Kabar pun tak kunjung jelas, akhirnya saya bilang “jam 8 ada kabar, gue mandi, sampe jam 8 ga ada kabar, gue gajadi ikut”. Lalu ketika jam 8-9 malam, Dina bilang “jadi, nih, jalan jam 11an” dan kami pun bergegas.

Kami pergi bertiga belas dengan tujuh motor. Rencana awalnya saya dengan Levi akan bergantian menyetir karena Dina sudah mendapat tumpangan, tapi ternyata, saya dan Levi benar-benar harus menjadi supir pulang-pergi karena dua perempuan temannya Dina tidak bisa mengendarai motor. FYI, saya dan Levi mengendarai motor matic untuk menanjak Bromo.

Kami berangkat pukul 12 malam lewat Purbolinggo. Perjalanan menuju Bromo menghabiskan waktu sekitar 3-4 jam. Hawa dingin pun mulai terasa saat saya menyusuri jalan di kaki Gunung. Sampai-sampai, saat tangan di taruh di knalpot pun, hanya hangat yang terasa. Tantangan pun dimuli. Perjalanan melewati lautan pasir itu benar-benar butuh perjuangan. Silakan dibayangkan bagaimana ban motor matic membelai pasir? Yes! Engga akan pernah seimbang! Kunci untuk melewati pasir-pasir ini adalah melintasi jalan yang sudah dilintasi Jeep. Pasirnya jauh lebih rata dan memudahkan kita, para pengendara motor.

Sebenarnya yang paling saya takutkan mengendarai motor ke Bromo adalah motor yang tidak sanggup melewati pasir dan menanjak ke Pananjakan. Coba bayangkan, bagaimana rasanya terjebak di lautan pasir pukul 3 pagi? But, hey! Ternyata, motor matic ini sanggup melewati lautan pasir dan mulai menanjak untuk melihat sunrise.

Waktu menunjukan sekitar pukul setengah 4 pagi ketika kami mulai menanjak. Kami disuguhkan pemandangan yang indah, gradasi warna yang mengagumkan, ribuan bintang yang bertebaran, dan bulan yang bersinar terang. Oh, that was really really breathtaking, sampai saya kehilangan fokus menyetir dan akhirnya jatuh karena menikmati pemandangan itu. 

Jatuh dan sakitnya tidak seberapa dengan rasa senang yang saya dapatkan melihat pemandangan itu. Saya penikmat langit malam yang penuh bintang dan itu membuat saya bahagia. 

Really, langit malam yang cerah dan penuh bintang itu sangat membahagiakan

Kami pun melanjutkan perjalanan dan ternyata, kami terlalu siang untuk mengejar sunrise di Pananjakan, karena waktu sudah menjukan pukul setengah 5 pagi. Cakrawala pun mulai terang, garis jingga pun mulai terlihat, dan matahari pun  mulai menunjukan dirinya. Cukup kecewa karena tidak bisa ke Pananjakan. But hey, my friends found a spot to see a sunrise!

Setelah puas menikmati sunrise dan kabut yang melentang luas di sekeliling Gunung Bromo, kami pun turun dan menyadari bahwa jalanan yang kami tanjak subuh tadi cukup terjal. But, hey! We can do it. 

Setelah melewati lautan pasir lagi, istirahat untuk makan, dan berjalan kaki menuju kawah, kami pun mulai menaiki anak tangga satu persatu dan sungguh hal yang melelahkan. Really, I mean it, entah naik dan turunnya, sungguh melelahkan. But, wait, you’ll see a great view from up there! 

Setelah puas dan berpikir “eh, engga ada apa-apa, ya, di atas, kirain ada apa sampe rame banget” kami pun turun dan bergegas untuk melihat bukit teletubbies. Yeah, for me, it’s only a hill, i mean, i haven’t found something special.

Ketika kami bergegas pulang, awan mulai berganti warna menjadi abu, dan gerimis pun datang yang kemudian menjadi hujan. Kami melewati jalan Nongko Jajar/Tumpang, saya lupa. Di sinilah saya mendapatkan pengalaman yang cukup mengagetkan. Jalanan yang licin dan belokan yang curam, memang butuh kehati-hatian yang ekstra. Bibirpun berdarah karena gesekan antara behel, bibir dan aspal. Hal ini yang membuat saya mengatakan “Yaudah ayok ke Bromo, kalo pake motor, gue enggak mau nyetir lagi, kalo bisa pake motor trail aja.” kepada setiap orang yang mengajak saya ke Bromo.

Ah, it's really good trip. Saya tidak menyangka bahwa saya sanggup mengendarai motor selama itu dan mampu melewati jalanan yang bikin jantung berdebar cepat. Namun, kalau harus mengendari motor lagi ke Bromo, saya ingin mengucapkan terima kasih saja. Cukup. Saya sudah pernah dan tidak ingin lagi.