Sabtu, 26 September 2020

DAY 14: Describe Your Style

It's bad. It is.

Terlahir sebagai perempuan, tentu ada konsep feminin yang melekat. Namun, gue malah sebaliknya. Sejak kecil, ketimbang menggunakan pakaian yang feminin, gue lebih sering pakai kaus dan jeans. Hal ini tentu membuat label tomboy melekat dalam diri gue. Ditambah rambut gue selalu pendek.

Label tomboy ini sebenarnya mengurungkan niat gue untuk melakukan beberapa hal, seperti menari waktu di SD. Ah, gue menyesal. Padahal gue sangat tertarik dengan menari.

Style gue itu malah bisa dibilang jelek karena gue enggak sebegitu pedulinya. Kalau kata teman gue, sih, sudah bisa bikin malu sekitar. Gue suka enggak peduli dengan motif celana dan baju yang bertolak belakang.

Ya, biasanya, sih, gue pakai kaus dan jeans aja. Semenjak kuliah, ya, ada celana bahan dan kemeja. Ya, tetapi begitu aja. Gue selalu pilih warna basic. Hitam, cokelat, biru gelap, dan warna-warna basic lainnya.

Hal feminin yang melekat di gue sepertinya hanya make-up dan flatshoes. Gue sesuka itu sama dua hal ini.

These days gue memberanikan diri menggunakan dress. Ah, gue suka banget dengan diri gue kalau lagi pakai dress. Teman gue yang gue percaya punya selera bagus pun bilang kalau long dress fits well on me. Yeah, noted!

Belakangan ini isi keranjang di toko online adalah berbagai macam dress. Gue pun mulai menggunakan dress gue yang sudah lama tersimpan di lemari. Memberanikan diri menggunakan pakaian yang bermotif. 

Ah, senangnya. I hope I can figure out more about myself. What's about you? What's your style?

Jumat, 25 September 2020

DAY 13: Favorite Book

Gue tidak menyangka akan menuliskan nama ini. Gue pikir gue akan menulis judul buku yang memberi gue inspirasi pergi ke suatu tempat. Ternyata enggak. Gue akan menulis judul buku yang ditulis Mas Aih alias Galih Hidayatullah.

Beberapa waktu lalu Mas Aih memberika dua pdf bukunya secara gratis untuk menemani kita di rumah selama PSBB berlangsung. Syukur, gue sempat mengunduhnya.

Ini pertama kalinya gue membaca karya Mas Aih dan gue jatuh cinta dengan Seperti Bianglala, pada Sebuah Akhir Kita Memulai. Kumpulan cerita pendek dan percakapan beberapa tokoh di sini benar-benar memberikan banyak pesan tersirat.

Beberapa cerita punya plot twist yang cukup membuat hati gue kosong sesaat. Kenapa gue pilih buku ini? Kejadian-kejadian yang Mas Aih gambarkan itu dekat dengan kehidupan sehari-sehari. Kita akan merasa tertampar.

Berkali-kali gue unggah potongan-potongan cerita itu, berkali-kali juga gue mendapat balasan dari followers gue "Bukunya siapa, Fel?"

Yes, I know! This book is worth to read. Ketampar juga, kan, kalian ketika baca potongan-potongan yang gue unggah?

Cerita ini mengisahkan bagaimana akhir dari sesuatu itu bisa menjadi sesuatu yang baru. Kebukanya kesempatan-kesempatan lain. Yang lalu biarlah berlalu. Jangan sampai putus harapan.

Kamis, 24 September 2020

DAY 12: Favorite TV Series

Series ini berakhir pada 2018 dengan jumlah 8 musim. Meskipun gue tahu series ini hanya tiga tingkat lebih baik dari sinetron Indonesia penuh dengan drama, tetapi The Vampire Diaries menjadi salah satu series favorit gue.

Mengisahkan kehidupan vampire dan manusia, ya, klasik, mereka saling jatuh cinta. Diperankan oleh Nina Dobrev (Elena Gilbert), Paul Wesley (Stefan Salvatore), dan Ian Somerhalder (Damon Salvatore). 

Gue enggak mungkin menceritakan setiap bagian, kan? Karena beneran panjang dan drama banget series ini, tuh! Namun, kenapa gue tetap menyelesaikannya? The Vampire Diaries itu pelopor dalam hidup gue menonton series.

Di The Vampire Diaries universe ini ada vampire, penyihir, serigala, dan berbagai makhluk astral lainnya. Gue dibuat baper berkali-kali dengan kisah cinta Elena - Stefan dan Elena - Damon. Jujur, gue tim Elena - Damon. Cocok di serial ini, membuat Nina dan Ian pacaran di dunia nyata. Ah, gila!

Sayangnya, di musim ke-6 Nina memutuskan hengkang. Di sana gue tahu rasanya kehilangan ditinggal seseorang. Sumpah, gue patah hati. Sempat terpikir untuk enggak melanjutkan menonton serial ini, tetapi gue selesaikan juga. Syukur, tetap seru!

Awalnya gue enggak kebayang ditinggal pemeran utama. Bakal seperti apa jalan ceritanya? Ternyata penulisnya emang keren! Malah bikin penonton tambah penasaran.

Di sisi lain, saking sukanya gue dengan serial ini, membawa gue untuk menonton spin off-nya, The Original. Gila, The Original universe lebih menyayat hati karena tentang keluarga. Original vampire yang enggak bisa mati dengan mudah. Ah, parah!

The Original pun membuat universe lanjutan, Legacies, yang menceritakan anak-anak dengan kemampuan khusus. Cerita di universe ini sedikit kombinasi dari peran-peran yang ada di The Vampire Diaries dan The Original.

Gue mengikuti tiga serial drama ini. Wow, ini bukan hanya satu. Ya, tetap, semua berawal dari The Vampire Diaries. Para pemainnya terkadang masih suka bertemu dan ini bikin gue kangen berat. Namun, gue enggak sanggup kalau harus menonton ulang. Banyak banget, cuy!

Sepertinya banyak orang yang tahu The Vampire Diaries, tetapi enggak tahu dua serial lanjutannya. Jadi, kalau kalian suka drama bergenre percintaan dan keluarga, tiga serial ini bisa jadi pilihan, guys!

Rabu, 23 September 2020

DAY 11: Talk About Your Sibling

Ya, Allah. Ini manusia pasti bakal membaca tulisan ini karena kita saling mengikuti di Twitter. Namun, namanya tantangan, ya, harus dikerjakan.

Tiga tahun lebih muda, manusia ini lahir 19 tahun lalu tepat pada Hari Pendidikan Nasional. Tentu, hal ini membuat gue dan manusia ini memiliki zodiak yang sama. Iya, gue suka membahas zodiak. Emang kenapa?!

Selain zodiak yang sama, nama gue dan manusia ini pun hanya berbeda dua huruf. Kenapa orang tua gue kurang kreatif, ya? Literally beda dua huruf! Terkadang kita pun enggak tahu siapa yang lagi dipanggil.

Meskipun zodiak dan nama kita berdua sama, tetapi sifat dan sikap kita menghadapi sesuatu itu sangat berbeda.

Dengan tubuh langsing dan ramping membuat manusia ini sering dibilang enggak dikasih makan. Berbeda dengan gue. Malah aneh kalau gue enggak makan.

Punya rambut lurus dan bertekstur halus membuat manusia ini berbeda sendiri di rumah. Namun, suatu kejadian membuat rambutnya tumbuh enggak seindah dulu. Akibat potong rambut enggak izin.

Kalau gue membeli sesuatu karena butuh, manusia ini membeli sesuatu karena rasa penasaran. Kalau gue bisa setia terhadap apa yang gue lagi kerjakan, manusia ini menyerah karena rasa bosan.

"Kalau bisa menumpuk cucian kotor, kenapa tidak?" adalah motto hidup manusia ini. Dia bisa mengganti baju beberapa kali dalam sehari. Ya, meskipun gue akui everything she wears fit well on her.

Manusia ini enggak humoris, tetapi setiap ocehan dan tingkah bodohnya selalu berhasil membuat gue tertawa.
"Kenapa, sih, lu no brain banget?"
"No brain."
"Lu kerja, gih, biar gue cepet-cepet minta duit sama lu."
"Beli kopi, yuk! Tapi lu yang beliin, lah!"

Waktu gue kecil, manusia ini menjadi lawan terbaik untuk berantem. Kalau sekarang, sih, sakit juga dipukul manusia ini.

Kerjaan dia akhir-akhir ini kalau enggak bikin gue naik darah, ya, minta jajan. Kenapa juga selalu gue kasih?

Sekarang sudah membawa pacarnya ke rumah. Salim sama gue dan yang lain untuk izin pergi keluar. Woah, padahal dia akan selalu menjadi adik kecil no matter how old she is.

Gue selalu gregetan dengan anak kecil, sementara manusia ini bisa mengayomi. Gue akan mengatakan yang gue enggak suka, sementar manusia ini hanya perlu dibaca mimik wajahnya.

Apalagi, ya? Gue sudahi saja, deh, tema hari ini. Gue enggak ingin lama-lama mengizinkan manusia berada dalam otak gue. Bye.

Selasa, 22 September 2020

DAY 10: Your Best Friend



Shit. I hate this theme.

Best friend alias sahabat adalah salah satu kata beserta pengertiannya yang gue hindari untuk dibahas. Entah, gue enggak suka aja dengan konsep ini.

Gue mencari pengertian sahabat di KBBI, tetapi enggak ada yang pas di hati. Entah apa itu arti dari kata sahabat.

Kalau dari Urban Dictionary, sih, a best friend is someone who is there for you through thick and thin. It's someone who listens and understands you. Someone you can call anytime about anything you feel you need to 'tell' or 'vent'.

Gue enggak percaya dengan konsep ini mungkin karena gue tahu rasanya ditinggalkan teman tanpa alasan dan pertengkaran. Kalau kata orang zaman sekarang, sih, ghosting.

Kadang gue suka iri dan amaze kalau melihat orang punya teman dari kecil dan dekatnya itu sampai dewasa. Bukan sekedar saling kenal aja.

Gue selalu senang kalau bisa dekat dengan seseorang. Apalagi kalau kita bisa saling berbagi cerita mulai dari hal receh sampai tentang saudara jauh keluarga. Rasanya senang aja ketika seseorang mempercayai gue. 

Namun, apakah gue jadi percaya dengan konsep sahabat? Oh, tentu tidak. Bahkan, gue membatasi kalimat tersebut dengan "teman baik".

Sampai suatu hari gue ditampar dengan sebuah kalimat dari teman gue yang menurutnya gue itu melakukan sesuatu yang gue enggak percaya; persahabatan.

Setelah gue pikir-pikir, betul juga. Bagaimana bisa gue punya hubungan pertemanan dengan seseorang ketika gue dan dia saling percaya sebegitu jauhnya. Mulai dari diizinkan ambil barang di kamarnya kapan pun, cerita dari hal receh sampai soal keluarga, dan masih banyak lainnya.

Meskipun gue masih percaya kalau hubungan pertemanan itu dipengaruhi jarak. Maksud gue, ketika kita dekat dengan seseorang di suatu tempat, lalu kita harus pergi dari tempat itu, pasti cara berkomunikasi kita akan berbeda.

Ini enggak salah, sih, karena memang beberapa hal harus menyesuaikan keadaan aja.

Namun, ada sedikit orang dalam hidup gue yang tidak terpengaruh dengan kepercayaan gue di atas; jarak mempengaruhi. Ada beberapa orang dalam hidup gue yang masih sama cara berkomunikasinya no matter how far we are.

Gue punya segelintir orang yang bisa gue telpon jam 1 pagi hanya untuk mengobrol tanpa arah. Entah kenapa juga gue bisa dihubungi jam 3 pagi untuk menemani mereka. How could I do that if I don't believe about best friend thing?

Orang-orang ini spesial, sih. Mulai dari ketawa sampai tangisnya, gue tahu. Mulai dari eror sampai bijaknya pun gue tahu. Orang-orang ini masuk ke dalam bagian mimpi atau ocehan harapan gue. Entah untuk membuat a atau pergi ke tempat b.

I'm grateful for having them in my life. Mereka mengajarkan gue untuk berbagi ke orang lain, mengajarkan gue untuk peka dengan keadaan, dan mengajarkan gue untuk terus berani punya harapan.

Orang-orang terdekat gue itu ajaib. Kalau berdasarkan zodiak, sih, harusnya enggak cocok. Bahkan, hal sehari-hari aja lebih banyak cekcoknya. Namun, entah kenapa mereka masuk ke daftar orang-orang penting dalam hidup gue. Masuk ke daftar orang-orang yang enggak peduli ocehan gue penting atau enggak, gue akan kasih tahu mereka tanpa takut mereka terganggu.

Gue kenal orang-orang ini sejak masuk SMA. Kalau dihitung-hitung, ya, hampir 8 tahun. Apakah semulus itu pertemanan gue? Ya, tentu tidak, kawan. Gue yang tidak sabaran ini pernah ingin menyerah. Teman gue yang sensitif itu hanya perlu waktu. Oh, jangan lupa yang satu lagi pun enggak suka ambil pusing.

Kan, gue membahas betapa enggak cocoknya sifat antara satu sama lain. 

Apalagi, ya? Ah, sudahlah.

Gue tetap enggak suka kata selamanya, sih. Bullshit aja untuk gue. Namun, gue tetap berdoa, semoga pertemanan gue dan mereka berlangsung lama. Kalau memang waktu gue dan mereka semakin sempit, semoga karena kesibukan orang usia dewasa, bukan karena kita saling meninggalkan.