Sabtu, 10 Oktober 2020
DAY 28: Write About Loving Someone
Jumat, 09 Oktober 2020
DAY 27: Someone Who Inspires Me
Kamis, 08 Oktober 2020
DAY 26: Your School
Rabu, 07 Oktober 2020
DAY 25: Something Inspired of The 11th Image on Your Phone
I don't have any story behind the 11th on my phone. It's just a wallpaper, a pink one, with a blessed letter. It's just a reminder for me to always feel blessed for everything. That is all.
Selasa, 06 Oktober 2020
DAY 24: Write About Lesson You've Learned
Wah, banyak banget. Gue akan mencoba menjabarkan pelan-pelan. Semoga bermanfaat.
Gue pernah menjadi orang yang mudah meremehkan sesuatu, terutama yang bisa dibayar dengan uang. Sampai suatu ketika, gue ditampar keadaan sulit. Kalau biasanya gue minta uang lancar, datang waktu saat gue meminta uang yang keluar adalah ocehan. Sejak saat itu, gue sadar betapa berartinya omongan teman gue "Ah, enggak, deh. Sayang uangnya. Itu enggak penting." ketika yang gue lontarkan sebelumya adalah "Bayar aja, sih, Segitu doang, kok!".
Ya, sejak itu gue belajar untuk tidak meremehkan sesuatu. Namun, apakah hal ini membuat gue menjadi irit? Oh, tentu tidak, sobat. Boros adalah jalan ninjaku.
Lalu, akhir-akhir ini gue belajar tentang hidup minimalis. Ini bukan berarti hidup dipenuhi dengan barang-barang minimalis yang estetik, ya. Secara garis besar, gue memaknainya dengan menghargai apa yang gue sudah miliki, membeli barang ketika gue butuh, menggunakan sesuatu sesuai keperluan, dan menghindari tindakan impulsif.
Meskipun gue tahu kalau gue enggak akan sepenuhnya bisa 100% minimalis, tetapi cukup membantu menekan pemborosan yang selama ini terjadi dalam hidup gue. Sekarang gue selalu mencoba menereka-nerka terlebih dahulu, apakah gue butuh, apakah gue harus membelinya, apakah gue harus menyimpannya, apakah gue harus membuangnya, dan semacamnya.
Tahun lalu, gue belajar banyak tentang keadaan diri sendiri. Gue jadi tahu banyak banget hal yang enggak terjadi sesuai dengan harapan gue dan gue harus bersiap akan itu. Gue belajar, hanya karena gue baik dengan orang lain, bukan berarti orang akan melakukan hal yang. Gue. Harus. Menerima. Kenyataan. Itu.
Gue belajar untuk melepaskan hal-hal yang melelahkan hati gue. Terkadang berjalan bersama bukanlah opsi yang baik.
Tahun lalu, gue juga belajar untuk enggak menyerah meski gue tahu rasanya enggak bisa tidur padahal sudah terjaga selama dua hari. Ya, menyelesaikan masa studi memberi tahu kalau ternyata gue sanggup melalui sesuatu yang gue kira mustahil.
Di tahun ini, ah, tahun ini nano-nano banget! Tahun ini gue semakin sadar kalau kesehatan mental itu penting. Kalau memang butuh pertolongan jangan takut untuk pergi berobat. Gue juga belajar apa yang biasa di gue, belum tentu di orang lain. Apa yang orang lain bisa lalui, belum tentu sama hasilnya di gue.
Tahun ini gue belajar untuk lebih mendengarkan. Belajar lebih memahami. Belajar untuk tidak menghakimi. Belajar kalau gue mungkin enggak tahu apa-apa tentang apa yang telah dilalui orang lain.
Mungkin gue seorang extrovert, tetapi membuka diri bukanlah pilihan pertama gue. Gue yang akan menentukan siapa yang gue izinkan untuk masuk. Namun, tahun ini gue belajar pelan-pelan untuk menerima orang-orang yang sekiranya terlihat ingin membangun hubungan dengan gue. Ternyata, enggak dikit manfaat baik yang gue rasakan dari membangun relasi.