Kamis, 08 Oktober 2020

DAY 26: Your School

Senior High School and College Life are the greatest time of my life but I will tell you from the Elementary - College life.

Masa-masa pas gue SD seru, sih! Gue punya kelompok main. Paham, kan, maksudnya. Gue sering banget berenang setiap minggu sama dua teman gue sampai suatu hari gue kecelakaan dan berhenti melakukan rutinitas mingguan itu.

Gue dekat dengan beberapa orang hingga kini. Walaupun pas SMP & SMA cukup renggang karena sebagian besar kita semua semua beda sekolah atau beda kelas.

Kalau pas SMP, waktu terbaik itu pas kelas delapan. Semuanya seseru itu. Gue ikut ekstrakurikuler bulu tangkis dan beberapa kali ikut latihan basket. Sisanya, I can't tell you any further. There's a pain that I want to make a peace with. That's all.

Kalau SMA, wah, one of the best year of my life, sih. Gue menikmati setiap waktu di sana. Mulai dari kelas 10 - 12. Pernah merasa jadi siswa paling bodoh karena enggak bisa matematika dasar dan dianggap pintar Bahasa Inggris karena nilai gue pernah paling besar. Ini kejadian waktu kelas 10.

Waktu di mana gue suka sama orang dan berani make a move. Gue merasa satu sekolah tahu, deh, gue suka sama ini manusia. Ya, Allah. Enggak ada malunya kalau gue pikir-pikir.

Punya geng namanya GECE, isinya 13 orang. Ya, kalau sekarang, sih, seadanya yang bisa diajak main aja.

Waktu SMA gue aktif di ekstrakurikuler Tari Saman. Pernah ikut SOTR juga. Apalagi, ya? Oh, di skors karena gue ada di tempat kejadian padahal terbukti tidak bersalah (hukuman gue paling ringan sendiri). Tampil di bulan Bahasa sama anak cewek IPB semua angkatan.

Gue juga jadi panitia BTS. Lalu, foto BTS bareng IPB jauh-jauh ke Sentul pas hujan. Ah, lucu juga. Oh, soal IPB, ini kelas one and only di setiap angkatan. Suka dianggap kelas anak buangan. Huh. Tagline kelas gue adalah #IPBnich. Ah, kangen itu kelas yang banyak tempelan kayak kelas anak TK.

Udah, ah. Pusing gue memikirkan ini.

Move to college life. Ini kali pertama gue menginjakkan kaki di Jawa Timur. Merantau. Asli, ini keputusan paling sotoy yang pernah gue buat. Namun, gue enggak pernah menyesalinya.

Punya geng di kampus namanya Pandapuff, isinya sembilan perempuan. Asli. Ini nama terlalu imut untuk gue. Namun, kalau enggak ada mereka, kehidupan perkuliahan gue akan ambyar dan berantakan, deh.

Selalu saling bantu kalau sama anak-anak Pandapuff, tuh! Terpacu untuk belajar atau minimal nilai enggak ada yang bikin sakit mata. Gue enggak pernah punya hubungan manis dengan teman, sih. Emang bukan style gue. Ketemu Pandapuff, ya, pelan-pelan belajar bersikap manis dan kasih perhatian dengan baik ke teman.

Di semester kedua gue ikut gabung ke komunitas JSC yang isinya anak-anak Jabodetabek yang kuliah di Malang. Main sama anak-anak JSC itu dari kumpul karena acara sampai kumpul karena iseng. Enggak nyangka gue bisa bikin JSC Thrift Shop dengan lancar dan buka puasa di Villa. One of the best moment in my college life, sih!

Lalu, ada Sucipto yang kalau gue jabarkan apa artinya kalian akan malas bacanya. Mereka adalah teman kosan, teman hidup, teman berkeluh-kesah, teman berdosa, dan teman apapun namanya. Anak asuh Mr. Anto. Kosannya di Jl. Kertoraharjo yang kalau ada dua mobil beda arah langsung macet.

Gue enggak tahu mau jelasin Sucipto seperti apalagi. Mau masuk kamar tinggal masuk. Mau pinjam make-up tinggal ambil. Mau minta makanan enggak perlu permisi. Ketinggalan barang? Tinggal lempar dari lantai tiga.

Banyak dosa dan kebodohan yang gue lakukan bersama Sucipto, sih. Ada yang gue suruh solat malah foto langit subuh lalu tidur lagi. Ada yang tiba-tiba bawa teman baru ke kosan padahal kita semua kenal semua circle-nya. Ada. Sucipto itu ibarat tempat pulang. Apalagi kalau jam 12 malam.

"PLEASE MASUK GERBANG BARENG."
"CEPETAN ITU PAK ANTO DI GERBANG."
"TITIP JAJAN DI WARUNG 2 REBU. COKLAT-COKLAT."
"PAK WIFI LEMOT, NIH, PAK. RESTART DULU, PAK."
"ANJENG, SIAPA NYANYI JAM SEGINI?! BENTAR LAGI DIMATIIN, NIH, LISTRIK."

*gelap*