Selasa, 27 September 2022

Andai

Kadang, aku masih suka terjaga di tengah malam. Enggak peduli seberapa keras aku berusaha untuk terlelap, kepalaku terlalu berisik dan minta untuk diberi perhatian. Dia memintaku untuk mengingat hal-hal yang telah berlalu bernama kenangan. Sialnya, banyak kenangan yang sebenarnya ingin aku lupakan dan kubur dalam-dalam.

Belum lagi ketika aku berhasil terlelap. Kenangan itu tetap menghantuiku di alam mimpi. Memohon kepadaku agar tidak dilupakan dan selalu diingat. Bukannya apa, mengingat potongan-potongan kenangan ini bikin aku susah bergerak ke mana-mana. Rasanya itu seperti hidup di masa lalu dan terjebak di gelembung bernama andai.

Bukankah menyedihkan ketika seharusnya aku lebih banyak menatap ke depan, tetapi malah diam di tempat dan menghadap ke belakang? Rasanya aku juga ingin memohon ampun kepada semesta. Pasti ada banyak salah yang luput dari ingatan dan aku berlalu begitu saja. Apa di kehidupan sebelumnya aku pernah melakukan hal yang merugikan negara, ya?

Aku juga ingin seperti subjek mimpiku yang rasanya mudah untuk tertawa dan menikmati kehidupan yang sedang berjalan. Namun, kenapa kakiku terasa berat untuk melangkah? Kenapa rasanya masih ada tali tipis yang begitu kuat mengikat? Memang, apa yang aku usahakan belakangan ini belum masuk ke kategori ikhlas, ya, makanya aku jadi begini?

Aku paham, sih, bukan negara saja yang punya musim, tetapi kehidupanku juga. Masalahnya, kenapa rasanya dingin terus? Badainya kenapa enggak juga mereda dan hilang? Kenapa suhunya naik-turun dengan ekstrim? Aku, kan, jadi kesulitan untuk beradaptasi. Tahu, kan, hanya yang mampu beradaptasi yang dapat bertahan? Rasanya aku masih jauh dari sana.

Bukannya salah siapa-siapa, sih. Perasaanku, ya, tanggung jawabku. Aku satu-satunya orang yang bisa mengendalikan isi hati dan kepala ini. Meski kadang banyak diambil alih sampai aku kelimpungan sendiri. Aku, ingin lepas dari ini semua dan melangkah meski perlahan. Rasanya aku sudah enggak lagi tahan menanti terang di gelembung gelap bernama andai.

Jumat, 02 September 2022

Let Me Know

Hi, it's been a long time.
How are you? 
I still don't know how to start, 
but I wish you all the best in life.

Isn't life full of surprises?
Have we thought about this phase?
Have we thought about this situation?
Will we survive,
and get whatever we prayed for in the past?

I can't find the answer.

Everything happened so fast, 
or is it just me who still can't accept change? 
Is change good for all of us? 
Does change bring the best in life?
Or does change just keep us stuck in stifling situations?

Do you know what's worst?
When we dream the same thing,
over and over again. 
When we feel the worst feelings ever, 
without knowing how to let go.

What should I do to detach it?

I want to sleep peacefully.
I don't want to worry,
about things I can't handle.
I don't want to cry,
over the things I can't change.
I want to breathe lightly.

Please let me know, 
if you know the answer. 
Please let me know,
if you make it through this phase.

I want a feeling of peace.

Jumat, 22 Juli 2022

Jalan-jalan ke Bandung dan Now Playing Festival Day 3

Ini adalah salah satu perjalanan enggak terduga di tahun ini meskipun hanya ke Bandung. Out of nowhere, Cici mengajak gue dan Pani ke Bandung untuk nonton konser Now Playing Festival karena ada Tulus di sana. 

Maklum, lagu-lagu di album Manusia lagi laris banget di April itu. Perasaan mau nonton Tulus jadi menggebu-gebu. Mungkin karena efek ingin menyembuhkan diri juga, gue mengiyakan ajakan Cici tersebut untuk nonton di hari ketiga.

Sejujurnya ada penyesalan di hati kita berdua karena bintang tamu di Now Playing Festival Day 1 dan 2 itu juga bagus-bagus banget. Namun, nasi sudah menjadi bubur, jadi kita nikmati saja perjalanan impulsif ini. Here we go!

Transportasi dan Penginapan di Bandung

Tentu, hal esensial yang harus dilakukan sebelum berpergian adalah menentukan transportasi dan penginapan. Akhirnya, yang jadi pergi ke Bandung itu gue, Cici, dan Desi. Kita naik kereta Argo Parahyangan, pulang-pergi, dengan harga Rp95.000 per tiket.

Sebenarnya masih ada tiket yang lebih murah, tetapi karena kita takut salah dan nyasar, akhirnya kita memilih naik Argo Parahyangan yang memakan waktu 3 jam. Ini adalah salah satu kereta ekonomi terenak dengan harga yang cukup murah yang pernah gue coba.

Untuk penginapan, gue menginap di Vue Palace Hotel, hotel bintang 3 yang terletak di tengah kota Bandung. Hotel ini strategis banget karena kita bisa jalan kaki dari Stasiun Bandung. Cuma, karena kita agak bodoh, kemarin kita pakai taksi online ke sana.

Kita menginap 2 hari 3 malam dengan total biaya sekitar Rp700.00-an. Menurut gueharga tersebut cukup murah untuk hotel bintang 3. Btw, buat gue kamarnya enggak begitu luas, sih, tetapi ada yang agak mengganggu.

Sebagai anak yang tidur harus pakai guling, bantal menjadi hal yang esensial. gue pernah menginap di beberapa hotel dan dapat empat, sedangkan di Vue Palace Hotel ini gue cuma dapat dua. Biasa, comparisons are easily done one you've had a taste of perfection.

Jalan-jalan di Bandung

Jujur, ini adalah perjalanan tanpa rencana selain pergi ke Now Playing Festival Day 3. Jadi, kita berangkat ke Bandung dari Gambir hari Sabtu jam 08.00 dan sampai jam 11.00 di Stasiun Bandung. Sampai di hotel sekitar jam 12.00 dan baru bisa check-in jam 13.00. 

Perkiraaan gue, kita bakal main di Braga dan sekitarnya dari sore sampai malam. Ternyata, Cici dan Desi adalah tipe orang yang enggak apa-apa cuma tiduran di hotel selama liburan. Berhubung gue ketiduran, mereka pun senang karena enggak perlu ke mana-mana. 

Alhasil, setelah solat Magrib gue baru jalan-jalan di daerah Braga dan lanjut ke sebuah kafe yang entah alamatnya di mana. Btw, sebelum jalan-jalan ke Braga, kita order Mie Gacoan untuk mengisi perut. Gue senang banget karena terakhir makan mi ini ketika gue masih kuliah di Malang. 

Kita cuma jalan-jalan di Braga dan pergi sebuah kafe yang entah di mana. Kadang gue heran, jauh-jauh ke Bandung malah ke kafe lagi. Semacam enggak ada kafe di Jakarta. Cuma, ya, enggak apa-apa. Memang ke Bandung kali ini sungguh random dan tanpa perencanaan.

Now Playing Festival Day 3

Di hari kedua, gue, Cici, dan Desi pergi bareng Vinka dan dua orang temannya. Sebelum pergi ke Cimahi, kita makan siang dulu di Jardin. Gue pikir, Bandung-Cimahi itu jauh banget. Ternyata perjalanan pakai mobil dengan jalanan lancar itu cuma makan waktu 40 menitan.

Btw, ada hal bodoh di perjalanan kita mau ke Cimahi. Tentu saja kita pakai Maps biar enggak nyasar. Kita pakai handphone si Cici untuk buka Maps tersebut. Perjalanan itu sangat lancar sampai akhirnya kita hampir tiba. Jadi, kita diarahkan ke sebuah jalan yang cuma muat satu mobil.

Akhirnya ada warga yang bilang kalau jalanan ini enggak bisa dimasuki mobil. Pastinya kita heran, dong. Masa arahan dari Maps salah? Pas kita cek lagi, selama perjalanan tadi kita pakai mode motor.  Akhirnya kita keluar dari jalanan itu dan mencari jalan lain untuk menuju tempat konser. 

Sebetulnya, hal yang paling susah ketika bawa mobil ke tempat konser adalah mencari parkir. Syukur, pas kita berhenti di sebuah rumah sakit, itu tempat mengizinkan kita buat parkir sampai malam. Terima kasih untuk tukang parkir yang lagi jaga di sana. Semoga rezekinya lancar!

Gue juga baru paham sama cuaca di Bandung dan sekitarnya. Kita melalui jalan yang becek dan licin untuk ke tempat tujuan. Setelah cek tiket dan sebagainya, sampailah kita di dalam dan disuguhi pemandangan lapangan yang becek dan penuh lumpur karena hujan kemarin.

Gue dan Desi itu pakai sepatu putih, jadi sekeras apapun untuk tetap bersih, akhirnya kotor juga. Karena kita datang agak sore, penampilan yang kita tonton itu cuma Kahitna, Yura Yunita, Tulus dan Dipha Barus. So far, gue enjoy banget sama acara ini.

Meskipun pas bagian Yura Yunita, Tulus, dan Dipha Barus, posisi kita agak jauh. Mereka membawakan lagu-lagu terbaik. Setelah itu, rasanya gue mau nonton konser solo mereka, deh! Semoga ada rezeki dan waktunya untuk nonton konser mereka.

Back to the main topic, jadi ada banyak stand makanan juga di sana. Lumayan kalau kita lagi mau istirahat. Ada stand Tarot juga dan itu bikin gue berpikir, memang bisa konsentrasi ketika bertanya? Menariknya, banyak orang yang ke sana termasuk teman gue.

Btw, Now Playing Festival Day3 ini memberikan pengalaman tersendiri, sih, buat gue. Kapan lagi nonton konser sambil diguyur gerimis? Ya, meskipun lebih seru lagi kalau enggak hujan, sih. Gue menikmati perjalanan ke Bandung kali ini meskipun tanpa rencana.

Jalan-jalan Random dan Impulsif

Gue juga merasakan hal baru, yakni pergi dengan orang-orang yang suka rebahan di hotel. Menarik juga. Definisi bermalas-malasan tanpa melakukan apapun. Lalu, ada hal bodoh lainnya yang baru kita sadari ketika mau pulang.

Gue, Cici, dan Desi pulang ke Jakarta naik kereta lagi. Setelah check out, kita pesan taksi online. Baru dua menit perjalanan, taksi tersebut sudah berhenti. Ternyata kita sudah sampai. Gue heran banget karena ketika hari pertama, perjalanan ke hotel memakan waktu sekitar 10 menit.

Ternyata itu hotel dekat dan bahkan terlihat dari stasiun. Kita butuh waktu untuk mencerna kejadian bodoh ini. Lalu, kenapa pas ke hotel itu agak lama? Ternyata karena jalanannya satu arah, kita harus memutar. Sumpah, ini salah satu kejadian yang akan selalu gue ingat.

Kamis, 21 Juli 2022

Wishful Thinking

Let's play a game
Let's try how great our imagination can be
Let's say we have the same thing
of the wishful thinking

If yours and mine are identical
Can utopias be real?
Can dystopia be chill?
or our soul will go downhill?

Imagination will always be imagination
If there is no courage and action
I'm the only one aiming for it
but always need cooperation for it

Those cities we always dream
Now the light is dim
Those take us to a place of happiness 
Now we're going to the clueless

A bucket of roses I always wait for
It makes me stand like a fool in the corridor
It should be minimal, am I asking too much?
and now my heart needs a patch

But, I've had enough for today
No more time and energy to play
I will save it for another day
to make it work and worthy someday

Senin, 02 Mei 2022

Badai yang Mereda

 
Karena aku tidak suka dengan hal yang kurang pasti, maka sudah kurencanakan perjalananku dengan matang sampai tujuan sebaik mungkin. Namun, kalimat Man Proposes, God Disposes itu ada bukan tanpa alasan. Di perjalanan itu, aku menemukan banyak hal menakjubkan sekaligus melelahkan yang seringkali membuatku ingin menyerah.
 
Sampai pada akhirnya, semua rencana yang (aku pikir) sudah matang tersebut harus berubah total dari yang semestinya. Perjalanan ini membuatku (terpaksa) berteduh di sebuah bangunan gelap yang entah apa namanya. Ingin kusalahkan jalan yang banyak lubang, matahari yang terik, hingga badai yang membuatku terjebak di tempat yang asing ini.
 
Tidak adakah tempat lain yang bisa kusinggahi untuk berteduh? Namun, tetap kulangkahkan kakiku ke dalam dan segera kututup pintu karena angin semakin kencang dan hujan semakin deras. Kuedarkan pandanganku dan nihil. Bahkan jendela besar di segala sisi pun tidak memberikan cahaya apapun karena badai yang sedang berlangsung.
 
Dengan tubuh yang sudah tidak ada lagi tenaga serta rasa kalut yang menyelimuti, aku berusaha untuk tetap waras dan menyusun kembali rencana untuk mencapai tujuan yang seharusnya. Namun, bagaimana aku bisa berencana di ruang yang gelap dan pengap ini? Untuk bernafas saja aku kesulitan. Ditambah sunyi dan dingin yang menusuk tulang.
 
Mengapa aku bisa tersasar sebegini jauhnya? Apa aku kurang teliti saat membuat rencana kemarin? Atau kenapa? Aku berusaha sekuat tenaga untuk tetap sadar dan terjaga. Namun, semua terasa semakin berat. Keadaan seperti ini terlampau asing bagiku. Rasanya aku semakin bingung untuk menentukan arah. Haruskah aku menyerah? Secepat ini?
 
Aku coba urai pelan-pelan. Rasanya aku terlalu fokus pada badai yang menghambat perjalanan yang berhasil mengacak rencanaku. Aku lupa kalau gemuruh yang menaktukan seperti ini akan usai (meski memerlukan waktu) pada akhirnya. Aku, hanya perlu menenangkan diri sejenak dan bertahan dengan bekal yang sudah kusiapkan dengan baik kemarin.
 
Aku, hanya perlu istirahat. Mungkin, dengan terlelap lebih lama bisa menciptakan energi yang lebih banyak. Cahaya yang masuk melalui jendela menganggu kenyamananku saat tidur. Hingga akhirnya aku terjaga dan sadar bahwa kini gemuruhnya jauh mereda, meski belum sepenuhnya berhenti. Aku, bisa melanjutkan perjalanan ini dengan perlahan.
 
Image: Unsplash