Senin, 10 Juni 2024

Proses dan Biaya Pasang Behel di Dokter Gigi

Pakia behel selama 8 tahun, bagaimana proses dan berapa biaya pasang behel di dokter gigi? Aku mau berbagi pengalaman memakai behel atau kawat gigi beberapa tahun lalu. Tenang! Infonya bakal yang terbaru karena beberapa waktu lalu aku ke dokter gigi untuk scaling dan tanya-tanya soal pemasangan kawat gigi.

Aku pernah pakai behel di 2012 pada bagian atas dan bawah gigi. Kemudian, pada 2015 aku sudah bisa melepas bagian bawah dan pada 2022 akhirnya aku melepaskan bagian atas. Kalau dihitung secara keseluruhan, aku pakai behel sekitar 8 tahun lamanya. Fyi, aku pakai selama itu karena kuliah di luar kota dan tidak ingin ganti dokter. Jadi, aku kontrol behel setiap 3-6 bulan sekali, sehingga progresnya lambat.

Apa, sih, yang harus dilakukan sebelum pasang behel atau kawat gigi? Waktu itu, aku melakukan research dan menemukan bahwa pemasangan behel harus dilakukan oleh dokter gigi spesialis ortodonti. Setelah itu, ada beberapa proses yang harus dilakukan mulai dari rontgen, scaling, hingga pencabutan gigi. Dokter akan menjelaskan semua prosesnya secara detail. Berapa biaya pasang behel di dokter gigi? Aku membayar Rp5.000.000 untuk pemasangan atas bawah pada 2012. Aku pakai behel jenis metal. Di dokter yang berbeda, aku bertanya soal pasang behel metal dan harganya Rp6.000.000 untuk atas bawah. Tidak begitu jauh harganya, mengingat aku pasang 10 tahun lalu. Mungkin harga pasang behel turun dan setiap dokter punya tarif yang berbeda.

Back to the topic, gigiku itu besar, tetapi rahangnya sempit. Oleh karena itu, aku harus mencabut empat gigi agar ada ruangan untuk gigiku yang lain. Long story short, gigiku dipasangi bracket dengan karet warna-warni. Aku harus menunggu sekitar 1 jam sebelum makan apapun. Penderitaanku pun dimulai. Gigiku mulai terasa ngilu karena mulai beradaptasi dengan behel yang dipasang. Selama 2 minggu, aku hanya makan bubur saja karena gigiku tidak sanggup mengigit apapun. Selama pakai behel, aku menghindari makanan yang keras karena bisa membuat bracket lepas. Aku harus memotong makananku jadi lebih kecil. 

Di sisi lain, ada satu hal yang juga wajib dilakukan selama pakai behel, yaitu kontrol gigi setiap bulan. Dokter akan mengganti karet dan kawat sesuai dengan kebutuhan. Kadang aku pakai karet yang satuan (O-rings), kadang aku juga pakai karet yang sambung (Power chain). Selama pakai behel, aku bayar kontrol gigi dari Rp150.000 hingga Rp300.000 per bulannya. Aku bertanya pada teman-temanku yang pasang behel, untuk kontrol gigi sekarang harganya di kisaran Rp350.000 per kontrol. Namun, perlu kalian ketahui kalau setiap dokter gigi punya aturannya masing-masing. Ada yang harus bayar pemasangan bracket jika copot dan ada yang tidak. Selain itu, selama aku pakai behel, aku menggunakan sikat gigi khusus. Namun, karena harganya cukup mahal, aku memutuskan pakai sikat gigi anak-anak saja. 

Berdasarkan pengalamanku dan survey kecil-kecilan, rata-rata biaya pasang behel di dokter gigi sekarang sekitar Rp6.000.000 dengan biaya kontrol Rp350.000 per datang. Durasi pemakaian pun tergantung kerumitan dan frekuensi kontrol. Sekarang banyak banget klinik yang memberikan promo. Kalian bisa tanya-tanya langsung, ya!

Rabu, 05 Juni 2024

Hampir Tengah Malam

“Sa, gimana kalau gue nggak jadi apa-apa?”
“Memang kamu mau berubah jadi apa?”
“Nggak… bukan begitu.” “Terus?”
“Kayak… nggak punya kerjaan yang mentereng, jabatan yang tinggi, kayak yang lain…”
“Oh… memangnya harus jadi apa-apa, ya? Nggak boleh jadi biasa-biasa aja?”
“Soalnya, rasanya kayak ketinggalan jauh, Sa…”
“Oh… memangnya kamu diajak lomba siapa-sampai-lebih-dulu?” 
Nggak, sih…”
“Ya… terus?”
“…………”
“Kamu, tuh, lagi perang sama isi kepalamu sendiri. Dari awal juga nggak ada yang ajak kamu lomba, siapa lebih dulu sampai. Kalau kamu ikut lari bareng mereka itu, belum tentu kamu puas sama hasilnya. Tujuan kamu sama mereka belum tentu sama. Tolak ukur keberhasilannya pasti beda. Mending kamu pulang, istirahat. Bapakmu telepon dari tadi kamu bahkan nggak sadar!”

Senin, 22 Januari 2024

Courage and Honesty

Kalau dibandingkan dengan 2021-2022, memang 2023 lebih baik. Tahun ini, aku banyak melakukan hal secara sadar, termasuk berkata tidak dan menolak ajakan orang-orang terdekat. Tahun ini, aku lebih banyak memilih dan mengikuti kemauanku sendiri. Aku, jadi lebih berani.

Sebelum aku bercerita lebih panjang, aku mau berterima kasih untuk akun Instagram @austeread yang sering banget bikin konten berbeda dari kebanyakan. Akun Instagram ini kasih banyak insight buatku tentang hidup. Dari akun ini, aku paham bahwa hidup enggak selalu soal menanjak dan aku juga belajar tentang being content.

Di 2023 ini, aku belajar soal waktu. Aku menyadari bahwa keinginan enggak langsung terwujud, ya, karena memang belum waktunya. Aku ingat banget, pada 2020 aku pernah mengoceh tentang kerja dekat rumah dengan banyak freelance. Aku bilang begitu mengingat jarak kantorku cukup jauh dari rumah. Rumahku di Cengkareng, kantor lamaku di SCBD. Awal Januari 2023, aku mendapat offering kerja di dekat rumah dan tawaran menjadi freelance writer untuk beberapa perusahaan. 

The power of what I was thinking.

Waktuku kecil, aku suka banget ngomong pakai bahasa asing yang saat itu pun aku enggak tahu lagi ngomong bahasa apa. I was just mumbling. Aku waktu kecil juga penasaran rasanya jalan-jalan ke luar negeri. Di 2023, keinginan itu kesampaian. Jalan-jalan ke Singapura bersama teman baikku. Di sana pun aku menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan warga lokal. Aku mengunjungi tempat yang dulu cuma bisa aku lihat dari internet dan dengar dari cerita teman-temanku.

Di 2023, ini tahun pertamaku bertemu psikolog. Kalau dipikir-pikir, apa yang membuatku ke psikolog bukan hal yang menggelegar, tetapi buatku tetap memuakkan.

Rinduku Kian Serakah

Aku paham, sih. Sebagai manusia, aku dititipkan dengan berbagai macam perasaan, termasuk merindu. Masalahnya, belakangan ini rinduku kian serakah. Ia mengecilkan perasaanku yang lain dan membesarkan diri. Membuat dadaku terasa penuh dan sesak.

Sudah membesarkan diri dan memaksa yang lain untuk mengecil, rindu yang kian serakah ini juga minta untuk dikeluarkan dan disampaikan. Gila, ya? Mau ditaruh mana mukaku.

Sudah kusuruh ia diam sejak beberapa hari lalu, tetapi ia malah menggila dan menjadi-jadi. Ia mulai menggangguku lewat mimpi. Seakan-akan berkata, kalau tidak segera dikeluarkan, maka tidurku tidak akan tenang.

Sudah, ya. Hanya segini kemampuanku untuk mengeluarkan kamu. 

Jangan lagi membesarkan diri dan membuatku malu seperti ini. 

Jangan datang lagi ke mimpiku. 

Sungguh, aku ingin tidur dengan tenang. 

Segeralah merindu yang lain.

Sabtu, 25 November 2023

Jalan-jalan ke Singapura

 


Mungkin apa yang terjadi sekarang adalah impian dan harapan kita di masa lalu

Ini adalah salah satu impianku di masa lalu yang terwujud. Tumbuh dengan teman-teman yang pergi ke luar negeri saat liburan sekolah, membuatku berpikir 'bagaimana rasanya jalan-jalan ke luar negeri?' dan hari itu, meskipun-butuh-waktu-beberapa-tahun akhirnya terjawab.

Ada perasaan gembira saat aku ingin membuat paspor beberapa bulan lalu. Buku kecil bersampul hijau tua yang wajib kumiliki jika ingin berpergian ke luar negeri. Saat paspor sudah di tangan, ada diriku versi remaja yang sedang loncat kegirangan di sana.

Long story short, aku menghabiskan waktu 4 hari 3 malam di Singapura bersama temanku, Cici. Kami berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pada Jumat, 25 Agustus 2023 sekitar pukul 11 siang waktu Jakarta dan tiba di Bandara Changi sekitar pukul 2 siang waktu Singapura.

Setelah urusan imigrasi dan Ez-Link (kartu MRT) selesai, kami pun menyempatkan diri untuk ke Jewel. Rasanya belum afdol kalau singgah di Bandara Changi, tetapi enggak ke Jewel.

It's really huge dan ada banyak spot untuk berfoto, dari lantai dasar hingga atas. Mungkin karena sudah lelah, kami hanya mengambil beberapa foto dan video saja. Kami juga sudah punya janji untuk bertemu Kak Mel, temanku yang tinggal di Singapura. 

Kami sedang kejar-kejaran dengan waktu.

Day 1: Makan Malam dan Minum Kopi di Orchard

Salah satu hal yang aku suka dari Singapura adalah transportasi umum yang sangat memadai. Kami menggunakan MRT dari bandara untuk ke hotel yang berada di Owen Road. Mungkin bisa jadi referensi kalian, kami menginap di Owen House by Hmlet, hotel bintang 3 yang lokasinya sangat strategis dan dekat MRT Farrer Park.

Aku suka banget sama hotel ini karena bersih dan wangi. Kamar bernuansa hijau ini cukup luas dengan desain kamar mandi yang menurutku cantik dan praktis. Aku akui, untuk harganya cukup mahal karena ada banyak hotel di Singapura yang lebih murah. Hanya saja, aku dan Cici punya preferensi soal hotel, yaitu strategis, ada jendela yang luas, dan kamar mandi yang bagus. Kami mendapatkan itu semua di Owen House by Hmlet.

Setelah tiba di hotel, kami pun beberes untuk untuk bertemu Kak Mel di salah satu mall di area Orchard. Aku dan Cici sampai di sana sekitar pukul 7 malam waktu Singapura. Kami putuskan untuk makan malam dengan kari ayam dan udang. Porsinya itu besar banget dan ternyata bisa di-sharing.

Setelah makan dan keliling mall, kami pergi ke area luar dan beli minuman di Luckin Coffee. Aku pesan mocha latte dan sumpah, ini kopi ternikmat yang pernah aku coba dalam hidup! Aku suka banget kopi di kedai ini. Meskipun secara harga jauh lebih mahal dari Jakarta, Luckin Coffee bakal jadi tempat kopi pilihanku kalau balik ke Singapura nanti!

Day 2: Main di Universal Studio Singapore dan Minum Kopi Marina Bay

Hari kedua adalah hari aku mewujudkan rasa penasarakanku saat remaja. Main ke Universal Studio Singapore atau USS. Aku versi remaja lagi-lagi teriak kegirangan di sana.

Buat kalian yang belum ke sini, USS berada di pulau yang berbeda, yaitu Sentosa Island. Kami menggunakan MRT untuk kesana. Kami berhenti di VivoCity dan beli sarapan sebelum lanjut naik kereta ke Sentosa Island. Sejujurnya aku bingung mau sarapan apa, jadi aku pilih makan KFC dan beli minuman di Mr. Coconut. Kata orang-orang ini adalah minuman yang wajib dicoba kalau ke Singapura.

Setelah sampai di USS, kami sempat berfoto di globe yang ikonik itu. Setelah scan tiket yang dibeli secara online, kami masuk dan berkeliling. Sejujurnya kami hanya ingin 'absen' saja karena rasanya kurang afdol main ke Singapura, tetapi enggak ke USS. 

Kami hanya naik dua permainan, yaitu Revenge of the Mummy dan Human, roller coaster indoor dan outdoor. Kalian harus coba Revenge of the Mummy karena seru banget! Sejujurnya, lebih banyak permainan di Dufan daripada USS. Cuma, kalau kalian pertama kali ke Singapura, rasanya tetap harus mengunjungi USS dan sabar mengantre. Aku dan Cici memang kurang tertarik untuk mengantre lama-lama, sehingga kami hanya berkeliling dan berfoto.

Sekitar jam setengah 4 sore, kami beranjak dari USS. Kami menyempatkan diri untuk makan fish noodle di VivoCity, lalu lanjut ke area Marina Bay untuk 'absen' ke patung Merlion dan minum kopi sambil menikmati angin sore Singapura.

Day 3: Makan Siang di Haji Lane dan Chinatown, Naik Kapal di Fort Canning, dan Nonton Garden by The Bays di Marina Bay

Selayaknya turis, tentu kami juga mengunjungi tempat-tempat yang populer. Di hari ketiga, sekitar pukul 10 berangkat ke area Haji Lane, gang aesthetic yang dipenuhi banyak kafe. Sebenarnya ada banyak jalan di area ini dan punya vibes yang sama. Setelah puas berkeliling dan kepanasan, aku dan Cici makan Nasi Padang yang berada di dekat Sultan Mosque.

Fun fact, setelah minum teh tarik di VivoCity, kami jadi pesan teh tarik di setiap kesempatan. Kami pun sepakat kalau teh tarik di Singapura itu enak banget!

Rasanya, sebagian besar perjalanan kami diisi untuk makan dan minum kopi karena setelah makan nasi padang, kami lanjut ke Chinatown untuk makan di The Populus, kafe di Neil Rd. Kami memesan spaghetti bolognese yang ternyata berukuran besar dan dua kopi. Aku suka kafe ini! Selain makanannya bisa sharing dan kopinya enak, tempat ini juga terasa hangat. Interiornya didominasi warna cokelat dengan lampu yang temaram.

Btw, Neil Rd. ini dekat dengan Maxwell Food Centre yang punya banyak stand makanan dan minuman khas Singapura. Cici pengin banget makan nasi hainan di sana, tetapi niat ini harus diurungkan karena kami sudah makan dua kali! 

Sekitar pukul 3 sore, kami lanjut ke area Fort Canning, sebuah terowongan aesthteic. Ini salah satu tempat yang ikonik dan banyak dikunjuni turis untuk berfoto. Setelah berfoto, kami lanjut ke WaterB River Cruise Singapore untuk naik perahu dari Fort Canning ke Marina Bay. Kami menghabiskan waktu berjam-jam di Marina Bay sambil menunggu pertunjukkan Garden by The Bays pada pukul 19:45 dan 20:45 waktu Singapura. 

Setelah pertunjukkan selesai, kami pulang dan beli oleh-oleh di dekat hotel karena rasanya enggak keburu kalau beli besok.

Day 4: Belanja di IMM, Makan Siang di Maxwell Food Centre, Minum Kopi di Orchard, dan Pulang ke Jakarta

Oh, Cici masih penasaran untuk makan di Maxwell Food Centre. Ada nasi hainan yang katanya enak menurut orang-orang di TikTok. Aku bilang ke dia, kalau mau makan di sana, bangunnya harus pagi. Dia pun setuju. Biasanya kami keluar hotel pukul 10 pagi, tetapi hari itu,  jam 9 pun kami sudah rapi.

Sebelum ke Maxwell Food Center, kami pergi ke IMM terlebih dahulu. Mungkin kalian pernah dengar kalau barang branded itu lebih murah di luar negeri. Akhirnya, kamu memutuskan untuk ke IMM karena banyak mid-high end brand dengan harga miring di sini. Aku baru sadar kalau mall di Singapura baru buka pukul 11 pagi, sedangkan kami sudah sampai sejak pukul 10 pagi. Alhasil, kami sarapan dulu di McD sembari menunggu toko-toko buka.

Setelah keliling di IMM, kami langsung ke Maxwell Food Center mengunakan MRT. Sayangnya, nasi hainan yang Cici mau tutup. Akhirnya kami makan kwetiau dan mie goreng dengan dua gelas teh tarik. 

Aku punya cerita menarik soal ini. Kalian pernah penasaran dengan tempat-tempat di novel yang kalian baca? Kalau ya, berarti relate dengan Cici. Dia mau minum kopi Alchemist di area Orchard karena tempat kopi itu disebut di novel favoritnya. Setelah makan, kami pun ke area Orchard untuk minum kopi itu. Syukurnya aku pun pecinta kopi dan turns out, kopi Alchemist enak. Kalau kalian suka kopi, kalian wajib coba!

Setelah itu, kami pergi beli oleh-oleh khas Singapura alias Garret Popcorn di salah satu mall di sana. Fun fact, ada satu hal yang kami lewatkan di area ini. Bisa-bisanya kami enggak beli es krim 1 dollar. Padahal ini salah satu hal yang rasanya wajib dilakukan kalau main ke Singapura.

Long story short, kami bergegas kembali ke hotel dan langsung berangkat ke Bandara untuk pulang ke Jakarta.

Rangkuman Jalan-jalan ke Singapore

Aku mau pengakuan dosa, sedikit. Sebenarnya, perjalanan ini adalah bentuk ketakutan dan kecemasanku atas suatu hal yang enggak bisa aku jabarkan di sini. Aku memohon pada Cici agar perjalanan ini terlaksana. Awalnya, kami mau ke Korea Selatan, tetapi rasanya tahun ini bukan waktu yang tepat.

Selain itu, awalnya aku juga takut dengan perjalanan ini karena jadi penguji pertemanan belasan tahun kami. Mungkin kalian pernah dengar, kan, salah satu cara mengetahui apakah cocok atau enggak dengan seseorang, pergilah traveling dengannya. 

Aku rasa ada benarnya karena di tempat baru ini aku dan Cici harus banyak kompromi. Soalnya, aku tidur dengan keadaan gelap total, sedangkan Cici sebaliknya. Kemarin, kami sepakat untuk tidur dengan lampu yang temaram. Itu baru contoh kecil dari perjalanan kami.

Syukurnya, caraku dan Cici menghabiskan uang itu mirip. Jadi enggak ada kesenjangan yang signifikan soal jajan. Menurutku ini penting banget karena perbedaan ini bisa jadi masalah.

Terlepas dari rasa takutku dan kompromi dengan Cici, aku suka Singapura. Meskipun secara pemandangan dan cuaca itu mirip Jakarta, aku suka transportasi di sana karena sangat memadai. Untuk aku yang baru pertama kali, MRT di Singapura sangat mudah untuk digunakan. Aku juga suka keteraturan di sana.  Bagaimana orang-orang berdiri di sisi kiri dan langsung jalan saat di sisi kanan eskalator. Soalnya, di Jakarta itu kebanyakan orang harus diteriaki satpam terlebih dahulu.

Selama 4 hari di Singapura, isi kepalaku sangat ringan. Aku hanya perlu memikirkan jurusan MRT apa yang harus aku pilih. Sitting and sipping coffee there would probably be my weekend's main activity. My hair and face feel so good when the fresh air meets them. All of the things that made my shoulders feel heavy seemed to be swept away.

Due to that fear and anxiousness, seeing the Garden by the Bay show truly made me a little teary-eyed. The show was very outstanding. That doesn't mean Cici isn't fun, but imagine how amazing it would be to watch a show like this with someone special. My heart will be overflowing with joy. You know what I'm saying.

Aku, suka sekali dengan perjalanan ini. Liburan bareng Cici juga menyenangkan dan semoga dia merasakan hal yang sama. Syukurnya sampai hari ini dia masih mengirimiku destinasi-destinasi di negara lainnya.

P.S. Tulisan ini sebagian besar aku persembahkan untuk Cici karena mau mewujudkan permohonanku.

Image: Freepik/@tawatchai07