Minggu, 27 Desember 2020

Covid-19 dan Mencari Kerja, Begini Huru Hara di 2020

Covid-19 dan Mencari Kerja
Sumber: Pixabay

Hai, apa kabar? Bagaimana kondisi hati dan kepalanya? Masih sehat dan waras? *menangis*

Sudah di penghujung tahun, nih. Entah harus senang, sedih, atau malah semakin was-was karena ketidakpastian yang masih menghantui. Gue ingin mengulas kembali apa saja yang telah gue lalui di 2020 yang cukup nano-nano ini. Gue akan mencoba mengingat dengan baik dan menuangkan dengan rapi.

Sebelum kembali dari tanah perantauan, gue mencoba peruntungan dengan mendaftarkan diri untuk intern di salah satu e-commerce di Indonesia. Setelah dihubungi HR untuk mengkonfirmasi, step selanjutnya adalah membuat artikel sebagai tes, wawancara HR, dan wawancara user. Gladly, gue keterima sebagai SEO Content Intern di Tokopedia.

Gue banyak belajar hal baru selama intern di sana, terutama tentang basic SEO dan digital marketing. These things bring me to somewhere I never know. Masuk ke dunia SEO ini karena gue dengan sotoy daftar dan mengira ini hanya soal tulis-menulis. Ternyata tidak semudah itu, bung. Gue harus belajar soal keyword, slug, dan masih banyak lainnya.

Intern di sini membuat gue bertemu dengan teman-teman intern yang sebagian besar sangat seru dan syukurnya masih berhubungan baik hingga saat ini. Lalu bertemu dengan atasan yang selalu memberikan kelas mingguan untuk para intern belajar SEO dan digital marketing lebih dalam lagi.

Ah, ini harus gue ungkapkan dan akui, sih. Berkantor di gedung tinggi nan megah memiliki kesan tersendiri untuk gue. It feels like I could enjoy the view from up above. It feels nice. Ya, maklum. Pertama kali. Padahal di minggu kesekian juga perasaan 'wah' itu mulai menyusut akibat sudah lelah dengan pekerjaan dan macet jalanan ibu kota.

Gue magang selama tiga bulan, mulai Januari hingga April 2020. Sejujurnya gue berharap untuk bisa perpanjang masa intern, tetapi tidak bisa karena satu dan lain hal, termasuk corona virus alias Covid-19.

Sudah mulai terlihat arah pembicaraan ini bukan? Tunggu, balik dulu sebentar ke awal tahun.

Pada 31 Desember 2019, gue janjian dengan pacar beserta teman-teman kos untuk bertemu di Senayan City. Hujan mengguyur dengan setia. Sejak gue berangkat mau ke kantor hingga memesan ojek daring saat pulang.

Menghabiskan malam tahun baru di kamar adalah sesuatu yang jarang gue lakukan. Biasanya gue akan keluar sekadar melihat kembang api. Hujan semakin lebat tanpa ampun mengguyur Jakarta. Bahkan, suara penyanyi favorit gue pun sudah tidak terdengar meski menggunakan headset.

Air di depan rumah tiba-tiba tergenang. Ah, paling bentar lagi hujannya berhenti. Salah satu penyesalan dalam hidup gue karena berpikir seperti itu. Air genangan itu malah semakin tinggi hingga gue lupa untuk menyelamatkan dua motor di dalam rumah.

Tiba-tiba gue sudah harus membereskan barang yang bisa diselamatkan untuk dibawa ke atas. Wow. Permulaan 2020 yang cukup menyedihkan. Banjir besar hampir dua meter bersemayam di pemukiman ini kurang lebih tiga hari.

Oke, kembali ke masa magang di Tokopedia. Selain belajar soal SEO, selama tiga bulan ini gue juga jadi akrab dengan teman-teman intern lainnya. Mulai dari makan siang bareng, memanfaatkan pantry dengan baik alias bebikinan, dan lain-lainnya.

Sejujurnya gue pengin banget untuk memperpanjang masa magang. User gue pun sempat menawarkan kalau memang ada yang mau. Sayangnya, pandemi Covid-19 ini benar-benar berdampak besar ke hampir semua perusahaan di dunia. Akhirnya, gue tidak bisa melanjutkan magang di sana.

Menganggur sejak awal April, gue sedikit panik karena tidak ada pemasukan. Mulailah gue mencari-cari kerja. Sebagian membalas lamaran gue dan meminta untuk membuat jadwal wawancara. Namun, namanya lamaran, bisa diterima, pun ditolak.

Ada sedikit perasaan diburu-buru, ditekan, dan dikejar yang entah sama siapa. Atau malah dengan diri sendiri? Entah. Di bulan setelah selesai magang itu tidur gue tidak senyenyak itu. Bangun subuh untuk cari lowongan dan melamar. Begitu terus sampai suatu hari gue ditawari pekerjaan oleh salah satu HRD start-up yang kantor utamanya di Singapura.

Gue bisa menjawab dengan lancar setiap pertanyaan yang HR berikan, tetapi gue sadar bahwa gue gugup dan hilang percaya diri saat wawancara dengan user. Pertama kalinya interview pakai bahasa Inggris dan diberi tahu 30 menit sebelumnya. Seketika semua kosakata dan struktur bahasa Inggris yang gue pelajari bertahun-tahun menguap begitu saja.

Kalau boleh jujur, gue akan bilang kalau dari kejadian ini gue pun belajar banyak hal terkait mencari kerja dan mengambil kesempatan. Sejujurnya, dalam proses ini gue ditawari untuk magang di salah satu e-commerce yang mengurus traveling. Namun, di saat itu gue buru-buru ingin kerja penuh waktu.

Sedihnya, tawaran magang gue tolak, proses dengan yang satunya pun gagal. I get nothingSuch a sad time.

Gue pun mencari dan melamar ke sana-sini lagi. Beberapa kali juga ada yang hubungin gue hingga melakukan tes. But here was a fact, sebenarnya gue beberapa kali juga membatalkan proses lamaran kerja karena ada yang berlawanan dengan prinsip yang gue pegang, detail pekerjaan yang ternyata tidak cocok, dan sebagainya. Ya, gue banyak mempertimbangkan hal.

Akhirnya, di pertengahan tahun ini salah satu teman kuliah menawarkan gue untuk magang menjadi penulis K-Pop di kantornya. Salah satu media besar dan terpercaya di Indonesia. Tentu gue tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, terlebih gue tertarik dengan K-Pop dan punya kemampuan menulis. Syukur, gue diterima untuk magang di sini selama tiga bulan sejak Agustus - November 2020.

Di tempat baru ini gue belajar banyak hal lagi. Gue menulis lagi dengan perspektif berita. Gue belajar lagi untuk menggunakan banyak sudut pandang dalam penulisan. Gue juga bertemu dengan teman-teman baru yang sangat banyak membantu dalam huru-hara kehidupan magang. Sayangnya, gue tidak bisa memperpanjang kontrak di sana karena satu dan lain hal.

Sama seperti barang yang sedang dibutuhkan, tiba-tiba saja menghilang, saat tidak dibutuhkan, biasanya ada di depan mata. Gue berjanji untuk pelan-pelan, tidak terburu-buru, yang penting tetap terus bergerak. Gue pun mendapat email untuk melakukan proses wawancara di salah satu agensi di Jakarta, tempat teman gue bekerja. Sungguh senang bukan main. Gue sudah membayangkan akan sekantor dengan teman gue.

Ya, namanya juga hidup. Kurang lengkap kalau tidak ada godaan atau halangan yang datang. Salah satu e-commerce di Indonesia pun membalas email lamaran magang yang gue kirim entah sejak kapan. Di agensi pun gue dinyatakan lolos untuk tahap selanjutnya, begitupun dengan si e-commerce.

Namun, gue sedang berpegang teguh dengan pengalaman pahit yang gue punya, maka gue berjanji akan menerima siapa yang lebih dulu konfirmasi. Gue pun berpikir kalau dua hal ini baik, jadi gue akan pilih siapa yang paling cepat mengabari. Here I am, lagi magang di Shopee sebagai SEO Writer. Begitulah perjalanan karir gue di 2020.

Iya, sangat terlihat, ya, tahun 2020 gue penuh dengan gejolak mencari kerja atau kegiatan magang. Namun, gue akan menceritakan juga huru-hara kehidupan sosial dan pribadi selama 2020 ini.

Woah, akhirnya gue kembari dari tanah rantau setelah empat setengah tahun lamanya berada di Malang untuk menempuh pendidikan. Setelah empat tahun merayakan ulang tahun di sana, akhirnya gue merayakan ulang tahun gue dan orang-orang tersayang secara langsung. What a beautiful moment.

Tahun ini gue bertemu orang-orang baru, seperti yang gue katakan di atas. Sedikit di antaranya benar-benar dekat dan tanpa canggung untuk saling menghubungi. Paham, ya, maksud perasaan gitu itu.

Gue pun memulai usaha yang sebelumnya tidak pernah terlintas di kepala. Ketika dijalankan dan antusias orang-orang itu terasa, senangnya hati ini. Gue juga jadi sadar kalau gue tidak sebodoh itu dalam memasak. Please, percaya sama gue.

Biasanya gue acuh dengan hal-hal yang lagi trending, tetapi for once in a while, gue mengikutinya. Gue pergi piknik ala-ala bersama teman-teman yang kini mulai susah mengatur jadwal untuk main.

Tahun ini gue juga semakin giat untuk fangirling. Bener, ya, enggak ada jalan keluar dari dunia K-pop ini. Sekarang gue malah multifandom. Hi, aku ini Ahgase dan Carat!

Btw, gue koleksi album, kan. Terkadang gue heran, kenapa gue bisa punya uang sebanyak ini, ya? Padahal waktu gue belum masuk dunia K-pop, enggak keliatan, tuh, uang gue ke mana. Gue harus cepat dapat kerja, nih. Untuk menghidupi calon kekasihku di Korea Selatan.

Ya, begitu huru hara gue di 2020. Random, ya? So, here's my notes:

Meskipun banyak luka dan tangis yang singgah di tahun ini, gue tetap mau bersyukur karena banyak juga goresan canda dan tawa di dalamnya. Banyak memori indah tercipta yang sebelumnya belum pernah ada.

Banyak waktu yang gue harap terulang kejadiannya. Banyak waktu yang gue harap pelan-pelan berputarnya. Banyak waktu yang banyak juga bahagianya.

Ya, 2021 tinggal hitungan hari. Semoga apa yang memberatkan hati dan kepala di tahun sebelumnya segera membaik di tahun baru nanti. Apa yang sudah direncanakan dan berantakan di 2020, segera terlaksana di 2021.

Semoga lembaran kosong nanti tertulis hal-hal baik nan menyenangkan. Walaupun hidup tentu tidak selalu menyenangkan, semoga tapak semakin kuat untuk tetap berdiri dan melaluinya.

Senin, 19 Oktober 2020

Mimpi dan Angan

Bukankah ini begitu indah?
Menghabiskan waktu dengan penuh makna
Sarat akan cerita cinta

Semua selalu berarti
Hati tak kenal lagi sepi
Penuh dengan tujuan yang pasti

Bukankah ini begitu indah?
Bersama selalu utuh tiada dua
Mengisi kekosongan di relung jiwa
Melukis rencana akan cita-cita
Ah, indahnya

Lengah menyalip di sempitnya jarak
Indah bayangan cepat terkoyak
Oh, terlelap begitu lama
Mimpi panjang yang memberi asa

Hingga khayal dan angan menerpa
Tersadar akan nyata
Indah tak lagi menyapa
Kekosongan kian nyata
Minim makna dan cinta

Senin, 12 Oktober 2020

DAY 30: Write About What Do You Feel When You Write

Akhirnya, selesai juga tantangan ini. Enggak menyangka kalau gue bisa konsisten menulis selama 30 hari, meskipun ada satu atau dua tulisan yang enggak lebih dari 10 kata. Enggak masalah, itu salah satu perasaan gue saat menulis; stuck.

Ternyata, gue bisa bercerita selama 30 hari penuh dan gue punya waktu untuk menulis setiap hari kalau memang diluangkan. Padahal kalau enggak ikut tantangan, gue selalu punya alasan untuk menunda.

Sejujurnya gue senang, sih. Meski terkadang gue enggak tahu harus merangkai kata segimana lagi. Gue tambah senang ketika berhasil merangkai kata atau menemukan diksi baru. Enggak selalu to the point.

Ah, gue kagum sama penulis fiksi. Jujur. Bagaimana mereka merangkai kata dan menggambarkan keadaan tanpa menyebutkannya. Kalau gue, lebih sering langsung ke inti cerita. Huh.

Enggak masalah, ayo berlatih lebih keras, Felly.

Di sisi lain, mungkin gue harus sering mencari topik referensi. Biar lebih terarah dan konsisten menulis. Pun harus banyak membaca, ya. Biar banyak referensi pemilihan kata.

Minggu, 11 Oktober 2020

DAY 28: My Goals For The Future

I don't know is the honest answer that I have.

Gue enggak pernah kepikiran soal cita-cita atau masa depan. Terakhir gue berani bilang gue mau jadi apa itu pas sd dan smp. Jawabannya adalah pramugari dan penulis. Oke, pramugari gue coret mengingat gue enggak seantusias itu dan minus mata gue sudah mencapai 4.

Penulis? Gue lagi melakukan ini, sih, tetapi belum spesfik mau jadi penulis seperti apa nantinya.

Ketika gue sma, gue enggak pernah kepikiran sama sekali soal masa depan. Random aja rasanya. Waktu kuliah, gue mulai memikirkan kembali, mau jadi apa gue nanti atau setidaknya, rencana apa saja yang sudah gue susun untuk memiliki kehidupan yang layak dan bermakna?

Kadang, gue merasa masa depan itu omong kosong. Enggak jarang juga bikin gue ketakutan. Meski sesekali indah untuk dibayangkan.

Kalau gue pikirkan, rasanya abu-abu atau karena gue enggak punya ambisi yang tinggi, ya? Enggak, deh! Mimpi gue banyak bahkan cenderung ketinggian. Namun, selama gratis, kenapa enggak?! Siapa tahu banyak di antaranya itu rezeki gue. #anaknyapositif

Daripada gue menuliskan sesuatu yang seringkali masih berubah-ubah. Gue mau menulis pengingat untuk diri sendiri aja, ya!

Hi, mungkin kita belum bertemu atau sebagian sudah kita lalui bersama. Buatku, kamu itu seringkali menakutkan, tetapi membayangkan bagaimana bentukmu kelak itu salah satu kegiatan yang kusuka.

Aku enggak mau menjabarkan di sini apa saja yang aku harapkan darimu, tetapi semoga semua berjalan sesuai rencana, ya? Meski seringkali banyak hal terjadi di luar dugaan.

Semoga pertemuan kita nanti berhasil membuatku menaruh centang di setiap daftar dalam buku catatan yang kupunya.

Akhir-akhir ini lingkungan menunjukkan, kalau bertemu denganmu di bawah usia 30 tahun adalah sebuah kesuksesan. Ah, ini sebuah tekanan sejujurnya. Padahal, bertemu denganmu kapan pun seharusnya tidak menjadi masalah, kan, selama aku terus mengusahakan dan mendoakan?

Semoga kita bertemu secepatnya, ya. Aku pun harus tetap ingat, hidup itu perihal terus bergerak, agar aku tak lama terlena jika bertemu denganmu kelak. Aku, akan berusaha menyusun dan mengusahakan yang terbaik agar kita pantas untuk bertemu.

Sabtu, 10 Oktober 2020

DAY 28: Write About Loving Someone

Sebaiknya gue meminta maaf kalau tulisan ini membuat kalian merinding disko. Kenapa, ya, beberapa tema tantangan ingin membuat gue berpikir keras. Hari ini contohnya. Bagaimana gue harus memulai dan apa yang harus gue tuangkan?

Write about loving someone, yang entah apa makna dari kata mencintai. Coba gue telisik sebentar, apa saja yang pernah gue rasakan selama jatuh cinta. Tunggu, ini bukan hanya soal pasangan, tetapi cinta gue terhadap orang-orang di sekeliling.

Ketika kita mencintai seseorang, rasanya perut penuh dengan sesuatu yang membuat sudut bibir terangkat tinggi. Ya, tentu, jatuh cinta enggak selalu manis.

Jatuh cinta itu juga mengizinkan seseorang menembus sesuatu dalam diri. Entah toleransi yang tinggi, kepercayaan yang penuh, atau harap yang kian menjulang. Padahal, riskonya besar; sakit hati dan kecewa.

Orang terdekat, kan, memang berisiko untuk menyakiti kita lebih kejam. Oh, tetapi gue tidak ingin skeptis banyak-banyak. Jatuh cinta pun mengajarkan gue untuk membagi rasa, agar senang bisa menular dan keterpurukan tidak banyak memberatkan.

Punya cinta untuk orang lain itu seringkali membuat kita melakukan sesuatu yang mungkin sebelumnya enggak kita lakukan. Menunggu, misalnya.

Ngaku! Siapa yang malas menunggu, tetapi kalau pacar yang lama ini-itunya tetap dimaafkan?! Atau jauh-jauh naik kendaraan umum demi bertemu sahabat?! Siapa yang khawatir kalau adik atau kakaknya belum pulang padahal kerjaannya bertengkar terus setiap hari?

Ya, kira-kira begitulah mencintai seseorang.