Setahun yang lalu saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi di tahun 2019 dan saat ini saya sudah berada di penghujung tahun yang tiga puluh hari lagi akan menjadi tahun 2020.
Ah, waktu. Seringkali cepat berlalu.
Tahun ini, apa yang tidak pernah saya bayangkan akan terjadi dalam hidup saya, terjadi. Kalau boleh saya ungkapkan, tahun ini penuh dengan kejutan yang seringkali bikin saya merenung, meski bahagia juga seringkali berkunjung.
Walau tak jarang, diri sendiri juga yang mengizinkan kejutan-kejutan itu berkunjung.
Tahun ini saya patah hati berat. Berat sekali. Hingga tangis pun tak lagi sungkan untuk unjuk diri. Saya pikir, dengan melakukan yang terbaik untuk seseorang, maka orang itu akan melakukan hal yang sama. Ternyata tidak. Terkadang saya berpikir apakah ini sebuah jawaban dari Tuhan atas tiap-tiap pertanyaan yang pernah saya ajukan?
Kecewa masih melekat di hati, yang entah kapan ia akan pergi. Semoga segera pulih.
Janji saya dengan diri sendiri pun banyak saya ingkari. Lulus tepat waktu salah satunya. Menambah satu semester untuk hidup merantau demi gelar di belakang nama. Tapi tak apa, sayang. Terima kasih telah berjuang dan menyelesaikannya.
Begitu juga sebuah keputusan yang besar yang saya ambil. Dengan segala ragu dan kekuatan dalam diri, akhirnya saya memutuskan untuk jujur kepada diri sendiri. Mengizinkan diri saya melakukan hal yang saya inginkan. Meski saya tahu, mulut-mulut manusia di belakang.
Tahun ini saya banyak menghabiskan waktu lagi dengan kawan lama, yang dulu baru akan berkumpul jika ada agenda. Ah senangnya. Menghibur hati di keseharian ketika kesepian mulai melanda.
Tepat setahun pula saya mendapat telfon bahwa nenek saya telah pergi. Masih terasa pahitnya.
Kalau beberapa tahun lalu mungkin harapan saya untuk tahun selanjutnya, ya, harus lebih baik. Ya, siapa yang tidak ingin hal yang lebih baik?
Semesta seringkali mengejutkan hati manusia yang belum siap. Membuat manusia terjaga saat tubuh dan pikiran ingin terlelap. Menggelitik hidup setiap insan dengan acap.
Kali ini doa saya adalah saya lebih kuat dan siap menghadapi lelucon-lelucon hidup selanjutnya. Begitu pun kamu. Ada aamiin di sini?
Don't forget that you are worthy. Semoga cinta hadir di setiap hari. Hati yang patah segera pulih. Kecewa segera pergi. Semesta selalu menyertai.
Udah lama nggak nulis soal beauty-things dan kali ini aku mau review lagi soal produk perawatan rambut yang masih pakai sampai sekarang.
Jujur, aku itu orang yang punya masalah sama rambut, karena tipe rambutku itu ikal, kering, dan kusam. Aku kayaknya udah cobain berbagai macam produk buat bikin rambutku sehat. But still, i am still strugling with it.
Gapapa, namanya perawatan itu rutinitas, bukan sesuatu yang instant, 'kan?
Jujur, aku iri banget sama orang yang cukup keramas pakai shampo dan rambutnya bagus-bagus aja, atau rutin banget cat rambut, tapi rambutnya sehat-sehat aja. Sedangkan aku nggak bisa banget kalau nggak pakai kondisioner dan vitamin rambut. Apalagi mewarnai rambut, skip dulu, deh.
But lately, lagi ngerasa ada perubahan di rambut aku, sedangkan aku nggak nambahin apapun selain hair tonic dari NR ini. Biasanya kalau nyisir rambut itu pasti, deh, berasa kasarnya atau nyangkut di ujung rambut. Aku merasa rambutku itu much better setelah rutin pakai hair tonic. Kering dan kusamnya berasa banget berkurangnya. Ah, i love this product dan wanginya itu super seger berasa baru keluar dari salon.
Sayangnya botol NR ini dari kaca dan besar, jadi kurang friendly kalau buat dibawa ke mana-mana. Harganya sekitar Rp73.000 untuk ukuran 200ml. Cukup affordable menurutku karena bisa dipakai untuk beberapa bulan. Sebetulnya ada dua macam hair tonic dari NR ini dan aku pakai yang Daily Nourishment for Hair and Scalp.
How i use this?
Jadi, aku itu keramas dua hari atau tiga hari sekali dengan step berikut:
1. Shampo
2. Kondisioner / Masker (seminggu sekali)
3. Hair Tonic (saat rambut masih agak basah)
4. Vitamin (setelah rambut agak kering)
Nah, itu dia review singkat dari pengalamanku pakai hair tonic dari NR. Semoga membantu!
Mungkin ini akan menjadi tulisan paling random yang pernah saya buat.
Sepertinya sampai saat ini saya masih menjadi orang yang langsung memikirkan kemungkinan terburuk dari sesuatu. Kalau kata teman saya, ketika ketika selalu seperti itu, kita tidak akan pernah menikmati sesuatu. Saya rasa teman saya ada benarnya. Tapi hingga saat ini saya tetap melakukan itu; memikirkan kemungkinan terburuk.
Baru-baru ini saya membaca cerita seseorang tentang manfaatnya memikirkan kemungkinan terburuk; ada hati yang dipersiapkan untuk sebuah kecewa dan apabila itu datang, kita bisa ikhlas lebih cepat.
Ikhlas. Something that really hard to do.
Tentang harapan, saya juga percaya tentang harapan. Saya percaya hal di sekeliling kita bisa mendengarkan dan merasakan harapan-harapan itu. Namun belakangan ini ada hal yang mengganggu pikiran saya; berharap dengan manusia.
Seringkali kita mendengar untuk tidak banyak berharap dengan orang lain, karena orang yang bisa kita harapkan pada akhirnya ialah diri sendiri.
I couldn't agree more.
Belakangan ini saya menyimpulkan kalau memang kita harus siap menerima kenyataan pahit jika berharap dengan manusia. Hingga akhirnya saya sadar, berharap dengan manusia sama seperti berharap agar ular tidak mematuk kita hanya karena kita tidak mematuknya.
Saya percaya pada kemungkinan-kemungkinan kecil dalam hidup. Saya juga percaya bahwa pikiran adalah salah satu sumber kekuatan yang nyata. Mari kita pikirkan hal-hal baik dalam hidup ini.
Setelah hampir 17 hari di Jakarta
dengan janji mengerjakan revisi seminar proposal, akhirnya saya membuka laptop
dan berakhir dengan menulis tulisan ini. Revisian pun belum saya sentuh,
padahal sore nanti saya sudah harus kembali ke perantauan. Rasa malas
sungguhlah nyata.
Tapi tidak apa, sebelum saya lupa
apa yang sedang saya pikirkan dan rasakan sekarang, sebelum menghilang begitu
saja, saya akan coba luapkan segala omong kosong ini.
Saya rasa kita semua pernah
menangis di tengah gelapnya kamar saat ingin memejamkan mata. Berusaha terlelap
namun malah air mata yang meluap. Memikirkan dan menangisi banyak hal, entah hal
yang menyakitkan, hal yang kita harap tidak pernah kita lakukan since the first place, dan hal-hal
lainnya. Meski terkadang setelah bertemu teman, bertukar pikiran dengan
seseorang, menghabiskan waktu dengan membicarakan hal-hal sepele dengan keluarga,
saya menjadi sadar bahwa saya baik-baik saja, bahwa saya cukup kuat menghadapi
hal-hal tersebut, bahwa saya tetap hidup, setidaknya sampai saat ini.
Sebetulnya tulisan ini adalah
rangkuman dari kejadian-kejadian yang saya alami belakangan ini. Mungkin omong
kosong ini berbicara tentang manusia dan hal-hal ajaibnya.
Saya semakin sadar
kalau kita memang tidak akan pernah bisa menyenangkan hati semua orang, karena
akan selalu ada yang mendukung dan tidak. No matter how good we are. Namun, buat saya, terlalu naif kalau
kita tidak mau peduli dengan omongan orang. Buat saya, ada yang namanya
pertimbangan. Saya rasa tidak ada salahnya mendengarkan omongan orang,
di sana kita bisa mempertimbangkan sekiranya yang bermanfaat dan tidak. Toh, kita memang tetap butuh masukan,
meski semua keputusan tetap di tangan sendiri.
Ngomong-ngomong soal keputusan,
kita pasti pernah membuat keputusan-keputusan dalam hidup kita. Entah yang
sepele atau bahkan butuh waktu yang lama untuk memikirkannya. Terkadang kita harus
melawan rasa takut, ragu, atau bahkan menyiapkan diri untuk menghadapi
kenyataan setelah membuat keputusan tersebut. Salah satu keputusan serius yang
pernah saya buat ialah menuliskan Universitas Brawijaya di Malang saat SNMPTN di
saat keluarga saya tidak mengizinkan saya merantau. But I’m here, sedang mengerjakan skripsi untuk sebuah gelar di
belakang nama. Saya berterima kasih kepada orang-orang yang mendukung keputusan
saya, meski tetap ada yang berkata “Ngapain kuliah jauh-jauh? Kuliah di manapun
sama aja”.
Pasti akan selalu ada orang
seperti itu. Memberikan respon negatif di saat yang kita butuhkan adalah
dukungan.
Saya ingin mengucapkan terima
kasih kepada orang-orang yang selalu memberikan dukungan terhadap apapun
keputusan yang telah dibuat oleh seseorang. Terima kasih sudah menghargai,
terima kasih sudah menerima, dan terima kasih untuk tetap setia. Untuk kamu
yang sudah berani mengambil keputusan, tahu akan menerjang banyak badai, you are rock! Badai akan berlalu, kamu
akan tetap hidup, yang tak bisa tinggal, biarlah, mungkin berjauhan memang yang
terbaik. Bagian ini saya khususkan untuk
seorang teman. I’m here, dude. I love me too!
“Mungkin berjauhan memang yang
terbaik”, ya, karena yang dipaksakan tidak akan berjalan mulus. Mungkin sudah
saatnya jalan terpisah, tidak lagi beriringan. Manusia itu dinamis. Berubah. Dekat
hari ini, besok tak lagi kenal. Jauh hari ini, bulan depan bersama. Lucu, ya. That’s why it called life and nothing last
forever. Saya meyakini itu.
Akan ada saatnya kita harus
melepas seseorang atau seseorang melepaskan kita dalam hidupnya. Is it wrong? I don’t know.
Buat saya sebuah hubungan juga
harus simbiosis mutualisme. Hubungan apapun itu. Teman, pasangan, maupun keluarga. Menurut
saya sebuah hubungan itu harus didasari dengan komunikasi dan kompromi yang
baik. Saya punya batasan-batasan, begitu pun orang lain. Saya berhak membuat
batasan, begitu pun orang lain. Saya butuh manusia lainnya, mungkin manusia
lainnya juga butuh saya, di sinilah sebuah kompromi bekerja.
Saya sadar kalau kompromi tidak
selalu berakhir mulus. Seperti yang saya katakan tadi, manusia itu selalu
berubah. Saatnya melepaskan yang lama, mencari yang baru, atau mempertahakan
yang sudah ada. Namun, saya tetap meyakini bahwa kita tetap harus mengusahakan
yang terbaik di setiap keadaan.
Melepaskan tak selalu salah.
Beberapa
hari yang lalu saya sadar kalau mempertahankan membuat saya dan manusia lainnya
sakit, dan saya pilih untuk selesai. Mungkin berjauhan memang jalan yang
terbaik.
Setelah banyak berharap.
Berharap sama manusia itu gambling. The less you expect, the less you get hurt. That’s all. Sebuah catatan, hanya karena kita melakukan sesuatu
untuk seseorang, bukan berarti seseorang akan melakukan hal yang sama untuk
kita. So, do not expect too much.
Ssttt! Don’t worry, melakukan hal baik atau buruk itu tidak akan sia-sia. Semesta
mengetahuinya. Kita akan selalu mendapatkan apa yang kita tuai. Semesta akan
bekerja dengan caranya.
Hai, apa kabar? Semoga selalu bahagia dan semakin kuat setiap harinya.
Entah kenapa baru kepikiran buat bikin cerita ini. Cerita yang seharusnya bisa gue tulis sejak sembilan bulan lalu. Kalo diitung mundur dari sekarang, sembilan bulan lalu itu bulan Juni. Coba, kalo dilihat dari judul gue, ada apasih dengan dunia kpop di bulan Juni?
Rabu, 20 Juni 2018, gue resmi menjadi anak magang di majalah GADIS. Majalah yang namanya sudah terkenal sejak belasan tahun silam. Banyak perempuan yang kita lihat di tv itu jebolan GADIS Sampul. A long-short story, magang sebagai penulis dan reporter tentunya membuat gue datang ke banyak acara, seperti konferensi pers, premier sebuah film, grand launching sebuah produk atau tempat, sampai datang ke konser-konser besar.
Gue akrab dengan teman-teman magang lainnya dan bikin kita saling berukar pikiran tentang ide-ide tulisan untuk artikel online atau offline. Satu hal yang gue tau, gue nggak pernah mau bikin artikel tentang artis atau idol Korea, karena gue sama sekali enggak ngerti dan emang nggak mau ngerti. Maafkan keapatisan di diri ini. Padahal, sebagai orang yang kerja di media, apalagi di majalah remaja ini, gue harus tau apapun yang sedang hangat dan korean wave sampai saat ini pun masih sangat hangat.
Di akhir bulan Juni, senior gue memberikan tugas liputan meliput sebuah konser pada hari Sabtu, 30 Juni 2018. Sayangnya, teman gue nggak bisa. Jujur, ternyata nggak bisanya teman gue ini mengubah hidup gue. I will repeat it, change my life. Karena dia nggak bisa dan teman yang lain sudah mendapatkan tugas yang lain, akhirnya senior gue menghampiri gue dan bertanya apakah gue free di hari Sabtu, 30 Juni 2018 itu. Gue mengiyakan kalau gue free. (Jujur, gue sadar, kalo udah terjun langsung ke dunia kerja, semenarik apapun itu acara, kadang lo bakal lebih milih leha-leha di rumah).
Ternyata, itu sebuah tugas meliput konser dan datang ke konferensi pers sebuah boy grup dari Korea bernama GOT7 yang-gue-nggak-pernah-denger-namanya. Gue hanya senyum kecut, karena nggak tau apa-apa. Bahkan gue mengira nama mereka itu GOD7. I'm sorry.
Sebenarnya banyak temen gue yang suka K-Pop, tapi gue cuma sebatas tau EXO, BTS, SHINee, Super Junior. Udah. Bahkan gue nggak tau nama-nama membernya. Gue nggak ketularan kepo seperti yang orang-orang bilang.
Menurut gue sebenarnya senior gue paham gue nggak ngerti soal K-Pop, tapi nggak ada lagi anak magang yang free selain gue. Akhirnya dia menyarankan gue untuk menghapal lagu-lagu popularnya aja. Gue sampe cari temen buat nonton itu dan syukurnya ada Eryl, teman smp gue, yang juga nonton. Sedikit lega hati ini, karena nanti gue bisa nanya-nanya sama dia. Jumat, 29 April 2018, sepulang dari kantor gue mencoba buka setiap MV dari GOT7. Gue mengiyakan dalam hati kalau ternyata musik korea ini seru juga. Lagu pertama yang gue denger dari GOT7 adalah Look, yang ternyata emang lagu terbarunya di awal-awal tahun itu. Sayangnya, gue hanya bisa menghafal Hard Carry, karena musiknya langsung nyangkut di kepala gue.
Orang-orang media yang masuk ke ruangan konferensi pers harus datang lebih awal. Pukul dua siang gue udah ada di ICE BSD Tangerang. Gladly, gue kenalan sama Kak Diza, PR dari Net Media. Jadi gue masuk ke ruang konferensi pers bersema tim Net. Di saat itu gue masih nggak hafal sama member GOT7, padahal gue harus tau siapa ngomong apa dan sebagainya. Gue hafalin mereka dari warna rambutnya. Si A blonde, B merah, dan berbagai warna lainnya. Jam 4 pas, mereka keluar dari dalam ruangan dan rambut mereka lagi gelap semua. Siapa yang nggak panik? Syukur Kak Diza hafal dan gue langsung catat namanya. Mau tau apa yang gue sesali di sini? Gue nunduk menulis jawaban-jawaban mereka, nggak sepenuhnya memperhatikan wajah mereka yang super menentramkan jiwa. Gue baru benar-benar melihat mereka di 10 menit terakhir. Salah satu penyesalan dalam hidup. Bahkan nggak semua Ahgase bisa punya kesempatan satu ruangan sama GOT7 kayak yang gue lakuin. *sigh*
Tapi, ini first impression gue sama mereka:
Jackson: "Eh, ganteng ya ini orang. Badannya bagus juga"
Yugyeom: "Kenapa sih ini rambutnya nutupin mata?"
BamBam: "Cakep juga, ya, BamBam" (karena dia bawel jadi gue langsung hafal haha)
JB: "Cool banget, deh, ini JB. Wait, kenapa dia pake converse disaat yang lain pakai pantofel?" (chic and sexy itu nyata, guys!)
Youngjae: "Chubby guy"
Mark: "Hmm, kenapa rambutnya dinaikin gitu, sih?"
Jinyoung: "Ganteng, sih, tapi terlalu pendiam"
Seger banget, deh, beneran abis ngeliat mereka hahaha. Setelah konferensi pers, orang-orang media kumpul di bawah dan dikasih tiket konser di area Festival Blue. Setelah itu gue ketemu Eryl dan adiknya. Sayangnya kita nggak satu tempat, Eryl di Festival Pink dan adeknya di Green. Sebelum itu, kita dikasih daftar lagu yang akan dibawakan oleh GOT7 dan project rainbow selama di konser nanti. Akhirnya gue mencoba menghafalkan lagi lagu-lagu GOT7. Akhirnya kita masuk ke venue dan semua Ahgase udah teriak-teriak nggak sabar menyaksikan biasnya di atas panggung. As far as i remember, lagu pertama yang dibawain itu Hard Carry dan ditutup dengan Go Higher. Bahkan, gue sempet salah videoin. Gue malah ngerekam dancer-nya karena gue belum hafal-hafal sama mereka. How stupid i was.
Sayangnya, disaat itu, gue nggak tau apa-apa, hanya melihat mereka nyanyi dan dancing, tanpa tau judul lagunya. Di kepala gue saat itu, gue harus mendapatkan video bagus untuk diupload di instagram dan youtube GADIS. Isi kepala gue adalah tugas-tugas itu. Gue sampe lupa mengosongkan memori hape dan jadi kesal karena kepenuhan. Fokus gue saat itu beneran kebagi. Kalau gue lihat video-video mereka, beneran seseru itu!
Performance mereka yang paling gue inget adalah Hard Carry, Firework, Thank You, King, Go Higher, King, dan Phoenix, yang bikin gue berucap "I enjoy their performance, i wish i know them earlier. And i thought to being an Ahgase"
Gue masih inget datarnya perasaan gue saat disuruh liputan konser GOT7 Eyes On You dan beberapa hari lalu gue ditegur Tuhan dengan perasaan sedih karena nggak bisa lihat showcase-nya JUS2. Gitu, ya, kayak orang pacaran. Kalau deket dicuekin aja, giliran udah jauh baru nyariin. HAHA
Sejak tanggal 30 Juni 2018, gue resmi menjadi Ahgase dan belajar semua tentant per-korea-an ini. Ini dia performance mereka yang gue rekam.
Hi, teman-teman! Kali ini aku kembali dengan ide yang sudah lama tidak aku lakukan. Terakhir kapan, ya, aku bahas soal kecantikan dan sebagainya? Hahaha.
Jadi, kali ini aku akan membahas tentang skincare yang sedang dipakai akhir-akhir ini. Produk-produknya sudah pernah aku pakai sebelumnya. Ibaratnya, sebanyak apapun produk yang aku coba, aku kembali lagi ke produk-produk ini. Karena aku anaknya setia, nggak suka ganti-ganti hahaha.
Oh iya, kenapa judul blognya My Skincare Routine Part 2? Karena ada part 1 nya, girls. Klik di sini, ya, untuk membaca.
Nah, di sini aku langsung bahas gimana, sih, rutinitas aku dengan produk-produk ini. Anyways produk-produk yang aku pakai ini drugstore, jadi gampang banget ditemuinnya dan tentunya nggak bikin kantong kering!
Pertama, hal yang wajib dilakukan untuk mengaplikasikan produk atau skincare adalah wajah yang bersih. Aku pakai empat produk seperti gambar di bawah ini.
Sehari-hari, aku pakai milk cleanser dari Viva yang Bengkuang (sebenarnya aku udah coba varian lainnya dan suka semua), lalu aku cuci muka pakai facial foam dari Pigeon yang klaimnya adalah untuk semua jenis kulit, setelah itu aku pakai face tonic dari Viva untuk mengembalikan keseimbangan pH kulitku setelah pakai sabun cuci muka.
Lalu, kapan pakai Mustika Ratu-nya? Aku pakai setidaknya seminggu sekali atau setiap menggunakan foundation. Istilahnya, untuk deep cleaning.
Kedua, setelah wajah bersih, kita aplikasikan skincare yang kita miliki. Kali ini aku mau bahas untuk siang hari. Aku pakai tiga produk di bawah ini.
Kenapa aku pakai pelembab dari Nivea padahal ada Wardah Day Cream?
Jadi, Wardah Day Cream ini menurut aku sebuah produk yang win win solution, karena pelembab ini sudah mengandung SPF 30+++. Namun, karena terkadang aku juga perlu pelembab setelah mandi sore, jadi aku pengen yang pure pelembab aja tanpa spf. Itulah sebabnya aku membeli Nivea beserta sunscreen dari Emina dengan SPF 30 PA+++.
Ketiga, produk-produk di malam hari. Setelah terpapar debu dan kotoran saat beraktivitas di siang hari, saatnya kita memberi nutrisi untuk kulit kita di malam hari, girls.
Aku pakai tiga produk dari merek yang sama. Aku sudah pakai Wardah Night Cream sejak SMA sampai saat ini kuliah semester akhir! Hahaha. Akhir-akhir ini aku mulai sadar dengan serum dan akhirnya aku juga coba serum dari rangkaian Wardah Lightening Series. Jujur, produk-produk ini cukup memberikan hasil, lho!
Gimana hasilnya selama ini? Okay, aku akan menceritakan pengalamanku dengan produk-produk ini. Btw, ini cara aku menggunakan produknya:
1. Siang : Milk Cleanser - Facial Foam - Toner - Pelembab - Sunscreen - Make up
2. Malam : Milk Cleanser - Facial Foam - Toner - Serum - Night Cream
3. Deep Cleansing : Milk Cleanser - Peeling - Facial Foam - Toner - Serum - Night Cream
Oh, iya, aku juga pakai sheetmask. Tapi emang jarang maskeran. Jangan diikutin, ya, kalau yang ini! Hahaha.
Buat rangkaian krim, Wardah Night Cream dari rangkaian Lightening Series ini buatku cukup membantu memudarkan bekas jerawat. Jadi kulitku itu bukan acne prone namun setiap menstruasi, pasti datang jerawat dan bekasnya itu menghitam. Menyebalkan, kan?
Dulu sebelum pakai skincare, aku nggak begitu peduli dengan bekas jerawat itu, tapi setelah rutin pakai, aku sadar kalau bekasnya ini lama-lama memudar. Ditambah sekarang pakai serum, duh, makin lembab kulitku, girls!
Nah, kalau soal pelembab di siang hari, jujur aku lebih suka Nivea + Sunscreen dari Emina karena lebih bikin lembab. Tapi kalau lagi pengen instant, Wardah Day Cream juga oke dan cepat meresap ke kulit.
Buat Wardah Night Cream dari rangkaian White Secret, entah kenapa aku merasa kalau produk ini bikin kulit aku lebih kering. Padahal, rangkaian ini lebih mahal atau istilahnya lebih eksklusif dari Lightening Series. That's why setelah produk ini mau habis, aku balik lagi ke rangkaian Lightening Series.
Buat rangkaian pembersih, aku suka semua! Aku pakai pembersih dan toner dari Viva ini dari dulu banget, SMP kalau nggak salah, begitu pun peeling dari Mustika Ratu. Aku udah cobain dari produk lain dan tetap lebih suka peeling dari Mustika Ratu. Facial foam dari Pigeon ini sedikit bikin kering, padahal busa dia sedikit banget, lho. Cuma, masalah itu beneran langsung teratasi setelah pakai toner, jadi aman, deh!
Overall, i am really good with these products and i think i will purchase it again. Setelah ini aku harus menambahkan satu hal lagi, yaitu masker agar kulit kita sehatnya totalitas! Hahaha. Untuk harga, produk yang aku pakai di atas mulai dari Rp7.000-30.000, ya.
Oke, deh, sekian cerita dari pengalamanku menggunakan produk-produk di atas. Selamat mencoba!
Hai, apa kabar? Semoga kalian yang membaca ini sehat dan bahagia selalu, ya, atau setidaknya, selalu kuat dalam menghadapi lika-liku kehidupan. Karena menurut saya, salah satu bagian dari kehidupan ini ya mampu bertahan, bukan begitu? Hahaha.
Sebenarnya, saat ini, saya seharusnya mengerjakan skripsi saya yang minggu lalu saya konsultasikan. Kata dosen, saya harus sedikit menambahkan bagian satu dan segera membuat outline bagian dua. Ah, senangnya, kadang nikmat Tuhan datang dengan berbagai cara. Setelah stuck mengerjakan bagian satu beberapa bulan lalu dan memutuskan ganti tema, akhirnya saya menemukan sebuah jalan yang-tentunya-saya-tahu-tidak-akan-selalu-mulu, ya, setidaknya saya ingin berkata "I am not lost anymore".
Saya ingin mengutarakan isi kepala saya. Sebetulnya ini sudah ada sejak beberapa minggu lalu, saat teman saya mengeluhkan salah satu anggota keluarganya yang suka membandingkan. Saya dan beberapa teman lainnya pun ikut jengkel. Namun, teman saya itu berkata, bahwa anggota keluarga tersebut juga suka memberikan jajan tambahan dan hal baik lainnya. Wah, sesuatu yang menarik buat saya.
Saya jadi berpikir bahwa seringkali saya lupa tentang hal baik yang dilakukan orang lain. Ada benarnya pepatah "Karena nila setitik, rusak susuk sebelanga". Biasanya saat orang lain melakukan kesalahan, emosi langsung menguasai diri kita. Saya, sumpah serapah akan begitu lancarnya keluar dari mulut saya. Beberapa orang yang saya kenal pun.
Menurut saya, ya, tidak salah. Mungkin kesalahan itu memang menyakitkan, mengecewakan, dan mengejutkan. Buat saya, emosi itu yang membuat saya, kamu, kita, menjadi manusia. Hanya saja, seringkali kita lupa bahwa orang lain tersebut pernah melakukan hal baik. Pernah menolong disaat kita membutuhkan pertolongan. Pernah ada disamping kita saat kita membutuhkan sandaran.
Apa, ya? Memang, sih, terkadang saya berpikir untuk menjaga yang membuat saya bahagia dan melepaskan apa yang tidak membuat saya bahagia. Tapi saya juga harus sadar, untuk tidak melakukan itu secara mentah-mentah. Ya, semacam itu, lah.
Duh, sudah lah. Memang kadang jika terlalu dipikirkan jadi semakin rumit dan membingungkan. Saya lanjut mengerjakan tugas akhir dulu, deh. Sampai jumpa!
Ini akan jadi tulisan pertama
saya di tahun 2019. Sebelumnya selamat tahun baru untuk kita semua, semoga apa
yang kita harapkan dan rencanakan berjalan dengan baik di tahun ini. Tahun 2018
benar-benar berarti buat saya. Ya, meskipun setiap detik dalam hidup kita ini
selalu berarti. Maksud saya, tahun 2018 benar-benar penuh kejutan buat saya.
Mulai dari penyesalan, kebahagiaan, kehilangan, saya rasakan di tahun ini.
Coba saya ingat-ingat, awal tahun,
saat saya semester enam, seharusnya saya mengajukan skripsi di tahun itu, tapi
saya tidak lakukan., karena saat itu saya beranggapan saya ingin fokus untuk
magang. Di semester enam itu mulai dari awal bulan Februari hingga akhir bulan
Mei, saya menjalani perkuliahan saya sambil mengirimkan e-mail ke beberapa
perusahaan untuk magang. Akhirnya pada bulan Juni – September, saya magang di
majalah GADIS, bersama teman kuliah saya, Chalsy.
Magang di GADIS benar-benar
memberikan saya pelajaran yang sangat berarti. Bagaimana menjadi penulis,
wartawan, pengarah gaya, dan sebagainya. Di tiga bulan tersebut saya bertemu
dengan orang-orang baru dan saya sangat senang pernah mengenal mereka. Selain
bertemu senior, saya bertemu dengan teman-teman magang lainnya dan hingga saat
ini kami masih bertukar pesan.
Saya dekat dengan beberapa teman
magang lainnya yaitu Theyta, Juli, Kak Mel, dan Kak NIsa. Theyta, seorang teman
yang rasanya saya sudah kenal lama. Dia mengajarkan saya untuk lebih peka
terhadap sekililing. Bagaimana menjadi pribadi yang lebih perhatian dan
sebagainya.
Ada satu hal yang tidak akan
pernah saya lupakan dari magang di GADIS. Sebuah event yang benar-benar
mengubah saya hahaha. Saat itu ada konser kpop, entah siapa, saya sungguh tidak
peduli. Awalnya, tugas meliput itu diberikan untuk Theyta, tapi ia tidak bisa
hingga akhirnya senior memberikan tugas itu kepada saya. Satu hal yang
terlintas di kepala saya: “Hah? Ini siapa?”
Mau tidak mau tugas itu saya
laksanakan, 30 Juni 2018, salah satu hari bersejarah dalam hidup saya hahaha.
Saya datang untuk press conference terlebih dahulu, sebuah keadaan di mana
beberapa orang iri dengan saya karena bisa bertemu dengan para member secara
langsung dan sedekat itu. Mereka tidak tahu saja, bahwa saya mati-matian menghapal
nama member GOT7 tersebut. Saya menghapalnya melalui warna rambut, namun saat
mereka keluar, rambut mereka berwarna hitam semua, saya gila. Syukur ada Kak
Diza, public relation dari NET, memberi tahu nama member GOT7. Setelah saya
menonton konser, oh god, saya sangat menikmati konser itu. Setelah pulang dari
konser, saya memastikan diri saya untuk menjadi Ahgase dan membeli album
Lullaby. Padahal sebelumnya saya tidak pernah tertarik dengan apapun mengenai
Korea.
Kembali ke dunia perkuliahan,
semester tujuh ini saya mengerjakan skripsi dan magang. Namun saya mengutamakan
mengerjakan dan ujian magang. Seharusnya saya bisa mengerjakan
keduanya dengan baik asalkan saya mengatur waktu dengan baik juga. Ah, andai
saja. Saya pun memiliki target untuk seminar proposal di bulan Desember, tapi
kenyataan tidak berjalan sesuai harapan saya. Dosen saya libur bimbingan mulai
akhir Desember hingga awal Februari dan saya kehilangan seseorang yang sangat
berarti dalam hidup saya, nenek, yang mengharuskan saya pulang lebih awal ke
Jakarta.
Oh, iya, tahun ini saya juga
menjalankan apa pekerjaan sampingan, yaitu menulis untuk sebuah travel agent. Ah,
senangnya.
Yeah, it’s okay, saya harus
belajar menerima dan ikhlas. Saya bersyukur dengan apapun yang telah saya lalui
di tahun 2018.
Target saya di tahun 2019 ini,
terutama di semester delapan, studi saya selesai. Selamat tahun baru,
teman-teman! Semoga kesehatan, kebahagiaan, kasih dan sayang selalu menyertai kita semua.