Jumat, 26 Juli 2019

02:36

Pada akhirnya kita akan sendiri
Satu per satu meninggalkan pergi
Meski diri tak siap sepi
Harus tetap dihadapi

Rasanya, 'selamanya' itu terlalu angkuh
Selesai mengerjakan yang satu
Pergi lagi untuk mencari yang baru

Tak bisakah kita lebih lama lagi?
Sampai sunyi menemani?
Sampai suara tak lagi berbunyi?
Sampai malam menyelimuti?

Rasa hati tak menentu
Gundah dan sedih kian menyatu
Tak bisakah kita hentikan waktu?

Semoga terang dan senang jalanmu
Mendapatkan yang kau mau
Seperti yang kita impikan di kala itu

Rabu, 24 Juli 2019

A love?

A love?

A love that these days hurt me so much
A love that makes me cry every single night
A love that full of lie
A love who is unfaithful
A love who breaks my heart into pieces
A love who makes me disappointed
A love who never wants to learn to be better

How dare you to call it love?

It's bullshit.

Minggu, 16 Juni 2019

Middle of The Night

Mungkin ini akan menjadi tulisan paling random yang pernah saya buat.

Sepertinya sampai saat ini saya masih menjadi orang yang langsung memikirkan kemungkinan terburuk dari sesuatu. Kalau kata teman saya, ketika ketika selalu seperti itu, kita tidak akan pernah menikmati sesuatu. Saya rasa teman saya ada benarnya. Tapi hingga saat ini saya tetap melakukan itu; memikirkan kemungkinan terburuk.

Baru-baru ini saya membaca cerita seseorang tentang manfaatnya memikirkan kemungkinan terburuk; ada hati yang dipersiapkan untuk sebuah kecewa dan apabila itu datang, kita bisa ikhlas lebih cepat.

Ikhlas. Something that really hard to do.

Tentang harapan, saya juga percaya tentang harapan. Saya percaya hal di sekeliling kita bisa mendengarkan dan merasakan harapan-harapan itu. Namun belakangan ini ada hal yang mengganggu pikiran saya; berharap dengan manusia.

Seringkali kita mendengar untuk tidak banyak berharap dengan orang lain, karena orang yang bisa kita harapkan pada akhirnya ialah diri sendiri. 

I couldn't agree more

Belakangan ini saya menyimpulkan kalau memang kita harus siap menerima kenyataan pahit jika berharap dengan manusia. Hingga akhirnya saya sadar, berharap dengan manusia sama seperti berharap agar ular tidak mematuk kita hanya karena kita tidak mematuknya.

Saya percaya pada kemungkinan-kemungkinan kecil dalam hidup. Saya juga percaya bahwa pikiran adalah salah satu sumber kekuatan yang nyata. Mari kita pikirkan hal-hal baik dalam hidup ini.

Manusia dan Omong Kosong


Setelah hampir 17 hari di Jakarta dengan janji mengerjakan revisi seminar proposal, akhirnya saya membuka laptop dan berakhir dengan menulis tulisan ini. Revisian pun belum saya sentuh, padahal sore nanti saya sudah harus kembali ke perantauan. Rasa malas sungguhlah nyata.

Tapi tidak apa, sebelum saya lupa apa yang sedang saya pikirkan dan rasakan sekarang, sebelum menghilang begitu saja, saya akan coba luapkan segala omong kosong ini.

Saya rasa kita semua pernah menangis di tengah gelapnya kamar saat ingin memejamkan mata. Berusaha terlelap namun malah air mata yang meluap. Memikirkan dan menangisi banyak hal, entah hal yang menyakitkan, hal yang kita harap tidak pernah kita lakukan since the first place, dan hal-hal lainnya. Meski terkadang setelah bertemu teman, bertukar pikiran dengan seseorang, menghabiskan waktu dengan membicarakan hal-hal sepele dengan keluarga, saya menjadi sadar bahwa saya baik-baik saja, bahwa saya cukup kuat menghadapi hal-hal tersebut, bahwa saya tetap hidup, setidaknya sampai saat ini.

Sebetulnya tulisan ini adalah rangkuman dari kejadian-kejadian yang saya alami belakangan ini. Mungkin omong kosong ini berbicara tentang manusia dan hal-hal ajaibnya.

Saya semakin sadar kalau kita memang tidak akan pernah bisa menyenangkan hati semua orang, karena akan selalu ada  yang mendukung dan tidak. No matter how good we are. Namun, buat saya, terlalu naif kalau kita tidak mau peduli dengan omongan orang. Buat saya, ada yang namanya pertimbangan. Saya rasa tidak ada salahnya mendengarkan omongan orang, di sana kita bisa mempertimbangkan sekiranya yang bermanfaat dan tidak. Toh, kita memang tetap butuh masukan, meski semua keputusan tetap di tangan sendiri.

Ngomong-ngomong soal keputusan, kita pasti pernah membuat keputusan-keputusan dalam hidup kita. Entah yang sepele atau bahkan butuh waktu yang lama untuk memikirkannya. Terkadang kita harus melawan rasa takut, ragu, atau bahkan menyiapkan diri untuk menghadapi kenyataan setelah membuat keputusan tersebut. Salah satu keputusan serius yang pernah saya buat ialah menuliskan Universitas Brawijaya di Malang saat SNMPTN di saat keluarga saya tidak mengizinkan saya merantau. But I’m here, sedang mengerjakan skripsi untuk sebuah gelar di belakang nama. Saya berterima kasih kepada orang-orang yang mendukung keputusan saya, meski tetap ada yang berkata “Ngapain kuliah jauh-jauh? Kuliah di manapun sama aja”.

Pasti akan selalu ada orang seperti itu. Memberikan respon negatif di saat yang kita butuhkan adalah dukungan.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang selalu memberikan dukungan terhadap apapun keputusan yang telah dibuat oleh seseorang. Terima kasih sudah menghargai, terima kasih sudah menerima, dan terima kasih untuk tetap setia. Untuk kamu yang sudah berani mengambil keputusan, tahu akan menerjang banyak badai, you are rock! Badai akan berlalu, kamu akan tetap hidup, yang tak bisa tinggal, biarlah, mungkin berjauhan memang yang terbaik. Bagian ini saya khususkan untuk seorang teman. I’m here, dude. I love me too!

“Mungkin berjauhan memang yang terbaik”, ya, karena yang dipaksakan tidak akan berjalan mulus. Mungkin sudah saatnya jalan terpisah, tidak lagi beriringan. Manusia itu dinamis. Berubah. Dekat hari ini, besok tak lagi kenal. Jauh hari ini, bulan depan bersama. Lucu, ya. That’s why it called life and nothing last forever. Saya meyakini itu.

Akan ada saatnya kita harus melepas seseorang atau seseorang melepaskan kita dalam hidupnya. Is it wrong? I don’t know.

Buat saya sebuah hubungan juga harus simbiosis mutualisme. Hubungan apapun itu. Teman, pasangan, maupun keluarga. Menurut saya sebuah hubungan itu harus didasari dengan komunikasi dan kompromi yang baik. Saya punya batasan-batasan, begitu pun orang lain. Saya berhak membuat batasan, begitu pun orang lain. Saya butuh manusia lainnya, mungkin manusia lainnya juga butuh saya, di sinilah sebuah kompromi bekerja.

Saya sadar kalau kompromi tidak selalu berakhir mulus. Seperti yang saya katakan tadi, manusia itu selalu berubah. Saatnya melepaskan yang lama, mencari yang baru, atau mempertahakan yang sudah ada. Namun, saya tetap meyakini bahwa kita tetap harus mengusahakan yang terbaik di setiap keadaan.

Melepaskan tak selalu salah.

Beberapa hari yang lalu saya sadar kalau mempertahankan membuat saya dan manusia lainnya sakit, dan saya pilih untuk selesai. Mungkin berjauhan memang jalan yang terbaik.

Setelah banyak berharap.

Berharap sama manusia itu gambling. The less you expect, the less you get hurt. That’s all. Sebuah catatan, hanya karena kita melakukan sesuatu untuk seseorang, bukan berarti seseorang akan melakukan hal yang sama untuk kita. So, do not expect too much.

Ssttt! Don’t worry, melakukan hal baik atau buruk itu tidak akan sia-sia. Semesta mengetahuinya. Kita akan selalu mendapatkan apa yang kita tuai. Semesta akan bekerja dengan caranya.

Selasa, 23 April 2019

Bertemu GOT7 dan Pengalaman Nonton Konser GOT7 Eyes On You

Hai, apa kabar? Semoga selalu bahagia dan semakin kuat setiap harinya.

Entah kenapa baru kepikiran buat bikin cerita ini. Cerita yang seharusnya bisa gue tulis sejak sembilan bulan lalu. Kalo diitung mundur dari sekarang, sembilan bulan lalu itu bulan Juni. Coba, kalo dilihat dari judul gue, ada apasih dengan dunia kpop di bulan Juni?



Rabu, 20 Juni 2018, gue resmi menjadi anak magang di majalah GADIS. Majalah yang namanya sudah terkenal sejak belasan tahun silam. Banyak perempuan yang kita lihat di tv itu jebolan GADIS Sampul. A long-short story, magang sebagai penulis dan reporter tentunya membuat gue datang ke banyak acara, seperti konferensi pers, premier sebuah film, grand launching sebuah produk atau tempat, sampai datang ke konser-konser besar.

Gue akrab dengan teman-teman magang lainnya dan bikin kita saling berukar pikiran tentang ide-ide tulisan untuk artikel online atau offline. Satu hal yang gue tau, gue nggak pernah mau bikin artikel tentang artis atau idol Korea, karena gue sama sekali enggak ngerti dan emang nggak mau ngerti. Maafkan keapatisan di diri ini. Padahal, sebagai orang yang kerja di media, apalagi di majalah remaja ini, gue harus tau apapun yang sedang hangat dan korean wave sampai saat ini pun masih sangat hangat.

Di akhir bulan Juni, senior gue memberikan tugas liputan meliput sebuah konser pada hari Sabtu, 30 Juni 2018. Sayangnya, teman gue nggak bisa. Jujur, ternyata nggak bisanya teman gue ini mengubah hidup gue. I will repeat it, change my life. Karena dia nggak bisa dan teman yang lain sudah mendapatkan tugas yang lain, akhirnya senior gue menghampiri gue dan bertanya apakah gue free di hari Sabtu, 30 Juni 2018 itu. Gue mengiyakan kalau gue free. (Jujur, gue sadar, kalo udah terjun langsung ke dunia kerja, semenarik apapun itu acara, kadang lo bakal lebih milih leha-leha di rumah).

Ternyata, itu sebuah tugas meliput konser dan datang ke konferensi pers sebuah boy grup dari Korea bernama GOT7 yang-gue-nggak-pernah-denger-namanya. Gue hanya senyum kecut, karena nggak tau apa-apa. Bahkan gue mengira nama mereka itu GOD7. I'm sorry.

Sebenarnya banyak temen gue yang suka K-Pop, tapi gue cuma sebatas tau EXO, BTS, SHINee, Super Junior. Udah. Bahkan gue nggak tau nama-nama membernya. Gue nggak ketularan kepo seperti yang orang-orang bilang.

Menurut gue sebenarnya senior gue paham gue nggak ngerti soal K-Pop, tapi nggak ada lagi anak magang yang free selain gue. Akhirnya dia menyarankan gue untuk menghapal lagu-lagu popularnya aja. Gue sampe cari temen buat nonton itu dan syukurnya ada Eryl, teman smp gue, yang juga nonton. Sedikit lega hati ini, karena nanti gue bisa nanya-nanya sama dia. Jumat, 29 April 2018, sepulang dari kantor gue mencoba buka setiap MV dari GOT7. Gue mengiyakan dalam hati kalau ternyata musik korea ini seru juga. Lagu pertama yang gue denger dari GOT7 adalah Look, yang ternyata emang lagu terbarunya di awal-awal tahun itu. Sayangnya, gue hanya bisa menghafal Hard Carry, karena musiknya langsung nyangkut di kepala gue.

Orang-orang media yang masuk ke ruangan konferensi pers harus datang lebih awal. Pukul dua siang gue udah ada di ICE BSD Tangerang. Gladly, gue kenalan sama Kak Diza, PR dari Net Media. Jadi gue masuk ke ruang konferensi pers bersema tim Net. Di saat itu gue masih nggak hafal sama member GOT7, padahal gue harus tau siapa ngomong apa dan sebagainya. Gue hafalin mereka dari warna rambutnya. Si A blonde, B merah, dan berbagai warna lainnya. Jam 4 pas, mereka keluar dari dalam ruangan dan rambut mereka lagi gelap semua. Siapa yang nggak panik? Syukur Kak Diza hafal dan gue langsung catat namanya. Mau tau apa yang gue sesali di sini? Gue nunduk menulis jawaban-jawaban mereka, nggak sepenuhnya memperhatikan wajah mereka yang super menentramkan jiwa. Gue baru benar-benar melihat mereka di 10 menit terakhir. Salah satu penyesalan dalam hidup. Bahkan nggak semua Ahgase bisa punya kesempatan satu ruangan sama GOT7 kayak yang gue lakuin. *sigh*


Tapi, ini first impression gue sama mereka:
Jackson: "Eh, ganteng ya ini orang. Badannya bagus juga"
Yugyeom: "Kenapa sih ini rambutnya nutupin mata?"
BamBam: "Cakep juga, ya, BamBam" (karena dia bawel jadi gue langsung hafal haha)
JB: "Cool banget, deh, ini JB. Wait, kenapa dia pake converse disaat yang lain pakai pantofel?" (chic and sexy itu nyata, guys!)
Youngjae: "Chubby guy"
Mark: "Hmm, kenapa rambutnya dinaikin gitu, sih?"
Jinyoung: "Ganteng, sih, tapi terlalu pendiam"

Seger banget, deh, beneran abis ngeliat mereka hahaha. Setelah konferensi pers, orang-orang media kumpul di bawah dan dikasih tiket konser di area Festival Blue. Setelah itu gue ketemu Eryl dan adiknya. Sayangnya kita nggak satu tempat, Eryl di Festival Pink dan adeknya di Green. Sebelum itu, kita dikasih daftar lagu yang akan dibawakan oleh GOT7 dan project rainbow selama di konser nanti. Akhirnya gue mencoba menghafalkan lagi lagu-lagu GOT7. Akhirnya kita masuk ke venue dan semua Ahgase udah teriak-teriak nggak sabar menyaksikan biasnya di atas panggung. As far as i remember, lagu pertama yang dibawain itu Hard Carry dan ditutup dengan Go Higher. Bahkan, gue sempet salah videoin. Gue malah ngerekam dancer-nya karena gue belum hafal-hafal sama mereka. How stupid i was.

Sayangnya, disaat itu, gue nggak tau apa-apa, hanya melihat mereka nyanyi dan dancing, tanpa tau judul lagunya. Di kepala gue saat itu, gue harus mendapatkan video bagus untuk diupload di instagram dan youtube GADIS. Isi kepala gue adalah tugas-tugas itu. Gue sampe lupa mengosongkan memori hape dan jadi kesal karena kepenuhan. Fokus gue saat itu beneran kebagi. Kalau gue lihat video-video mereka, beneran seseru itu!

Performance mereka yang paling gue inget adalah Hard Carry, Firework, Thank You, King, Go Higher, King, dan Phoenix, yang bikin gue berucap "I enjoy their performance, i wish i know them earlier. And i thought to being an Ahgase"

Gue masih inget datarnya perasaan gue saat disuruh liputan konser GOT7 Eyes On You dan beberapa hari lalu gue ditegur Tuhan dengan perasaan sedih karena nggak bisa lihat showcase-nya JUS2. Gitu, ya, kayak orang pacaran. Kalau deket dicuekin aja, giliran udah jauh baru nyariin. HAHA

Sejak tanggal 30 Juni 2018, gue resmi menjadi Ahgase dan belajar semua tentant per-korea-an ini. Ini dia performance mereka yang gue rekam.