Senin, 28 September 2020

DAY 16: Someone You Miss

Saya merindukan orang itu, seseorang yang mengungkap isi hati dan pikirannya melalui untaian kata dengan lantang. Nampaknya kini ia sedang terlelap, entah kapan akan kembali terbangun. Saya merindukan orang itu, yang mampu memberikan makna dan kesan mendalam di setiap katanya.

Sesekali saya menemuinya di pantulan cermin. Ia penuh semangat dan siap mengungkapkan isi hatinya. Namun, tak jarang ia hilang kepercayaan diri. Kembali lesu dan terlelap. Saya merindukan orang itu dengan diksi dan kosakatanya yang beragam. Terkadang saya ingin memaksanya bangun dan duduk bersamanya.

Kini ia banyak berpikir, banyak mempertimbangkan, dan urung untuk mengungkapkan. Padahal tak ada salahnya beranggapan. Saya merindukan orang itu dan saya membutuhkannya.

Minggu, 27 September 2020

DAY 15: If You Could Run Away, Where Would You Go?

Awalnya gue mau jawab ke museum, tetapi seperti ada yang kurang. Mau jawab ke pantai, gue enggak sesuka itu dengan laut. Mau jawab ke gunung, gue juga enggak sebegitunya dengan kegiatan alam.

Terlintaslah suatu kota yang enggak pernah terbayang akan menjadi salah satu tempat penuh dengan kenangan.

Kalau gue bisa pergi sekarang, gue akan memilih ke Malang. Alasan paling cepat, sih, gue pengin wisuda. Namun, gue akan coba jelaskan kenapa gue memilih pergi ke kota perantauan ini.

Gue akan pilih ke Malang dengan tujuan menuntaskan tugas sebagai perantau. Bukan hal wajib, tetapi seperti belum afdol saja rasanya.

Hal yang ingin gue lakukan pertama kali adalah main ke Paralayang. Iya, gue belum pernah ke sana dari pertama kali menginjakkan kaki hingga mengucapkan selamat tinggal di akhir Desember tahun lalu.

Gue juga pengin main ke Museum Angkut. Ini juga belum pernah. Astaga, perantau macam apa gue, nih?! Gue pengin ke Sendiki dan berangkat dari pagi.

Pengin lihat pantai yang menurut orang-orang itu bagus. Sebenarnya gue pernah ke Sendiki, hanya saja kemalaman. Gue enggak bisa lihat apapun selain ribuan bintang di gelap malam.

Gue, gue ingin menikmati setiap momen di Malang dengan baik. Gue mau meninggalkan kota itu dengan perasaan lega. Terakhir gue sadar, sih, gue sedikit mengumpat kenapa gue harus merantau jauh.

Padahal kalau gue pikir lagi, banyak banget hal seru dan kenangan manis di sana yang mungkin enggak akan gue temui di Jakarta. Ya, gue pilih ke Malang untuk menuntaskan yang mengganjal di hati.

Sabtu, 26 September 2020

DAY 14: Describe Your Style

It's bad. It is.

Terlahir sebagai perempuan, tentu ada konsep feminin yang melekat. Namun, gue malah sebaliknya. Sejak kecil, ketimbang menggunakan pakaian yang feminin, gue lebih sering pakai kaus dan jeans. Hal ini tentu membuat label tomboy melekat dalam diri gue. Ditambah rambut gue selalu pendek.

Label tomboy ini sebenarnya mengurungkan niat gue untuk melakukan beberapa hal, seperti menari waktu di SD. Ah, gue menyesal. Padahal gue sangat tertarik dengan menari.

Style gue itu malah bisa dibilang jelek karena gue enggak sebegitu pedulinya. Kalau kata teman gue, sih, sudah bisa bikin malu sekitar. Gue suka enggak peduli dengan motif celana dan baju yang bertolak belakang.

Ya, biasanya, sih, gue pakai kaus dan jeans aja. Semenjak kuliah, ya, ada celana bahan dan kemeja. Ya, tetapi begitu aja. Gue selalu pilih warna basic. Hitam, cokelat, biru gelap, dan warna-warna basic lainnya.

Hal feminin yang melekat di gue sepertinya hanya make-up dan flatshoes. Gue sesuka itu sama dua hal ini.

These days gue memberanikan diri menggunakan dress. Ah, gue suka banget dengan diri gue kalau lagi pakai dress. Teman gue yang gue percaya punya selera bagus pun bilang kalau long dress fits well on me. Yeah, noted!

Belakangan ini isi keranjang di toko online adalah berbagai macam dress. Gue pun mulai menggunakan dress gue yang sudah lama tersimpan di lemari. Memberanikan diri menggunakan pakaian yang bermotif. 

Ah, senangnya. I hope I can figure out more about myself. What's about you? What's your style?

Jumat, 25 September 2020

DAY 13: Favorite Book

Gue tidak menyangka akan menuliskan nama ini. Gue pikir gue akan menulis judul buku yang memberi gue inspirasi pergi ke suatu tempat. Ternyata enggak. Gue akan menulis judul buku yang ditulis Mas Aih alias Galih Hidayatullah.

Beberapa waktu lalu Mas Aih memberika dua pdf bukunya secara gratis untuk menemani kita di rumah selama PSBB berlangsung. Syukur, gue sempat mengunduhnya.

Ini pertama kalinya gue membaca karya Mas Aih dan gue jatuh cinta dengan Seperti Bianglala, pada Sebuah Akhir Kita Memulai. Kumpulan cerita pendek dan percakapan beberapa tokoh di sini benar-benar memberikan banyak pesan tersirat.

Beberapa cerita punya plot twist yang cukup membuat hati gue kosong sesaat. Kenapa gue pilih buku ini? Kejadian-kejadian yang Mas Aih gambarkan itu dekat dengan kehidupan sehari-sehari. Kita akan merasa tertampar.

Berkali-kali gue unggah potongan-potongan cerita itu, berkali-kali juga gue mendapat balasan dari followers gue "Bukunya siapa, Fel?"

Yes, I know! This book is worth to read. Ketampar juga, kan, kalian ketika baca potongan-potongan yang gue unggah?

Cerita ini mengisahkan bagaimana akhir dari sesuatu itu bisa menjadi sesuatu yang baru. Kebukanya kesempatan-kesempatan lain. Yang lalu biarlah berlalu. Jangan sampai putus harapan.

Kamis, 24 September 2020

DAY 12: Favorite TV Series

Series ini berakhir pada 2018 dengan jumlah 8 musim. Meskipun gue tahu series ini hanya tiga tingkat lebih baik dari sinetron Indonesia penuh dengan drama, tetapi The Vampire Diaries menjadi salah satu series favorit gue.

Mengisahkan kehidupan vampire dan manusia, ya, klasik, mereka saling jatuh cinta. Diperankan oleh Nina Dobrev (Elena Gilbert), Paul Wesley (Stefan Salvatore), dan Ian Somerhalder (Damon Salvatore). 

Gue enggak mungkin menceritakan setiap bagian, kan? Karena beneran panjang dan drama banget series ini, tuh! Namun, kenapa gue tetap menyelesaikannya? The Vampire Diaries itu pelopor dalam hidup gue menonton series.

Di The Vampire Diaries universe ini ada vampire, penyihir, serigala, dan berbagai makhluk astral lainnya. Gue dibuat baper berkali-kali dengan kisah cinta Elena - Stefan dan Elena - Damon. Jujur, gue tim Elena - Damon. Cocok di serial ini, membuat Nina dan Ian pacaran di dunia nyata. Ah, gila!

Sayangnya, di musim ke-6 Nina memutuskan hengkang. Di sana gue tahu rasanya kehilangan ditinggal seseorang. Sumpah, gue patah hati. Sempat terpikir untuk enggak melanjutkan menonton serial ini, tetapi gue selesaikan juga. Syukur, tetap seru!

Awalnya gue enggak kebayang ditinggal pemeran utama. Bakal seperti apa jalan ceritanya? Ternyata penulisnya emang keren! Malah bikin penonton tambah penasaran.

Di sisi lain, saking sukanya gue dengan serial ini, membawa gue untuk menonton spin off-nya, The Original. Gila, The Original universe lebih menyayat hati karena tentang keluarga. Original vampire yang enggak bisa mati dengan mudah. Ah, parah!

The Original pun membuat universe lanjutan, Legacies, yang menceritakan anak-anak dengan kemampuan khusus. Cerita di universe ini sedikit kombinasi dari peran-peran yang ada di The Vampire Diaries dan The Original.

Gue mengikuti tiga serial drama ini. Wow, ini bukan hanya satu. Ya, tetap, semua berawal dari The Vampire Diaries. Para pemainnya terkadang masih suka bertemu dan ini bikin gue kangen berat. Namun, gue enggak sanggup kalau harus menonton ulang. Banyak banget, cuy!

Sepertinya banyak orang yang tahu The Vampire Diaries, tetapi enggak tahu dua serial lanjutannya. Jadi, kalau kalian suka drama bergenre percintaan dan keluarga, tiga serial ini bisa jadi pilihan, guys!