Minggu, 18 Juli 2021

Review Film The Intern: Pelajaran Berharga Dari Anak Magang

Review Film The Intern

Better late than never. Akhirnya gue menonton film The Intern yang tayang pada 2015 alias enam tahun lalu. Gue sudah melihat poster film ini sejak lama, tetapi gue masih belum berniat untuk menontonnya. Hal yang membuat gue memilih film ini di Netflix adalah cuitan salah satu following gue yang bilang bahwa film ini wajib untuk ditonton. So here I am! Btw, there's a little spoiler.

Sebelum itu, gue ingin memuji seorang Robert De Niro yang semakin tua malah semakin karismatik (I wrote it like I grew up in the same year as him, didn't I?). Begitu pun dengan Anna Hathaway yang ageing like a fine wine alias semakin tua semakin menawan. Wajahnya pun tidak berubah sejak pertama kali gue sadar tentangnya di film The Devil Wears Prada yang tayang pada 2006.

Review Film The Intern

The Intern adalah film bergenre drama-komedi yang ditulis dan diproduseri oleh Nancy Meyers. Film ini mengisahkan seorang laki-laki tua berusia 70 tahun yang telah pensiun, Ben Whittaker (Robert De Niro). Dirinya melakukan magang di sebuah start-up yang bergerak di bidang fashion, About The Fit. Ben pun harus berhadapan dengan sang CEO, Jules Ostin (Anna Hathaway).

Entah gue yang kurang informasi atau memang magang untuk orang tua yang sudah pensiun ini ada di dunia nyata? Sebagai spesialis intern alias gue menghabiskan waktu hampir satu tahun dengan magang di lebih dari satu tempat, I found it funny karena bagaimana start-up identik dengan muda-mudi yang berada di waktu produktif, tetapi The Intern malah menyajikan sebaliknya.
A gentleman carries a handkerchief, not for himself, but in case a lady needs one. - Ben, The Intern
Long story short, kisah ini berawal ketika Ben yang sedang berjalan santai dan menemukan iklan lowongan magang. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Ben pun membuat video perkenalan diri yang merupakan salah satu syaratnya. Sebelumnya Ben bekerja di perusahaan percetakan buku telepon. Dirinya pun berpengalaman di bagian penjualan dan pemasaran.

Sumpah, kalau menurut gue, penonton bisa mendapatkan pelajaran berharga dari bagaimana Ben membuat video perkenalan diri dan menjawab interview. Bagaimana Ben secara lugas paham dan percaya diri atas pengalamannya selama bekerja. Di sisi lain, dengan setting yang disajikan, kita bisa tahu bahwa Ben adalah seseorang yang baik, teratur, disiplin, dan pekerja keras.
Hi, Jules. I'm Ben, your new intern. - Ben, The Intern
Sebagai CEO, Jules terkenal dengan karakter yang cepat, strict, dan detail. Gue pengin bilang kalau Jules ini termasuk orang yang micromanaging. She knows what she want, she knows how to do that and this, and she wants everything in its place. Gue mengagumi banyak bagian dari Jules. Btw, Jules dan suaminya bertukar peran sehingga suaminya menjadi seorang househusband.

Menjadi satu di antara lima anak intern, Ben mendapat tugas untuk menjadi asisten pribadi Jules yang sejak awal secara vokal bilang bahwa dirinya tidak membutuhkan banyak bantuan Ben. Namanya juga hidup. Apa yang kita tanam, itu yang kita tuai. Ternyata hubungan mereka semakin dekat dan Ben banyak membantu persoalan hidup Jules mulai dari bisnis hingga keluarganya.
It's 2015, are we really still critical of working moms? - Jules, The Intern
Overall, The Intern mempunya jalan cerita yang simple tanpa klimaks. Namun, karena apiknya para pemain, narasi yang dibawa, dan pesan-pesan yang disampaikan secara tersirat, membuat film ini menjadi perpaduan yang pas. Ibarat kue, semua takaran bahannya sempurna. Ada sedikit feminisme di film ini yang bisa dipelajari dan membawa pemahaman baru untuk masyrakat modern.

Bagaimana peran suami dan istri bisa ditukar, seperti yang dilakukan Jules dan Matt (Andres Holm). Jules bekerja, sedangkan Matt di rumah mengurus anak dan rumah. Ada bagian yang gue suka dari part ini bagaimana Matt mendukung Jules secara penuh untuk menggapai mimpinya menjalankan bisnis About The Fit. Gue suka bagaimana film ini menyampaikan kalau hal tersebut sah-sah saja.
Love and work, work and love, that's all there is. - Jules, The Intern
Berhubung gue tumbuh dengan film dari novel Nicholas Sparks dengan kisah cintanya yang beragam, entah kenapa gue bisa menebak bahwa film semacam ini akan ada masalah keluarga yang ketebak. Jujur, banyak orang yang pasti relate banget dengan Jules. Kalian tahu kalau pasangan selingkuh dan bingung untuk mengambil langkah. Lalu, pura-pura bahwa semua baik-baik saja. Ngaku!

Berawal dari masalah yang Jules hadapi di kantornya, para investor menyarankan About The Fit untuk mencari Co-CEO dari luar untuk memantau perkembangan About The Fit yang dirasa terlalu cepat. Investor takut bahwa About The Fit akan kehilangan ide. Tentu hal ini membuat Jules sedih, tetapi mau tidak mau Jules pun bertemu dengan para kandidat yang akan bekerja dengannya.
"You should feel nothing but great about what you've done, and I'd hate to see you let anyone take that away from you." - Ben, The Intern
Kandidat terakhir membawa Jules dan Ben ke San Fransisco untuk menemuinya. Long story short, di sebuah kamar hotel di San Fransico, Jules mengatakan kepada Ben bahwa dirinya tahu jika suaminya selingkuh dengan seseorang. Gue suka banget dengan karakter Ben di sini. Memberikan nasihat dengan tepat, tetapi tetap berusaha untuk berada pada tempatnya. Porsinya pas, tidak berlebihan.

Kalian harus menonton film ini dan pahamilah baik-baik percakapan di sini. Mari kita menangis, tersenyum, lalu menangis lagi bersama. Kekhawatiran Jules tentang masa depannya atas opsi keputusan yang ada. Bagaimana Ben secara tegas menjadi pendengar dan lawan bicara yang baik. Oh my god, I really love this part. Rasanya, orang seperti Ben ini wajib ada dalam hidup kita, deh!
You never wrong for doing the right thing... but I'm sure Mark Twain said that one before. - Ben, The Intern

As we know kalau film ini bergenre drama-komedi, kisah cinta yang disajikan di film ini bukan hanya milik Jules. Ben pun menemukan seseorang yang mengetuk hatinya. Drama kecil-kecilan dalam kehidupan Ben yang sudah berumur ini cukup menggelitik. Rasanya gue ikut malu-malu sendiri karena how can you, the elderly, flirt and be jealous like you guys are teenagers? It's cute, tbh!

Sisanya, silakan enjoy The Intern sambil mengisi waktu luang dengan menyesap kopi atau teh. Ini adalah film yang ringan, manis, dan menawan. Film yang berkisah tentang gap dalam bisnis antara generasi lama dan baru, tentang pengalaman yang tidak pernah usang, tentang jatuh cinta, tentang patah hati, dan tentang memaafkan. I, one hundred percent, really recommend this movie!

Image: imdb

Selasa, 25 Mei 2021

Review Novel Some Kind of Wonderful - Winna Efendi

Review Novel Some Kind of Wonderful

Gue itu selalu bingung mau menulis apa di kalimat pembuka. Jadi, ya, ini buku kedua yang akan gue review, Some Kind of Wonderful - Winna Efendi. Ini buku kedua Winna Efendi yang gue baca. Buku pertama yang gue baca adalah Someday, berkisah tentang keluarga, persahabatan, mimpi, dan cinta saat remaja. Gue pun sedang melanjutkan Scars and Other Beautiful Things miliknya.

Some Kind of Wonderful ini sebenarnya juga bercerita tentang hal-hal yang gue sebutkan di atas. Hanya saja, dengan genre metropop, permasalahan yang dihadapi lebih berat dan kompleks. Sudah sejak awal SMA gue tahu nama Winna Efendi, tetapi baru dua novelnya yang gue selesaikan. Gue pengin bilang kalau I love the way she writes. Meski bertema sama, vibes-nya jauh berbeda.

Review Novel Some Kind of Wonderful

Novel ini mengisahkan tentang William Sutjiawan atau Liam Kendrick dan Rory Nicholson yang terjebak dalam kehampaan dan kehilangan dalam hidupnya. Kalau Liam melarikan diri dari cinta pertamanya, Rory kehilangan dua anggota keluarga kecilnya.

Berhenti kuliah dan pindah ke Sydney, tempat kelahirannya, menjadi salah satu keputusan besar Liam. Selain mengejar mimpi menjadi seorang koki yang handal, dirinya juga ingin menghindari cinta pertamanya yang memilih adik tirinya sebagai pendamping hidup.

Meskipun jalannya tak mudah, akhrinya Liam berhasil menjadi seorang Celebrity Chef yang namanya dikenal luas oleh masyarakat. Alih-alih menikmati hidup dengan bahagia, ternyata kehampaan dan bayang-bayang dari cinta pertamanya, Wendy tetap menghantui.
Dia adalah orang pertama yang ingin kuberitahu untuk setiap kabar buruk, setiap kabar baik, and everything in between. I wonder if she misses me the way I miss her. - Halaman 68
Aurora Handitama alias Rory Nicholson, perempuan asal Bandung yang menempuh pendidikan musik di Australia. Memilih menetap di Australia dan menikah dengan Jay Nicholson, temannya semasa kuliah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Ruben Nicholson.

Memilih bidang musik dan menetap di Sydney membuat hidup Rory berpusat pada Jay dan Ruben. Namun, kejadian mengerikan merenggut nyawa Jay dan Ruben. Hidup Rory pun menjadi kelam. Kekosongan, kesepian, dan rasa bersalah pun menggerogoti perasaannya.
Bahkan dalam keramaian yang tak pernah surut, aku merasa jauh lebih kesepian daripada saat aku sendirian. And when you're lonely, you especially miss the people you no longer have. - Halaman 70
Mengambil sudut pandang Liam dan Rory, gue suka bagaimana Winna Efendi mengisi kekosongan di setiap sisi. Kalau buat gue, isi pikiran dan percakapan dalam novel ini tersalurkan dengan baik kepada pembaca. Gue dapat merasakan emosi, jengkel, hingga kehampaan sang karakter.

Berbicara soal keluarga, menurut gue isi novel Some Kind of Wonderful ini cukup related. Apa itu mimpi? Apa itu keinginan? Pilih jurusan kuliah yang lapangan pekerjaannya terbuka luas. Apalah musik dan masak-masakan itu kalau tidak punya fondasi yang sangat kokoh?

Memang, ya, seringkali mimpi dan realita tidak berjalan seiringan. Seringkali kita dihadapkan pada pilihan yang sulit, tetapi harus cepat-cepat memberi keputusan. Berat. Apa ada di antara kalian yang sanasib dengan Liam dan Rory? Semangat, semoga tetap kuat dan bahagia!

Ada poin lainnya tentang keluarga yang bisa gue ambil dan sangat umum terjadi. Sudahlah love language berbeda, terkadang orang tua gengsi atau bingung menunjukkan kasih sayang dan kepeduliannya. Jadilah sang anak yang merasa tidak diperhatikan dan disayang. Vice versa.
Bunda yang dulunya hobi bikin album beginian, lalu diteruskan oleh ayah. Selama bertahun-tahun, beliau mengumpulkan berbagai berita mengenaimu, dan meminta asistennya merekam acaramu supaya bisa ditonton setiap minggu. - Halaman 271
Tentang perasaan, cinta itu hebat banget, ya? Seseorang bisa pergi begitu jauh dan ingin menemukan sesuatu ketika dia sendiri tidak tahu sedang mencari apa. Tentang kehilangan, ternyata duka yang begitu dalam bisa membuat hidup seseorang berantakan dan diam di tempat.

Begitu bertemu, kisah Liam dan Rory pun tidak mudah. Namanya juga perasaan. Akan selalu menjadi pertanyaan. Apa gue benar-benar jatuh cinta? Atau dia hanya menjadi sosok pengganti? Gue belajar tentang dua pertanyaan itu dari novel ini. Jawabannya satu: jujur dengan diri sendiri.

Ada karakter-karakter lainnya yang berperan dalam kisah mereka. Noah, Angelo, dan Daphne. Terkadang, kita bingung menghadapi seseorang yang sedang buta arah dan merasa kehilangan, kan? Winna Efendi menciptakan perasaan bingung tersebut dengan baik melalui karakter-karakternya.
I need a sense of normalcy, bukan segala sesuatu yang mengingatkan akan hari itu. Aku ingin mereka berhenti memberiku perlakuan istimewa, atau menatapku dengan iba sekaligus simpati. - Halaman 119 & 120
Btw, kalau kalian suka dengan masak-masakan pasti kalian akan fokus dengan makanan-makanan yang dimasak oleh Liam. Atau ketika Liam dan Rory melakukan tantangan makanan. Karena gue lebih suka musik, asli, lagu-lagu yang disebutkan di novel ini enak semua. Please, listen to all of them!

Novel ini, tuh, bisa menjadi pengingat untuk kita yang pernah kehilangan dan buta arah. Pengingat kalau keluarga itu tidak hanya yang sedarah. Seperti yang dilakukan Julie dan Stan. Pengingat kalau harus jujur dengan perasaan sendiri. Dan kalau punya rasa sama seseorang, sebisa mungkin ungkapkanlah.

Di sisi lain, gue sebenarnya berharap ada sedikit lanjutan bagaimana hubungan Liam dan Rory dengan keluarga di Indonesia setelah mereka berdamai dengan masa lalu. Menurut gue akan lebih epik kalau bagian keluarga sedikit ditambahkan agar cerita mereka benar-benar selesai dan lapang.
  • Judul Buku : Some Kind of Wonderful
  • Penulis : Winna Efendi
  • ISBN : 978-602-03-3555-1
  • Penerbit : Gramedia
  • Halaman : 360
Image: goodreads

Minggu, 16 Mei 2021

Review Novel Jakarta Sebelum Pagi - Ziggy Z.

Review Novel Jakarta Sebelum Pagi

Akhirnya, gue memberanikan diri untuk mereview buku yang gue baca. Semoga tidak spoiler karena ini pertama kalinya. Long story short, baca Jakarta Sebelum Pagi itu disebabkan oleh salah satu penulis Alternative Universe favorit gue di Twitter. (Kalau kalian mau tahu tulisan-tulisannya, just ask me freely).

Biasanya, gue menganggap tulisan itu cantik ketika sang penulis memilih diksi yang tidak biasa. Buat gue, narasi yang dibuat penulis AU favorit gue ini sangat menarik. Bagaimana dia membangun narasi dengan diksi yang sederhana, tetapi kalimatnya menjadi sangat cantik.

Suatu hari, penulis AU favorit gue ini menjawab pertanyaan tentang buku apa yang paling paling berkesan untuknya. Salah satu jawabannya adalah Jakarta Sebelum Pagi karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. (Setelah selesai membaca, akhirnya rasa penasaran gue terjawab).

Karena gue menganggap penulisan seseorang itu juga terpengaruh dari buku yang dibaca, maka dari itu, pun selagi gue sedang langganan Gramedia Digital, akhirnya gue pilih Jakarta Sebelum Pagi untuk gue baca dan lihat keunikannya.

Review Novel Jakarta Sebelum Pagi

Jadi, novel Jakarta Sebelum Pagi ini menceritakan tokoh bernama Emina yang terobsesi dengan babi setelah membaca Animal Farm. Hampir semua orang dalam hidupnya ia ibaratkan dengan babi. Cerita di mulai setelah dirinya mendapat kiriman balon, bunga, beserta surat setiap hari di balkon apartemennya.

Nissa, sang sahabat yang-tentunya-jauh-lebih-waras menyuruh Emina untuk berhati-hati dengan si stalker. Namun, Emina dengan rasa penasarannya, malah ingin tahu siapa stalker-nya itu. Rasa penasarannya membawa Emina ke sebuah toko bunga dan bertemu dengan Suki, bocah 12 tahun yang sangat dewasa.

Tapi, Suki, sebagai anak kecil, kamu .... benar-benar nggak berpikir seperti anak kecil. Yakin, kamu bukan Benjamin Button betina? - Halaman 163

Pertemuan dengan Suki membawa Emina bertemu dengan Abel, pemuda yang memiliki fobia sentuhan dan suara karena sebuah kejadian di masa lalu. Ternyata, Abel dan Suki ini berhubungan dengan Pak Meneer, tetangga Rumah Para Jompo yang terdiri dari Nenek, Datuk, dan Nin (adik Datuk)-nya Emina.

Surat-surat yang diterima Emina dari sang stalker berisi curahan hati beserta kenangan si penulis surat di Jakarta saat masa lampau. Hubungan Emina dan Abel yang kian mendekat, membuat mereka mendatangi tempat-tempat yang disebutkan pada surat-surat tersebut. Ternyata bukan sekadar surat dan kenangan, surat-surat tersebut mengungkapkan berbagai rahasia; siapa penulis, penerima, dan cerita di baliknya.

Planetarium tempat saya pertama kali mengecup keningmu kini adalah gedung tua yang sudah terlupakan. Tempat-tempat yang dulu kita cintai telah berubah, ditinggalkan, atau semakin dicintai. - Halaman 185

Btw, waktu pertama kali gue baca judul Jakarta Sebelum Pagi, bayangan gue adalah novel tentang kejahatan atau hal-hal aneh yang terjadi di Jakarta ketika waktu subuh. Tenyata, ya, tidak sepenuhnya salah. Karena karakter Abel yang fobia sentuhan dan suara itu membuat dia dan Emina melakukan eksekusi pada dini hari untuk menghindari keramaian dan kebisingan. Jadi, ya, gue paham sekarang.

Gue suka bagaimana sang penulis membangun suasana serta karakter melalui percakapan setiap tokohnya. Seperti si tokoh utama, Emina yang absurd dan to the point dan Nissa dengan otaknya yang waras dan normal seperti kebanyakan orang pada umumnya. Menurut gue, dua karakter ini sangat melengkapi dan ada di dunia nyata.

Jangan cari stalker lo, oke? Promise me, you won't do anything stupid. There's no space for stupid in Jakarta - Halaman 8 & 9

Novel yang berlatar di Jakarta ini juga membuat gue berpikir kalau karakter Suki relate dengan kehidupan. Bagaimana seorang anak dituntut menjadi dewasa sebelum waktunya. Meskipun menghadapi berbagai keadaan dan kondisi yang berbeda. Pun dengan Abel, seseorang yang mengungkapkan perasaannya dengan cara yang bikin geleng-geleng kepala.

Kalau menurut gue, novel ini bukan hanya soal romantisisme dan keabsurdan tentang babi yang bikin gue tertawa setiap membacanya, tetapi ada banyak nilai-nilai yang secara implisit bisa pembaca dapatkan. Mulai dari persoalan keluarga, perasaan yang rumit, menerima seseorang beserta konsekuensinya, belajar melepaskan, dan berdamai dengan masa lalu. Gue takjub, sih, dengan novel ini!

Luka dari masa kecil itu lebih sulit disembuhkan daripada yang kamu dapatkan setelah dewasa. - Halaman 200

Untuk penulisannya, novel ini cukup ringan dan berat bersamaan. Sang penulis sesekali menggunakan pengandaian untuk menggambarkan sesuatu. Gue pun beberapa kali membaca ulang sebuah kalimat agar lebih paham. Btw, novel ini juga membahas tentang teh beserta upacaranya. Ada upacara minum teh di Jepang dan Inggris. Asli. Bagian ini bikin gue penasaran dan bolak-balik ke mesin pencarian untuk mencari info lebih dalam.

Novel Jakarta Sebelum Pagi menjadi karya fiksi terbaik Indonesia 2016 versi majalah Rolling Stone. Kalau kalian suka dengan novel bergenre romantis, komedi, dan misteri, gue sangat menyarankan kalian untuk membaca novel ini. Gue yakin novel ini akan bikin kalian tertawa dan takjub dengan plot yang cukup bikin melongo. Jadi, ya, novel ini sangat worth to read, I guess.

  • Judul Buku : Jakarta Sebelum Pagi
  • Penulis Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
  • ISBN : 978-602-375-844-9
  • Penerbit : Grasindo
  • Halaman : 270

Selasa, 11 Mei 2021

Menjadi Egois di Waktu-waktu Tertentu

Aku, sedikit percaya bahwa kita hanya mengingat hal atau kejadian yang paling baik atau buruk dalam hidup. Kita tidak pernah benar-benar mengingat hal biasa saja yang ketika kita coba ingat, otak harus bekerja lebih keras. Bahkan, kita cenderung mengingat hal paling buruk.

Ketika mendapatkan hal baik, kita hanya mengingatnya untuk beberapa waktu. Coba kalau kutanya, apa hal yang paling menyakitkan dalam hidup yang kamu ingat sampai saat ini? Aku yakin, detik ini juga, memori kita semua melesat dengan cepat ke kejadian tersebut.

Lalu, tanpa aba-aba, amarah, sedih, bahkan sesak menghampiri di relung hati. Tak apa, kita semua pernah melalui hal-hal buruk. Aku paham juga rasanya. Cuma, bukan kenangan baik atau buruk yang menjadi poinku. Namun, cara kita bersikap setelahnya.

Banyak orang jadi selalu berusaha menyenangkan orang lain karena tahu rasanya dilupakan. Lama-kelamaan, mereka tenggelam dalam pusaran yang tidak keruan. Tak jarang, banyak orang ini hilang kendali atas diri sendiri dan enggan berkata tidak; selalu menyenangkan orang lain.

Aku, geregetan. Mungkin ada yang salah juga dengan cara otakku bekerja. Entah. Rasanya, ingin kutempeleng sedikit dan kucegat. Lalu, kubisikkan keras-keras, "Kamu tidak akan pernah bisa menyenangkan hati semua orang atau kamu yang akan kehilangan dirimu sendiri".

Bukankah sedihnya menjadi berlipat? Sudah selalu ingat bagaimana rasanya dilupakan, lalu harus kehilangan diri sendiri karena terlalu dalam berada di pusaran yang tak keruan.

Menurutku, orang-orang yang lupa untuk memilih dirinya sendiri itu semacam senar gitar yang sudah kencang, tetapi dryer-nya terus diputar untuk mencapai nada tertinggi. Akan putus dan tergantikan. Haduh, bukannya ini tambah sedih?

Sudah selalu berusaha yang terbaik, tetapi saat sudah di ambang batas dan lupa berhenti, ujung-ujungnya tergantikan lagi. Kita tidak akan pernah bisa menyenangkan semua orang. Jangan sampai kehilangan satu-satunya yang kita punya; diri sendiri.

Aku tahu, tidak ada salahnya untuk selalu berbuat baik dan mencoba menyenangkan hati semua orang. Cuma, apa gunanya kalau kita kehilangan diri sendiri dan dimanfaatkan tanpa henti? Memang, sakit. Bahkan kita harus hidup dengan kenangan buruk tersebut.

Ditinggalkan, dilupakan, dan diabaikan itu selalu menyakitkan. Hanya saja, perasaan orang lain pun bukan tanggung jawab kita. Bagaimana kalau sekarang kita berjanji untuk memilih diri sendiri dan membantu semampunya? Karena menjadi egois di waktu-waktu tertentu sangat dibolehkan.

Rabu, 05 Mei 2021

Something Better to Sleep

"I haven't discussed this with anyone because I don't really know how to start. All I know is that I feel weird these past few days."

Kalimat di atas adalah gambaran yang terjadi dengan diri gue saat ini. Entah kenapa gue merasa ada sesuatu yang salah ketika gue sendiri tidak tahu apa yang sedang salah. Rasanya ingin memperbaiki sesuatu yang rusak padahal gue pun tidak tahu apa yang rusak. Bingung? Ya, itu yang gue rasakan sekarang.

Gue takut apa yang sudah gue usahakan beberapa tahun belakangan itu menjadi berantakan. Padahal selama ini gue mencoba untuk menjaganya untuk stay in place. Gue pikir semua akan baik-baik saja, tetapi ternyata bermain dengan perasaan itu tidak mudah. Banyak godaannya. Banyak pertimbangannya. Banyak konsekuensinya.

Sialnya lagi, ketika akal sehat sudah mengambil perannya, perasaan tersebut seringkali terasa salah. Apalagi kalau harus memilih kedamaian atau melakukan yang seharusnya. Semua tambah runyam ketika hal yang seharusnya itu mengganggu kedamaian yang sudah ada. Kedamaian yang sudah lama dibangun dan ternyata banyak janggalnya.

Memang, ya, habit dies hard. Apalagi kalau keadaan mendukung untuk terus melakukan kebiasaan tersebut. Sayangnya, tidak semua kebiasaan itu baik dan tidak semua orang bisa memaklumi. Gue pun khawatir, dia yang sudah lama tertidur, ternyata terusik. Lalu meneriaki gue kalau terus menjaga sesuatu untuk selalu di tempatnya bisa menjadi bom waktu.

Dengan terusiknya dia dari tidur panjangnya, gue takut dia benar-benar bangun dan ikut mengambil peran. Lalu memporak-porandakan semua yang sudah gue usahakan. Gue tambah takut kalau hal yang berantakan ini tidak bisa diperbaiki lagi atau meskipun bisa, tidak akan pernah sama. Skenario terburuk pun menari-nari seenaknya di kepala.

It takes two to tango. Pura-pura semuanya baik-baik saja, gue yang gelisah. Mencoba mengubah suatu kebiasaan, risiko berantakannya besar. Gue cuma berharap, apa-apa yang entah apa namanya ini cepat berlalu. Agar si dia tidak perlu bangun dan ikut mengambil peran. Rasanya pun gue tidak pernah siap menghadapi kerunyaman.