Kamis, 21 Oktober 2021
Aku Harus Bergegas
Senin, 23 Agustus 2021
Unrelease
Sabtu, 14 Agustus 2021
Sebuah Pertanyaan
Dalam berisiknya keheningan, aku selalu bertanya pada gelap, 'Apa cerita ini memang benar-benar sudah berakhir? Apa sudah harus kububuhi tanda titik di akhir kalimatnya?'. Sial. Malamku seringkali tidak tenang karena ini.
Jumat, 13 Agustus 2021
Puisi Suaramu Jalan Pulang yang Kukenali - Adimas Immanuel
Agak berbeda dari tulisan gue yang lainnya tentang buku. Hari ini gue mau sharing tanpa review panjang soal kumpulan puisi, prosa, dan sajak karya Adimas Immanuel. Gue mau sharing beberapa bagian dari tulisan-tulisannya yang gue suka.
Ini karya pertama Adimas Immanuel yang gue baca. Long story short, gue suka banget sama rangkaian kata yang dia buat. Beberapa kali gue tersenyum atas kalimat-kalimatnya. Dan menurut gue, setiap pembaca bisa menafsirkan banyak makna.
Suaramu Jalan Pulang yang Kukenali
Rute
Mulai menganggapmu rumahberarti menguji diri sendiriuntuk menghafal rute pulang.
Kerontang
Demi tumbuhnya debar, trauma tak kubiarkan mengakar.Mengairi kembali jantungmu, mengairi denyut yang sitaingatanku,kugarit tanah-tanah lekang, retakan dosa sisa perburuan.
Jembar Latar
Siapa tahu hari kau akan datangmembawa serta sekuntum hujan,agar usailah kemarau panjangdalam jiwa kerontang ini.
Pohon-Pohon Kelana
Manusia adalah pengelana di pikiran manusia lainmeski hati menegaskan ia bukan pejalan jauh yang baik.Nanti jika habis tubuhmu dan tak ada yang bisadibanggakan dari buahmu, kau baru mengingatkusebagai tangkai daun yang tetap mencintaimu.
Musim Bermukim
cepat atau lambatgedung-gedung bertingkatakan rubuh seperti kitasetelah kautak jadi fondasiku,setelah engselkulepas dari pilar tubuhmu.
Sebelum Malam Susut
Sebelum malam susut dari kedua alis matamu, aku tetap niatkanmenawan sejumlah peristiwa yang terus kausangkal, sebabperjuangan harusnya menjadi sakral jika kau tak diajari berkhianatoleh remah-remah roti yang melemahkan keteguhan perutmu.
Gelandangan
Tuhan hidup menggelandangdalam tubuh yang dibangundari pesta pora.
- Judul Buku : Suaramu Jalan Pulang yang Kukenali
- Penulis : Adimas Immanuel
- ISBN : 978-602-06-3503-3
- Penerbit : Gramedia Pustaka
- Halaman : 108
Sabtu, 31 Juli 2021
Perubahan dan Adaptasi
Sejak gue kecil hingga remaja dan mulai sadar akan eksistensi gue sebagai manusia, bintang atau zodiak kelahiran kerap dibicarakan. Bahkan, hingga kini gue berusia 23 tahun, perbincangan zodiak ini semakin mendalam. Kalau sebelumnya gue hanya paham 12 zodiak yang masuk ke dalam kategori sun sign, ternyata ada yang namanya moon sign dan rising sign. Apa kalian paham apa itu semua, sobat?
Meskipun enggak sepenuhnya percaya zodiak, bohong kalau gue enggak pernah membaca tentang tahun kelahiran gue beserta tetek bengeknya. Selain dengan logo banteng dan keras kepalanya, ternyata Taurus masuk ke dalam earth sign (Tahu earth sign, enggak? Ada Taurus, Virgo, dan Capricorn) yang susah menerima perubahan. Menarik. Sulit menerima perubahan bisa berarti sulit beradaptasi?
Konon katanya, seorang Taurus agak susah menerima perubahan karena sifat dasarnya adalah kestabilan. Rutinitas adalah sesuatu yang disukai Taurus. Lalu, gue pun berpikir. Kalau begini ceritanya, enggak perlu pakai tameng zodiak lagi. Beberapa manusia memang suka kestabilan, rutinitas, dan rasa familiar. Dengan begitu, akan ada rasa aman. Meski di sisi lain, terus di zona nyaman bisa bikin stuck.
The more you stay the same, the more they seem to change. Don't you think it's strange? - Put your records On, Corinne Bailey Rae
Well, meskipun enggak salah dan banyak juga perubahan yang sifatnya baik, gue pernah membaca tulisan seseorang bahwa sah-sah saja untuk hidup stabil dan enggak terus berambisi. Karena dengan terus berambisi, kita dituntut untuk selalu bergerak maju dan mengambil taktik sebaik mungkin. Pergerakan itulah yang menuntut kita untuk terus berpikir agar tidak salah dalam melangkah.
Namun, bukan perubahan semacam itu yang ingin gue bahas, tetapi perubahan kecil dalam kehidupan yang tanpa kita sadari akan membuat kita berucap "Oh, dulu kita begini, ya...", "Seru banget dulu kita di sekolah begini...", dan disertai rentetan memori yang bermain di kepala. Meskipun secara kasat mata enggak terlihat, ternyata perubahan itu ada. Enggak jarang jadi menciptakan resah.
I remember when I was in high school, Twitter became one of the most used social media by me and my friends. We were fine until the semester break came. We didn't see each other for two weeks, we never chatted again on Twitter. There's nothing wrong, people are just busy with their lives and enjoying the holidays, but then I think it's not like it used to be. Hey, why don't you guys come on Twitter? Hey?
The more things seem to change, the more they stay the same. Oh, don't you hesitate? - Put Your Records On, Corinne Bailey Rae
Sungguh, terkadang gue benci kalau sadar akan sesuatu seperti di atas. Padahal, ya, enggak muncul di Twitter juga enggak apa-apa. Orang sibuk sama hidupnya sendiri, begitu pun gue, kan? Cuma, gue yang sudah terbiasa dengan hal tersebut jadi planga-plongo sendiri. Padahal kalau dipikir-pikir, ya, enggak ada masalah. Bahkan ini bukan masalah. Cuma, rasanya di hati, tuh, enggak enak. Rungsing.
Sama halnya dengan dua tahun belakangan ini. Meskipun perubahan selalu ada dan enggak pernah bisa dihindari banyak-banyak, dua tahun ini perubahan yang terjadi cukup drastis. Rasanya semua orang dituntut untuk menjadi benda cair yang selalu siap mengikuti bentuk wadah yang menampungnya. Nyatanya, manusia bukanlah air dan banyak orang yang butuh waktu untuk paham, lalu beradaptasi.
Semenjak selesai kuliah dan balik ke Jakarta, beberapa agenda yang akan gue lakukan adalah bertemu tatap muka dengan teman, hangout ke kafe dan mall sesering mungkin, dan ke tempat-tempat seru di Jakarta. Biasalah, angan-angan manusia yang baru beranjak dewasa dan punya penghasilan. Having fun with friends. Sialnya, angan-angan itu harus gue simpan entah sampai kapan sejak Februari 2020.
The more things change, the more they stay the same. The same sunrise, it's just another day. - The More Things Change, Bon Jovi
Setelah bekerja dan harus di rumah selama pandemi, tentu ada beberapa hal yang membuat gue harus ke kantor. Laptop enggak bisa di-charge contohnya. Gue, si extrovert ini harusnya senang karena akhirnya keluar rumah dan bertemu dengan beberapa orang di kantor nantinya. Sialnya, bukan senang yang gue rasa, tetapi rasa aneh yang menyelimuti. Entah alasannya apa juga gue enggak bisa paham.
Di luar soal perkantoran dan jalanan ini, ternyata gue yang-self-claimed susah menerima perubahan ini sepertinya hanya takut. Takut sama sesuatu yang baru dan enggak familiar. Takut kalau nanti akan ada masalah baru dan enggak bisa menghadapi masalah yang akan menerpa. Takut kalau hal baru enggak sesuai sama ekspektasi di kepala dan perkiraan. Padahal, perubahan juga banyak yang baiknya.
Things change. Stuff happens. Life goes on. - Elizabeth Scott
Jadi ingat perkataan Jay B baru-baru ini. Dia merasa jauh lebih merasakan kebebasan dari sebelumnya. Merasa dia adalah dirinya yang sesungguhnya. Cuma, karena dia salah satu member grup yang memang terbiasa promosi ramai-ramai, hal itu cenderung membuat Jay B merasa sendirian kalau lagi aktivitas solo. Duh, bapak leader, semoga perubahan ini bawa banyak kebaikan dan kebahagiaan, ya!
Mungkin ini juga yang membuat seseorang susah move on? Karena memulai hubungan yang baru itu seperti beranjak dari tempat yang sudah familiar ke tempat yang asing. Apalagi kalau kata Katy Perry di Thinking of You, sih, comparisons are easily done once you've had a taste of perfection, takut kalau yang baru enggak sebaik yang lama. Lanjutan dari Katy Perry juga how do I get better once I've had the best?
Betapa random-nya gue. Mulai dari zodiak hingga move on gue bahas. Bicara soal perubahan, semoga kita bisa menjadi bunglon yang selalu bisa beradaptasi di banyak keadaan. Semoga teka-teki dan puzzle dalam hidup terjawab dan menemukan tempat yang tepat. Semua perubahan personally dan profesionally memberikan banyak pengaruh baik. Rasa cemas dan takutnya dibayar dengan rasa senang.
Image: Pixabay