Selasa, 31 Desember 2024
I Kiss My Past Goodbye
Sabtu, 19 Oktober 2024
Jalan-jalan ke Malaysia
Ide jalan-jalan ke Malaysia ini muncul karena gue kangen traveling, lebih tepatnya I'm a bit tired of living my adult life. Gue pun memborbardir Cici biar mau ke Malaysia. Pucuk dicinta ulam pun tiba, band asal Korea Selatan yang kita dengarkan, wave to earth, konser di Asia, termasuk Kuala Lumpur dan Jakarta.
So, tujuan utama jalan-jalan ke Malaysia ini adalah untuk menonton konser wave to earth di Kuala Lumpur. Namun, rasanya bukan gue dan Cici kalau nggak hunting kopi dan matcha tiap ke tempat baru. Bukan gue dan Cici juga kalau nggak melakukan hal aneh pas traveling.
Gue dan Cici liburan ke Kuala Lumpur tanggal 1-4 Maret 2024 karena konser wave to earth digelar pada Sabtu, 2 Maret 2024. Kita terbang dari Jakarta pukul 09:40 WIB dan tiba di Kuala Lumpur pukul 12:40 waktu Malaysia. Btw, Malaysia itu 1 jam lebih cepat dari Jakarta.
Hal pertama yang gue sadari ketika mau landing adalah bandara Kuala Lumpur dikelilingi pohon sawit yang luas banget, lalu cukup jauh dari kota. Untuk menuju hotel, kita naik bus yang tiketnya bisa dipesang langsung maupun online dengan tuhuan KL Sentral, stasiun utama di Kuala Lumpur. Dari KL Sentral kita lanjut naik MRT dan jalan sedikit untu ke hotel.
Kita menginap di Pacific Regency Suit Hotel yang letaknya persis di sebrang KL Tower. Gue sangat merekomendasikan hotel ini karena harganya sebanding dengan ukuran dan fasilitas kamar yang dikasih. Cuma, hotel ini kurang strategis kalau kalian malas jalan kaki terlalu jauh buat ke MRT. Nah, cocok buat yang suka jalan kaki karena jarak hotel ini ke Petronas Tower dan Pavilion itu kurang dari 2 kilometer.
Day 1
Gue dan Cici sampai hotel sudah agak sore. Setelah bersih-bersih, malamnya kita ke Pavilion KL dan sekitarnya buat mengisi perut. At some point I still wonder, why are we going to the mall again for dinner, instead of going to Jalan Alor to look for delicious local cuisine. Kita makan nasi kandar di sebrang Fahrenheit88. Gue memutuskan makan sepiring berdua Cici karena porsinya besar banget. Ini pertama kalinya gue makan nasi kandar, yang mengingatkan gue dengan nasi padang atau nasi kapau. Nasi dengan lauk yang disiram berbagai macam kuah yang kaya akan bumbu rempah. Btw, selain rasa nasi kandarnya yang juara, teh tarik di sini juga enak banget, enggak terlalu manis seperti pada umumnya.
Setelah puas keliling area Pavilion, gue dan Cici memutuskan untuk balik hotel dengan jalan kaki. Sepanjang perjalanan, gue menyimpulkan bahwa KL itu mirip dengan Jakarta, lebih tepatnya area Blok M dan sekitar. Ada jalan MRT di bagian atas, jalanan di bawahnya macet dan sesekali klakson dibunyikan karena nggak sabar buat jalan, dan beberapa orang yang menyebrang sembarangan. Bedanya cuma di kontur jalanan KL yang agak naik-turun. Fyi, gue turun 4 kilogram selama liburan di sini!
Day 2
Gue bilang, kan, pasti akan ada kelakuan aneh selama traveling? Di hari kedua, kita memutuskan buka jastip nastar dan cokelat Beryl's. Jadi, ada nastar yang viral banget di sini dan banyak orang yang buka jastip, kita pun ikutan. Jadilah kita kejar-kejaran sama waktu karena hari ini mau ke kafe Niko Neko Matcha dan Zepp Kuala Lumpur buat nonton konser wave to earth.
Apakah jastip ini berhasil? Sayangnya nggak karena kita sampai di Suria terlalu siang, yaitu jam setengah 11. Padahal mall juga buka jam 10, tapi ternyata banyak orang yang antre di depan toko nastar itu dari jam 9! Dari sana kita langsung ke Pavilion buat beli cokelat Beryl's. Fyi, kita keliling dengan jalan kaki pas hari itu. What a tough-fun day.
Setelah sampai hotel, kita memutuskan buat tidur siang sebentar sebelum pergi lagi. Kita sudah nggak sanggup jalan kaki ke MRT, akhirnya kita putuskan untuk naik Grab saja ke kafe. Honestly, I’m completely enchanted by the cafe and shop atmosphere in KL. It feels like stepping into a charming modern old town, where every corner is filled with warmth and nostalgia.
Pas sampai, kafenya itu penuh banget, jadi kita harus take away. Pas lagi antre, pelayannya bilang ada bangku kosong buat kita. Atas rekomendasi pelayan yang ganteng itu, gue pesan Sayamakaori yang rasanya ringan dan agak manis, cocok buat semua orang. Sementara Cici pesan Gokou yang rasanya pahit, mirip kayak kulit kuaci yang putih.
Btw, di kafe ini nggak ada makanan berat, jadi kita memutuskan buat cari makan di tempat konser. Jujur, tempat konsernya punya vibes kayak Ashta! Depannya itu gedung kantor, tapi bagian belakangnya mall. Kita pun makan nasi hainan dan keliling mall buat killing time.
Setelah nonton konser wave to earth ini, gue makin suka sama mereka! Cuma, gue nggak mau lagi nonton konser di luar Indonesia, terutama kalau berdiri. Sumpah, semua pada angkat hp setinggi harapan orang tua. Gue enggak bisa melihat para personil wave to earth dengan jelas karena sangat terhalang. Beda kalau di Indonesia, terutama KPop yang punya kesepakatan untuk angkat hp maksimal di eye level.
Day 3
Gue melakukan kebodohan di hari ketiga. Rencananya kita bakal main di Genting Highlands dan Batu Caves. Gue dan Cici naik bus dari KL Sentral buat ke Genting Highlands. Setelah sampai, kita langsung antre buat naik gondola sampai. Sumpah, gue kira nggak akan semenyeramkan itu, ternyata cukup bikin deg-degan. Kalau kalian takut ketinggan, jangan beli yang lantainya kaca.
I thought Batu Caves was in Genting Highlands, but it turns out they are two different places! Jadinya gue cuma mampir ke Chin Swee Caves Temple karena balik lagi pun nggak bisa dan kita sudah punya tiket pulang. Setelah itu, kita keliling Genting Highlands Premium Outlets dan makan mi kari yang super enak itu! Personally, Genting Highlands ini mirip kayak Lembang, dingin, gerimis, dan berkabut. Kalau baru pertama kali ke KL, oke untuk ke sini.
One of the most exciting things about traveling with Cici is that she is always excited to buy snacks! Setelah sampai di KL Sentral, kita memutuskan untuk ke Hanifa, swalayan di Kuala Lumpur yang vibes-nya Tanah Abang banget. Kita beli cokelat dan berbagai macam mi kari. Dari sini, harusnya kita makan malam di Pavilion, tapi karena terlalu lelah, kita memutuskan untuk balik ke hotel dan pesan Grab Food saja.
See? Orang gila mana yang pesan makanan online pas traveling.
Day 4
Btw, kita belum menyerah sama usaha jastip ini! Di hari keempat, kita sengaja bangun lebih pagi buat ke Suria. And you know what? Kita tetap kehabisan! Kita pun memutuskan untuk mencari kopi dulu sebelum balik ke hotel dan pulang ke Jakarta. Ini adalah salah satu agenda kita pas traveling, cari kopi dan matcha terbaik di berbagai belahan dunia!
The atmosphere in KL is unique, with many tall buildings, but surrounded by hills. It feels modern and nostalgic at the same time. The sidewalks in KL are much better than in Jakarta. The streets are also nicer and cleaner, although I still find beggars and street vendors in KL, but not as many as in Jakarta. Btw, we also took Grab there several times. I swear, no one drives smoothly, it makes me nauseous and scared.
Overall, I really enjoyed my trip to KL with Cici this time! We had a lot of fun together, and even the little bumps along the way made our adventure even more memorable.
Minggu, 23 Juni 2024
Review Novel Pulang-Pergi: Yang Dibawa dan Ditinggalkan - Alexander Thian
- Judul Buku: Pulang-Pergi: Yang Dibawa dan Ditinggalkan
- Penulis: Alexander Thian
- ISBN: 9786230933004
- Penerbit: Akhir Pekan Press
- Halaman: 340
Senin, 10 Juni 2024
Proses dan Biaya Pasang Behel di Dokter Gigi
Rabu, 05 Juni 2024
Hampir Tengah Malam
Senin, 22 Januari 2024
Courage and Honesty
Rinduku Kian Serakah
Aku paham, sih. Sebagai manusia, aku dititipkan dengan berbagai macam perasaan, termasuk merindu. Masalahnya, belakangan ini rinduku kian serakah. Ia mengecilkan perasaanku yang lain dan membesarkan diri. Membuat dadaku terasa penuh dan sesak.
Sudah membesarkan diri dan memaksa yang lain untuk mengecil, rindu yang kian serakah ini juga minta untuk dikeluarkan dan disampaikan. Gila, ya? Mau ditaruh mana mukaku.
Sudah kusuruh ia diam sejak beberapa hari lalu, tetapi ia malah menggila dan menjadi-jadi. Ia mulai menggangguku lewat mimpi. Seakan-akan berkata, kalau tidak segera dikeluarkan, maka tidurku tidak akan tenang.
Sudah, ya. Hanya segini kemampuanku untuk mengeluarkan kamu.
Jangan lagi membesarkan diri dan membuatku malu seperti ini.
Jangan datang lagi ke mimpiku.
Sungguh, aku ingin tidur dengan tenang.
Segeralah merindu yang lain.
Sabtu, 25 November 2023
Jalan-jalan ke Singapura
![]() |
Mungkin apa yang terjadi sekarang adalah impian dan harapan kita di masa lalu
Ini adalah salah satu impianku di masa lalu yang terwujud. Tumbuh dengan teman-teman yang pergi ke luar negeri saat liburan sekolah, membuatku berpikir 'bagaimana rasanya jalan-jalan ke luar negeri?' dan hari itu, meskipun-butuh-waktu-beberapa-tahun akhirnya terjawab.
Ada perasaan gembira saat aku ingin membuat paspor beberapa bulan lalu. Buku kecil bersampul hijau tua yang wajib kumiliki jika ingin berpergian ke luar negeri. Saat paspor sudah di tangan, ada diriku versi remaja yang sedang loncat kegirangan di sana.
Long story short, aku menghabiskan waktu 4 hari 3 malam di Singapura bersama temanku, Cici. Kami berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pada Jumat, 25 Agustus 2023 sekitar pukul 11 siang waktu Jakarta dan tiba di Bandara Changi sekitar pukul 2 siang waktu Singapura.
Setelah urusan imigrasi dan Ez-Link (kartu MRT) selesai, kami pun menyempatkan diri untuk ke Jewel. Rasanya belum afdol kalau singgah di Bandara Changi, tetapi enggak ke Jewel.
It's really huge dan ada banyak spot untuk berfoto, dari lantai dasar hingga atas. Mungkin karena sudah lelah, kami hanya mengambil beberapa foto dan video saja. Kami juga sudah punya janji untuk bertemu Kak Mel, temanku yang tinggal di Singapura.
Kami sedang kejar-kejaran dengan waktu.
Day 1: Makan Malam dan Minum Kopi di Orchard
Salah satu hal yang aku suka dari Singapura adalah transportasi umum yang sangat memadai. Kami menggunakan MRT dari bandara untuk ke hotel yang berada di Owen Road. Mungkin bisa jadi referensi kalian, kami menginap di Owen House by Hmlet, hotel bintang 3 yang lokasinya sangat strategis dan dekat MRT Farrer Park.
Aku suka banget sama hotel ini karena bersih dan wangi. Kamar bernuansa hijau ini cukup luas dengan desain kamar mandi yang menurutku cantik dan praktis. Aku akui, untuk harganya cukup mahal karena ada banyak hotel di Singapura yang lebih murah. Hanya saja, aku dan Cici punya preferensi soal hotel, yaitu strategis, ada jendela yang luas, dan kamar mandi yang bagus. Kami mendapatkan itu semua di Owen House by Hmlet.
Setelah tiba di hotel, kami pun beberes untuk untuk bertemu Kak Mel di salah satu mall di area Orchard. Aku dan Cici sampai di sana sekitar pukul 7 malam waktu Singapura. Kami putuskan untuk makan malam dengan kari ayam dan udang. Porsinya itu besar banget dan ternyata bisa di-sharing.
Setelah makan dan keliling mall, kami pergi ke area luar dan beli minuman di Luckin Coffee. Aku pesan mocha latte dan sumpah, ini kopi ternikmat yang pernah aku coba dalam hidup! Aku suka banget kopi di kedai ini. Meskipun secara harga jauh lebih mahal dari Jakarta, Luckin Coffee bakal jadi tempat kopi pilihanku kalau balik ke Singapura nanti!
Day 2: Main di Universal Studio Singapore dan Minum Kopi Marina Bay
Rabu, 07 Juni 2023
A Love Letter
Kamis, 25 Mei 2023
Seperempat Abad
Hai, apa kabar?
Dari judulnya, sebenarnya gue ingin menuliskan cerita ini sejak 17 Mei, ulang tahun gue. Enggak terasa kalau gue sudah seperempat abad alias 25 tahun. Secara umum, sih, usia segini waktunya cari barang-barang untuk seserahan, ya. Sayangnya gue masih sibuk untuk war tiket konser berbagai macam band.
Kalau dari hitungan 100, angka 25 itu seperempat alias quarter. Ya, benar! Mungkin kalian juga enggak asing dengan quarter life crisis ini. Btw, bahas quarter ini seakan-akan manusia bakal hidup sampai seratus tahun, ya. Padahal rata-rata usia orang Indonesia itu cuma sampai 70 tahunan.
Oke, kembali ke quarter life crisis.
Gue merasakan sendiri kebingungan atas hidup yang gue pikir sudah berjalan sesuai rencana. Banyak banget yang mengingatkan gue kalau usia 25 itu sudah tua. Waktunya memantapkan langkah untuk masa depan. Namun, enggak sedikit juga yang kasih tahu ke gue kalau usia 25 itu masih muda. Waktunya untuk explore banyak hal di kehidupan.
Setelah gue pertimbangkan, sepertinya konsep kedua lebih masuk ke hidup gue. Kenapa gue harus takut untuk mencoba hal baru hanya karena usia gue sudah 25 tahun? Kenapa orang yang usianya 25 tahun enggak boleh punya pilihan baru yang mungkin berbeda dari kebiasaan sebelumnya?
Sialnya juga, di usia segini gue mulai mempertanyakan angan-angan yang pernah terbayang di kepala. Kebanyakan dari mereka terbentur dengan realita. Rasanya mau gue kubur dalam-dalam dan hidup dengan apa yang ada di depan mata. Namun, ada sedikit bagian di diri gue bilang kalau gue masih punya banyak jalan untuk ke sana. Ada banyak jalan menuju Roma.
Bukannya hidup itu memang perkara untuk terus mencoba?
Selain kegundahan soal kehidupan, usia segini bikin emosi gue sedikit lebih matang. Gue sadar kalau gue enggak lagi punya banyak energi untuk mendebat dan menantang kalau ada yang bertingkah konyol. Di usia segini, gue juga enggak takut untuk melepaskan sesuatu yang memberikan energi negatif ke gue.
Di usia 25 ini gue juga lebih paham apa yang dimaksud dengan tanggung jawab, terutama soal pekerjaan. Gue yakin kalian pernah mengeluh dan menghela nafas atas kerjaan yang menumpuk, tetapi tetap dikerjakan sesuai arahan dan deadline. Rasanya muak banget, tetapi tubuh tetap bergerak untuk menyelesaikannya.
Lalu, soal waktu. Pas sekolah itu waktu gue banyak, tetapi uangnya terbatas. Sekarang uangnya ada, waktu gue terbatas. Memang memasuki kehidupan dewasa ini harus pintar-pintar memprioritaskan berbagai hal dalam hidup. Selain itu, di usia segini jarang banget gue bisa pergi dadakan sama teman-teman gue. Minimal gue harus buat janji 2 minggu sebelumnya.
Kangen juga punya waktu yang fleksibel. Hari ini janjian, besok jalan. Sore ditelfon, malamnya ketemu. Sekarang setiap orang punya kehidupan masing-masing, ya. Tenaga juga sudah habis di jalanan dan kantor. Rasanya sudah enggak sanggup untuk main dadakan.
Di lain sisi, gue beranjak dewasa, tetapi orang tua juga semakin tua. Ya, seperti pada umumnya juga. Orang tua gue mulai mempertanyakan kapan gue menikah. Masalahnya, ini Kim Mingyu masih sibuk comeback dan tour keliling dunia.
Enggak. Bercanda.
Pengin, sih. Namun, gue paham atas diri gue sendiri. Rasanya masih banyak hal yang gue ingin lakukan dan lebih baik dilakukan ketika gue sendiri. Kalau ada orang lain, ada banyak hal yang harus gue kompromikan dan gue belum mau melakukan itu. Masih banyak daftar di hidup gue yang harus gue diceklis. Gue harus selesai dengan diri gue terlebih dahulu. One day. The day will come.
Btw, gue termasuk anak yang percaya kalau semakin tua, pertemanan semakin sempit. Namun, enggak menutup kemungkinan kalau bisa punya teman baik yang baru. Gue melakukan dan merasakan itu. Ada banyak orang baru yang gue kenal di usia 24-an dan I feel loved by them. Gila, gue bersyukur banget dikasih orang-orang baik, meskipun enggak sedikit yang pergi.
Jadi, ya, begitulah rangkuman asal-asalan tentang memasuki usia 25 tahun dari gue. Selamat merayakan seperempat abad, Felly!
Selasa, 07 Maret 2023
Dua Bungkus Indomie Soto di Tengah Malam
![]() |
Oh, I just spent my time with my dad dengan dua bungkus Indomie Soto di tengah malam.
Sejak saat itu, aku mencoba peruntungan dengan meminta beliau membuatkan mi saat aku harus bekerja sampai tengah malam, meskipun terkadang aku tidak lapar. Sejauh ini, Papa selalu mau membuatkannya. Dua bungkus Indomie Soto yang ditambah saus dan irisan cabai.
Saat aku menuliskan cerita ini, aku baru saja selesai melahap dua bungkus Indomie Soto bersama Papa. Meskipun rasanya tidak seberapa dan waktu makan kurang dari satu jam, makan mi yang dibuatkan beliau membuatku ingat kalau aku akan selalu jadi gadis kecilnya.
Rasanya itu seperti 'I am always your little daughter and I want to lean on you even if you just make me Indomie in the middle of the night.' dan mengingat hal ini membuatku senang. Meskipun tidak besar, kebiasaan makan Indomie di tengah malam bersama Papa berbuah manis.
Hari ini, bukan aku lagi yang minta dibuatkan Indomie, tetapi Papa yang tanya padaku saat sedang duduk di depan laptop.
'Kakak kerja sampai malam?'
'Kayaknya iya.'
'Ya sudah. Nanti kita bikin mi, ya.'
The little girl inside me was screaming with joy! Kalau waktu itu aku tidak berani meminta Papa membuatkan aku mi, mungkin tidak ada kegiatan makan dua bungkus Indomie Soto di tengah malam yang ditambah saus dan irisan cabai bersama beliau.
Even though the time that has been lost will never be repaid, having beautiful little memories like this with my dad makes me happy. Aku berharap kegiatan makan dua bungkus Indomie Soto di tengah malam bersamaku menciptakan memori yang indah di ingatan beliau.
Sabtu, 07 Januari 2023
The Rose - Heal Together World Tour
Mau mendengar pengakuanku, tidak? Aku bukan Black Rose, tetapi sudah mengetahui The Rose sejak aku suka KPop di pertengahan 2018. Aku pun hanya mengenal Woosung sebagai vokalisnya tanpa mengenali tiga member The Rose lainnya. Kalau kucoba ingat, mungkin aku benar-benar mendengarkan The Rose di awal 2020 hingga sekarang.
Berarti, sekitar tiga tahun penuh aku mendengarkan album Void, EP Dawn, dan berbagai single lainnya hanya dengan mengenali Woosung. Ya, mungkin karena dia vokalis utama dan suaranya pun khas, sehingga lebih mudah kuingat. Namun, aku memang seringkali begini. Tahu banyak lagu dari sebuah band tanpa tahu siapa saja member-nya.
Setelah sekian lama, akhirnya muncul album Heal dengan wacana Heal Together World Tour. Fun fact, aku itu hanya pendengar aktif di platform musik tanpa mengulik The Rose lebih dalam. Malah, temanku yang baru mendengarkan The Rose yang mengulik dan bercerita bahwa setiap lagu di album Heal itu memiliki kisahnya masing-masing.
Aku memang ingin menonton The Rose, tetapi banyaknya konser yang kutonton membuatku mengurungkan niat. Namun, temanku yang baru suka The Rose itu menggebu-gebu dan mengusahakan berbagai macam cara agar kami menonton The Rose di Jakarta. Terpantau, Jumat, 6 Januari 2023 kami sedang mengantre tukar tiket di Balai Sarbini.
Sebenarnya, aku menonton The Rose berempat dan memilih section Gold. Jarakku ke panggung tidak begitu jauh dan aku bisa melihat penampilan mereka dengan jelas. Selain lagu di album Heal, banyak lagu di album dan EP lama yang dibawakan. Overall, aku suka penampilan mereka karena sangat energik dan membuat suasana semakin hidup.
Semua lagu dibawakan The Rose dengan baik dan Black Rose pun bernyanyi dengan aktif. Salah satu momen mengesankan ketika lagu Modern Life milik Woosung dibawakan. Black Rose dengan lantang berteriak 'So fuck this modern life!'. Lagu lainnya yang sangat mengesankan untukku adalah See-Saw, Time, Childhood, She's in The Rain, dan California.
Saat jeda, Woosung dan Dojoon itu yang paling aktif dan banyak berinteraksi dengan Black Rose. Di sisi lain, aku baru tahu kalau semua member The Rose itu bisa bernyanyi dengan baik seperti main vocalist. I was really impressed when Hajoon and Jaehyeong sang because during the concert it was Woosung and Dojoon who were singing all the time.
Aku termasuk orang yang suka konser di tempat yang tidak begitu besar, sehingga konser The Rose ini bakal jadi salah satu konser terbaik dalam hidupku. Apalagi ditambah dengan Goodbye Session yang membuatku melihat para member dengan jarak yang dekat. Aku pun dibuat terpana oleh Hajoon dan Jaehyeong. They're cute and handsome at the same time!
Sayangnya, Black Rose tidak boleh merekam acara Goodbye Session tersebut. Padahal love sign yang kuberikan dibalas oleh Woosung. Lucunya, Dojoon malah aktif merekam saat Goodbye Session. Lalu, Hajoon dan Jaehyeong memberikan senyuman dan tatapan yang intens untuk Black Rose. It was one of the best things that happened in my life.
The Rose bilang bahwa mereka akan kembali lagi ke Indonesia tahun depan. Mereka berharap bisa bertemu dengan Black Rose di tempat yang lebih besar. Aku pun berharap demikian. So, I have other reasons to hold on a little longer, to be healthier, and to be richer. With this, I'm officially Black Rose and hopefully someday I can meet The Rose again.
Sabtu, 31 Desember 2022
Time Flies, Memories Stay
Sometimes I feel great, but most of the time, I want to give up.
Tuh, kan! Untung kamu enggak menyerah. Buktinya kamu bertahan sampai sekarang.
Be brave and be wise, time flies, but memories stay.
Minggu, 02 Oktober 2022
Seventeen Be The Sun Concert in Jakarta Day 2
Sebentar. Aku mengambil nafas terlebih dahalu sebelum bercerita panjang lebar tentang perjalananku bertemu dengan Seventeen di Jakarta. Minggu, 25 September 2022 itu salah satu hari terbaik sepanjang 2022 yang rasanya terlalu campur aduk. Soalnya, aku banyak menuruni dan menanjak jalanan ekstrim yang rasanya bikin aku pengin terjun bebas saja.
Kemarin aku nonton bareng tiga teman SMA, yaitu Cici, Bunda, dan Sifa. Sejak muncul poster bahwa Seventeen akan konser di Jakarta, aku dan Sifa berencana nonton karena kita berdua adalah Carat (Cici dan Bunda masih ditahap suka). Pokoknya aku berjanji pada diri sendiri bahwa aku akan nonton yang paling mahal alias paling depan karena mau lihat pori-pori Mingyu! #SebuahMotivasi
Menguji Keberuntungan War Tiket Konser
Dibawa Mecima, ternyata pembelian tiketnya dibagi ke beberapa kategori, yaitu Weverse Member, Mecima Member, dan General Sale di Tiket.com. Sepertinya aku terasuki 'Impatient Ghost', sehingga langsung bikin membership Weverse. Oh, inikah yang disebut things we do for love? Pokoknya aku pengin beli tiket Seventeen Be The Sun Concert secepat mungkin.
Akhirnya, tiba juga waktu kritis alias harus war bersama Carat yang ada di Indonesia. Awalnya Sifa mau beli kategori Pink dengan soundcheck, tetapi berhubung aku enggak mau repot-repot standby dari pagi, aku pilih tiket kategori Pink yang biasa. Man Purposes, God Disposes, aku dapat dua tiket Blue dan Sifa enggak dapat tiket untuk Day 1.
Oh, memang kelakuan kita masuk kategori things we do for love, next day kita war lagi untuk mendapatkan kategori Pink atau apa saja yang penting kita nonton konser Seventeen. Dengan kekuatan jari Bunda, akhirnya kita dapat dua tiket Pink yang biasa untuk Day 2. Ketika General Sale, akhirnya aku berhasil war dua tiket Pink yang biasa untuk Day 2. #BernafasLega
Drama Kehidupan Sebelum Konser
Day goes by yang tentunya tidak semulus wajah ganteng Kim Mingyu, aku termasuk ke dalam kategori orang-orang yang kena PHK di kantor. Informasi ini datang H-3 konser. Berpegang pada 'Beberapa hal itu di luar kendali kita.', aku hanya fokus menyiapkan energi positif untuk bertemu Seventeen nanti. Kadang hidup memang sebercanda itu.
Atasanku sampai bingung kenapa aku enggak terlihat sedih. How could I... maksudku, aku sudah menerimanya. Soalnya, aku menangis seharian pun enggak akan mengubah keadaan, kan? Baju, aksesoris, dan tiket sudah di tangan. How can I ignore this blessing just because of something I can't handle? Sometimes we just have to accept it and move on, right?
Seventeen Be The Sun Concert in Jakarta Day 2
Sebetulnya, aku sudah bolak-balik dari Cengkareng ke BSD untuk menukarkan tiket karena tiba-tiba aku jadi 'Mbak Jastip'. Dua tiket Blue untuk Day 1 aku jual ke orang lain karena enggak aku pakai. Oh, memilih Seventeen adalah salah satu keputusan terbaik dalam hidup. Aku banyak kenal teman Carat dan kita sempat bertemu di hari pertama konser.
Lagi-lagi, things we do for love, aku lihat banyak orang menyiapkan yang terbaik untuk bertemu Seventeen. Caratbong yang didekorasi, makeup yang unik, baju sesuai dresscode atau warna resmi Seventeen, dan masih banyak lainnya. Their eyes spark love and joy. Rasanya setiap senyuman itu bilang 'Akhirnya! Sebentar lagi kita seruangan'. The wait comes to an end.
Oh, ada banyak orang yang kasih freebies! Ada yang kasih photocard, berbagai macam snack untuk nunggu antrean, koyo untuk pegal-pegal setelah konser, dan masih banyak lainnya. Sumpah! Aku happy banget dikasih freebies yang isinya snack dan koyo. Ini apa namanya kalau bukan cinta dan kasih dalam fangirling?
Btw, aku ketemu Eryl dan Kak Diza, orang-orang yang menemani aku saat nonton konser GOT7 di 2018. Dulu aku belum suka KPop dan mereka membantu aku menghafal member GOT7, lagu apa saja yang dibawakan, dan menemani aku di holding hall. Jadi apa aku tanpa mereka? Bisa-bisa liputan waktu itu enggak bagus hasilnya.
Long story short, sekitar jam 5 sore aku, Sifa, Cici, dan Bunda masuk ke main hall. Aku sempat panik ketika konser mau mulai. Rasanya masih enggak percaya kalau aku bakal melihat mereka secara langsung untuk pertama kalinya. Aku berada di ruangan yang sama dengan jarak yang enggak begitu jauh. Aku dan Bunda pilih tempat agak belakang biar lebih jelas.
Oh, God... Joshua jadi member yang pertama kali maju ke stage paling depan. Aku speechless. Aku rasa, Carat yang baru pertama kali ke konser Seventeen juga speechless. Aku enggak mau komentar apa-apa soal penampilan Seventeen karena mereka itu terkenal sebagai 'Kings of Synchronization'. Aku cuma bisa merekam di kepala, handphone, dan bengong setelahnya.
Apalagi saat Aju Nice dan Snapshoot yang suasanya itu meriah banget! Kalau enggak lihat member joget, ya, melihat Carat yang loncat-loncatan. Jujur, lelah sekaligus happy banget joget the never ending Aju Nice. Rasanya konser selama 3,5 jam itu kurang lama. Next time boleh konser seharian, enggak? #TidakBersyukur
Pasti kalian juga sudah lihat di media sosial soal penampilan mereka, siapa yang paling tampan kalau dilihat secara langsung, siapa yang paling aktif, siapa yang paling manis senyumnya, dan lain-lain. Kalau versiku, sungguh Jeonghan setampan itu. Selama ini aku bilang kalau dia lebih ke arah cantik. Pas aku lihat aslinya... speechless.
Kalau Dino itu... how to put it into words, senyumnya manis banget. Vernon memang enggak banyak omong, tetapi kalau lagi tampil, energi dan daya pikatnya itu kuat banget. Kalau Wonwoo, dia banyak keliling tanpa banyak bicara, Mingyu sungguh enggak bisa diam, dan Scoups yang di hari kedua terlihat kelelahan saat Aju Nice. #UmurTidakBohong
Jeonghan dan The8 juga banyak keliling tanpa banyak bicara, Hoshi dan Seungkwan banyak bicara dan interaksi dengan Carat, Woozi seputih itu, Joshua banyak kasih senyum ke Carat, suaranya DK sebagus itu, dan Jun yang juga setampan itu. Sungguh, aku bingung mau fokus ke siapa karena member-nya banyak dan hampir semuanya aktif. #RekamKananKiri
Btw, ada hal kecil yang warms my heart and realizes how good Wonwoo is. Entah maksud sebenarnya apa (karena hanya dia yang tahu), tetapi aku menangkapnya sebagai kasih sayang Wonwoo ke Carat. Ada waktu saat hampir semua member ke kiri, Wonwoo ke kanan. Saat member ke kanan, Wonwoo ke kiri. Rasanya dia mau kasih tahu kalau dari sisi mana pun, Carat bisa lihat Seventeen.
See You Next Time, Seventeen!
Selasa, 27 September 2022
Andai
Kadang, aku masih suka terjaga di tengah malam. Enggak peduli seberapa keras aku berusaha untuk terlelap, kepalaku terlalu berisik dan minta untuk diberi perhatian. Dia memintaku untuk mengingat hal-hal yang telah berlalu bernama kenangan. Sialnya, banyak kenangan yang sebenarnya ingin aku lupakan dan kubur dalam-dalam.
Belum lagi ketika aku berhasil terlelap. Kenangan itu tetap menghantuiku di alam mimpi. Memohon kepadaku agar tidak dilupakan dan selalu diingat. Bukannya apa, mengingat potongan-potongan kenangan ini bikin aku susah bergerak ke mana-mana. Rasanya itu seperti hidup di masa lalu dan terjebak di gelembung bernama andai.
Bukankah menyedihkan ketika seharusnya aku lebih banyak menatap ke depan, tetapi malah diam di tempat dan menghadap ke belakang? Rasanya aku juga ingin memohon ampun kepada semesta. Pasti ada banyak salah yang luput dari ingatan dan aku berlalu begitu saja. Apa di kehidupan sebelumnya aku pernah melakukan hal yang merugikan negara, ya?
Aku juga ingin seperti subjek mimpiku yang rasanya mudah untuk tertawa dan menikmati kehidupan yang sedang berjalan. Namun, kenapa kakiku terasa berat untuk melangkah? Kenapa rasanya masih ada tali tipis yang begitu kuat mengikat? Memang, apa yang aku usahakan belakangan ini belum masuk ke kategori ikhlas, ya, makanya aku jadi begini?
Aku paham, sih, bukan negara saja yang punya musim, tetapi kehidupanku juga. Masalahnya, kenapa rasanya dingin terus? Badainya kenapa enggak juga mereda dan hilang? Kenapa suhunya naik-turun dengan ekstrim? Aku, kan, jadi kesulitan untuk beradaptasi. Tahu, kan, hanya yang mampu beradaptasi yang dapat bertahan? Rasanya aku masih jauh dari sana.
Bukannya salah siapa-siapa, sih. Perasaanku, ya, tanggung jawabku. Aku satu-satunya orang yang bisa mengendalikan isi hati dan kepala ini. Meski kadang banyak diambil alih sampai aku kelimpungan sendiri. Aku, ingin lepas dari ini semua dan melangkah meski perlahan. Rasanya aku sudah enggak lagi tahan menanti terang di gelembung gelap bernama andai.
Jumat, 02 September 2022
Let Me Know
Jumat, 22 Juli 2022
Jalan-jalan ke Bandung dan Now Playing Festival Day 3
Transportasi dan Penginapan di Bandung
Tentu, hal esensial yang harus dilakukan sebelum berpergian adalah menentukan transportasi dan penginapan. Akhirnya, yang jadi pergi ke Bandung itu gue, Cici, dan Desi. Kita naik kereta Argo Parahyangan, pulang-pergi, dengan harga Rp95.000 per tiket.Sebenarnya masih ada tiket yang lebih murah, tetapi karena kita takut salah dan nyasar, akhirnya kita memilih naik Argo Parahyangan yang memakan waktu 3 jam. Ini adalah salah satu kereta ekonomi terenak dengan harga yang cukup murah yang pernah gue coba.
Untuk penginapan, gue menginap di Vue Palace Hotel, hotel bintang 3 yang terletak di tengah kota Bandung. Hotel ini strategis banget karena kita bisa jalan kaki dari Stasiun Bandung. Cuma, karena kita agak bodoh, kemarin kita pakai taksi online ke sana.
Jalan-jalan di Bandung
Jujur, ini adalah perjalanan tanpa rencana selain pergi ke Now Playing Festival Day 3. Jadi, kita berangkat ke Bandung dari Gambir hari Sabtu jam 08.00 dan sampai jam 11.00 di Stasiun Bandung. Sampai di hotel sekitar jam 12.00 dan baru bisa check-in jam 13.00.Now Playing Festival Day 3
Meskipun pas bagian Yura Yunita, Tulus, dan Dipha Barus, posisi kita agak jauh. Mereka membawakan lagu-lagu terbaik. Setelah itu, rasanya gue mau nonton konser solo mereka, deh! Semoga ada rezeki dan waktunya untuk nonton konser mereka.
















