Kamis, 17 September 2020
DAY 5: Your Parents
Rabu, 16 September 2020
DAY 4: Places You Want To Visit
Kalau ditanya tentang hal ini, sepertinya daftar tempat yang ingin gue kunjungi seiring berjalannya waktu terus bertambah, deh. Mulai dari tempat-tempat yang masih terjangkau dengan jalur darat hingga harus naik pesawat dan melewati banyak tempat.
Ada satu kota yang muncul ketika gue membaca tema tantangan hari ini. Kota yang selama ini gue simpan dalam kepala sejak duduk di bangku SMP tingkat pertama. Ya, gue tahu kota ini jauh sebelum membaca suatu novel. Nama negaranya pun muncul dalam permainan monopoli. Menjadi salah satu negara yang kalau dipijak pemain, membuat pemiliknya mendapat uang banyak.
Dulu, gue tahunya kota ini menjadi salah satu kota teromantis di dunia. Padahal menurut orang-orang yang pernah ke sana dan travel blogger yang gue ikuti, tidak sedikit pencopetan terjadi di sekitar ikon menara kota tersebut. Namun, tetap tidak menyurutkan niat gue untuk mengunjungi kota yang dijuluki pusat mode dunia.
Menyelami berbagai informasi tentang kota ini membuat gue sadar kalau gue suka dengan bangunan-bangunan tua beserta sejarah di dalamnya. Bahagianya, kota yang ingin gue sambangi suatu hari ini dekat dengan negara-negara lainnya. Negara itu pun tidak kalah akan sejarah dan bangunan tuanya. Ya, sekali mendayung, tiga negara bisa terlampaui kalau jalan-jalan ke sini.
Sepertinya gue harus berterima kasih dengan novel Andrea Hirata yang berjudul Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Mengingat bagaimana Ikal memandangi kotak dengan gambar menara Eiffel pemberian A Ling. Membawa kakinya melangkah keluar dari kota kecil Belitong hingga menempuh pendidikan di Universitas Sorbonne, Prancis.
Hal itu membuat gue penasaran, dan berucap "Menara Eiffel dan Sorbonne itu seperti apa, ya, bentuknya? Pokoknya gue harus ke sana. Sekolah juga apa, ya? Ya, minimal gue ke sana, deh, suatu hari nanti!" dalam hati. Ya, semoga terwujud.
Apakah berhenti di sini? Tentu tidak. Seperti yang gue katakan di atas. Selain negara-negara di Eropa sana, terjun ke dunia K-Pop membuat Korea Selatan dengan lantang masuk ke dalam daftar tempat yang ingin gue kunjungi. Bahkan ini menjadi salah satu rencana tak terduga antara gue dan teman-teman gue yang terjebak dunia K-Pop dan tidak bisa keluar dari sini.
Meskipun belum tentu bertemu anggota GOT7, Seventeen, atau NCT, paling enggak gue bisa bernafas di kota yang sama dengan mereka. #AkibatFangirling
Ada satu kota lagi yang entah kenapa memang punya magis tersendiri. Sebenarnya ini wildest dreams of mine, sih. Entah apa yang gue cari di kota ini. Kalau kata seorang penyanyi, enggak ada yang enggak bisa dilakukan di kota ini. Kota yang lampunya enggak pernah redup.
Dituangkan dalam lagu yang dinyanyikan oleh Alicia Keys dan Jay Z dengan judul Empire State of Mind.
In New York, concrete jungle where dreams are made of
There's nothin' you can't do
Now you're in New York
These streets will make you feel brand new
Big lights will inspire you
Let's hear it for New York
Seru kali, ya, akting menjadi citizens di sana? Enggak ada tujuan liburan tertentu. Berjalan santai di Times Square pas malam atau bersantai di Central Park. Eh, ini terdengar seperti turis pada umumnya, ya?
Ya, sepertinya gue akan tetap menjadi turis pada umumnya. Gue pengin banget ke jembatan Brooklyn. Selain itu, ke Manhattan dan lihat Manhattanhenge. Gue mau lihat matahari di ujung gedung di Manhattan ini karena baca novel Sunshine Becomes You milik Ilana Tan.
Yup, lagi-lagi novel yang menginspirasi tempat-tampat yang ingin gue kunjungi. Namanya juga inspirasi, ya, bisa datang dari mana aja. Gue pengin juga, sih, ke Iceland untuk melihat Aurora dan ke Swiss untuk main salju. Namun, tiga tempat itulah yang bersarang dalam-dalam di kepala gue. Tuh, kan! Semakin dipikirin, semakin banyak tempat yang ingin gue datangi!
Anyway, berhubung di Indonesia enggak ada salju, sepertinya seru, ya, menghabiskan musim dingin di kota-kota tersebut? Gimana? Yang sudah pernah, tolong ceritakan pengalaman kamu ke aku segera.
Selasa, 15 September 2020
DAY 3: A Memory
Sejujurnya, gue selalu lupa kalau gue sedang mengikuti tantangan menulis selama 30 hari. Gue selalu mengingatnya beberapa jam sebelum hari berganti. Ini hari ke-3 dan hal yang harus gue tulis adalah memori. Tangan gue berhenti bergerak saat ingin menulis tema ini. Monolog dengan diri sendiri pun enggak bisa dihindari.
Memori apa yang akan gue kenang dan tulis? Memori sebelah mana yang harus gue buka pintunya? Senang, kah? Sedih, kah? Pahit, kah? Atau yang mana?
Kini mereka menggedor dengan kencang meminta izin untuk keluar. Mengetuk dengan sekuat tenaga ketika mata gue mulai membaca kata "A Memory". Mereka saling unjuk diri siapa yang paling kuat agar dituliskan dalam tantangan hari ini.
Namun, akan berapa kali scroll pembaca gue nanti kalau gue tuangkan semua di sini?
Kalau bisa diutarakan, diri gue hari ini sebagian besar terbentuk karena memori-memori di masa lalu. Seperti kata orang pada umumnya, guru terbaik itu pengalaman. Pengalaman-pengalaman itulah yang kini gue simpan dalam-dalam di kepala.
Seringkali di suatu malam saat mata enggak sanggup terpejam walau lampu telah padam, memori-memori itu muncul, entah untuk menghadirkan senyum atau umpatan kasar karena tindakan bodoh di masa lalu. Kemudian, mengucap dalam hati "Seandainya..." "Ah, kalau saja waktu itu gue..." berkali-kali.
Meski tidak sedikit memori yang membuat kedua sudut bibir gue tertarik ke atas lalu berucap "What have I done to deserve someone like you?", "Do I deserve this happiness?". Memori-memori ini seringkali membuat gue ingin mengulang hari, mengunjungi lagi tempat yang telah gue kunjungi, merasakan lagi apa yang pernah gue rasakan, dan kembali membuat percakapan di kepala "Can we back to that time right now and live in that moment for a while?"
Sayang, memori juga efek magis yang menakutkan; kekosongan. Membuat gue berusaha sekuat tenaga untuk membuang bagian itu. Namun, manusia enggak pernah bisa memilih memori mana yang ingin disimpan dan buang. Semua menjadi satu paket antara satu sama lain yang seringkali datang tanpa persetujuan. Mungkin ini yang namanya kenyataan, enggak selalu menyenangkan.
-
Dear self, I hope you live your life to the fullest, make the best memories, so that your head will be full of the best. To make your lips lift up beautifully and to make tears of joy.With love,
yourself.
Senin, 14 September 2020
DAY 2: Things That Make You Happy
Kalau saja pertanyaan ini sebuah benda, maka akan gue jadikan salah satu jawabannya. Kalau saja waktu adalah sebuah benda, maka juga akan gue pilih sebagai jawabannya.
Namun, yang ditanyakan adalah benda apa yang membuat gue bahagia?
Buku
Sebenarnya banyak sekali hal yang membuat gue bahagia. Buku salah satunya. Gue memilih buku karena gue hobi membaca sejak gue duduk di bangku SMP. Membaca buku itu salah satu cara gue mendapat pandangan baru atas sesuatu. Mendapat cara baru untuk memaknai hal. Membaca buku membuat gue tahu, banyak situasi nyata yang lekat dengan kehidupan kita sehari-sehari, tetapi luput dari pandangan.
Overall, gue suka sama buku yang bergenre slice of life, romantis, dan petualangan. Gue sangat menghindari membaca genre horor karena gue enggak suka membayangkan situasi yang terjadi di buku tersebut. Apakah gue pernah coba? Ya dan gue kapok. Thank you, next!
Makanan dan Minuman
Benda lainnya yang membuat gue senang adalah makanan dan minuman. Kayaknya semua orang dibuat senang dengan dua hal ini. Kalau menurut teman gue, lidah gue itu hanya kenal kata "enak" dan "enak banget". Meskipun gue termasuk yang monoton. Gue akan makan dan minum yang itu-itu saja.
Entah kenapa gue selalu merasa senang kalau ketemu sama makanan. Apalagi kalau seseorang memberikan makanan atau camilan favorit gue. The feeling is really good! It feels like someone is really paying attention to me.
Sayangnya, kalau minuman gue hanya mengenal tiga rasa, kalau enggak coklat dan es teh manis, ya, kopi. Gue tahu, sih, ini enggak sehat. Gue selalu berusaha untuk konsisten agar mengkonsumsi minuman ini hanya dua gelas per hari.
Gue juga enggak bisa kalau enggak minum minuman dingin dalam sehari. Bisa cranky parah! Kalau gue sudah menghabiskan jatah dua gelas sehari itu, gue mengakalinya dengan minum air putih ditambah es batu.
Fun fact, memberikan makanan dan minuman ke orang lain itu membuat hubungan kalian lebih hangat dan akrab, loh!
Make-up
Hal membahagiakan lainnya adalah make-up. Gue sudah tertarik dengan alat untuk merias wajah ini sejak SMA. Waktu gue ikut ekstrakurikuler saman di mana harus dandan, ini menjadi bagian yang menyenangkan meski hati sedang cemas karena akan tampil depan banyak orang.
Mulai dari sana gue mencari tahu apa saja make-up itu. Mulai dari foundation, eyeshadow, blush on, dan sebagainya. Gue mulai suka nonton tutorial make-up, mencari tahu teknik-tekniknya, dan masih banyak lainnya.
Dua hal yang paling gue suka itu lipstik dan eyeshadow. Gue punya belasan koleksi lipstik dan 6 di antaranya dari merek yang sama. Wow, betapa setianya gue kalau sudah suka sesuatu. Untuk eyeshadow, gue suka banget sama style western. Warna eyeshadow dan lipstik yang selalu gue pakai juga yang bold.
Teman gue sudah hafal banget sama style make-up gue. No bold, no Felly.