Minggu, 27 Desember 2020

Covid-19 dan Mencari Kerja, Begini Huru Hara di 2020

Covid-19 dan Mencari Kerja
Sumber: Pixabay

Hai, apa kabar? Bagaimana kondisi hati dan kepalanya? Masih sehat dan waras? *menangis*

Sudah di penghujung tahun, nih. Entah harus senang, sedih, atau malah semakin was-was karena ketidakpastian yang masih menghantui. Gue ingin mengulas kembali apa saja yang telah gue lalui di 2020 yang cukup nano-nano ini. Gue akan mencoba mengingat dengan baik dan menuangkan dengan rapi.

Sebelum kembali dari tanah perantauan, gue mencoba peruntungan dengan mendaftarkan diri untuk intern di salah satu e-commerce di Indonesia. Setelah dihubungi HR untuk mengkonfirmasi, step selanjutnya adalah membuat artikel sebagai tes, wawancara HR, dan wawancara user. Gladly, gue keterima sebagai SEO Content Intern di Tokopedia.

Gue banyak belajar hal baru selama intern di sana, terutama tentang basic SEO dan digital marketing. These things bring me to somewhere I never know. Masuk ke dunia SEO ini karena gue dengan sotoy daftar dan mengira ini hanya soal tulis-menulis. Ternyata tidak semudah itu, bung. Gue harus belajar soal keyword, slug, dan masih banyak lainnya.

Intern di sini membuat gue bertemu dengan teman-teman intern yang sebagian besar sangat seru dan syukurnya masih berhubungan baik hingga saat ini. Lalu bertemu dengan atasan yang selalu memberikan kelas mingguan untuk para intern belajar SEO dan digital marketing lebih dalam lagi.

Ah, ini harus gue ungkapkan dan akui, sih. Berkantor di gedung tinggi nan megah memiliki kesan tersendiri untuk gue. It feels like I could enjoy the view from up above. It feels nice. Ya, maklum. Pertama kali. Padahal di minggu kesekian juga perasaan 'wah' itu mulai menyusut akibat sudah lelah dengan pekerjaan dan macet jalanan ibu kota.

Gue magang selama tiga bulan, mulai Januari hingga April 2020. Sejujurnya gue berharap untuk bisa perpanjang masa intern, tetapi tidak bisa karena satu dan lain hal, termasuk corona virus alias Covid-19.

Sudah mulai terlihat arah pembicaraan ini bukan? Tunggu, balik dulu sebentar ke awal tahun.

Pada 31 Desember 2019, gue janjian dengan pacar beserta teman-teman kos untuk bertemu di Senayan City. Hujan mengguyur dengan setia. Sejak gue berangkat mau ke kantor hingga memesan ojek daring saat pulang.

Menghabiskan malam tahun baru di kamar adalah sesuatu yang jarang gue lakukan. Biasanya gue akan keluar sekadar melihat kembang api. Hujan semakin lebat tanpa ampun mengguyur Jakarta. Bahkan, suara penyanyi favorit gue pun sudah tidak terdengar meski menggunakan headset.

Air di depan rumah tiba-tiba tergenang. Ah, paling bentar lagi hujannya berhenti. Salah satu penyesalan dalam hidup gue karena berpikir seperti itu. Air genangan itu malah semakin tinggi hingga gue lupa untuk menyelamatkan dua motor di dalam rumah.

Tiba-tiba gue sudah harus membereskan barang yang bisa diselamatkan untuk dibawa ke atas. Wow. Permulaan 2020 yang cukup menyedihkan. Banjir besar hampir dua meter bersemayam di pemukiman ini kurang lebih tiga hari.

Oke, kembali ke masa magang di Tokopedia. Selain belajar soal SEO, selama tiga bulan ini gue juga jadi akrab dengan teman-teman intern lainnya. Mulai dari makan siang bareng, memanfaatkan pantry dengan baik alias bebikinan, dan lain-lainnya.

Sejujurnya gue pengin banget untuk memperpanjang masa magang. User gue pun sempat menawarkan kalau memang ada yang mau. Sayangnya, pandemi Covid-19 ini benar-benar berdampak besar ke hampir semua perusahaan di dunia. Akhirnya, gue tidak bisa melanjutkan magang di sana.

Menganggur sejak awal April, gue sedikit panik karena tidak ada pemasukan. Mulailah gue mencari-cari kerja. Sebagian membalas lamaran gue dan meminta untuk membuat jadwal wawancara. Namun, namanya lamaran, bisa diterima, pun ditolak.

Ada sedikit perasaan diburu-buru, ditekan, dan dikejar yang entah sama siapa. Atau malah dengan diri sendiri? Entah. Di bulan setelah selesai magang itu tidur gue tidak senyenyak itu. Bangun subuh untuk cari lowongan dan melamar. Begitu terus sampai suatu hari gue ditawari pekerjaan oleh salah satu HRD start-up yang kantor utamanya di Singapura.

Gue bisa menjawab dengan lancar setiap pertanyaan yang HR berikan, tetapi gue sadar bahwa gue gugup dan hilang percaya diri saat wawancara dengan user. Pertama kalinya interview pakai bahasa Inggris dan diberi tahu 30 menit sebelumnya. Seketika semua kosakata dan struktur bahasa Inggris yang gue pelajari bertahun-tahun menguap begitu saja.

Kalau boleh jujur, gue akan bilang kalau dari kejadian ini gue pun belajar banyak hal terkait mencari kerja dan mengambil kesempatan. Sejujurnya, dalam proses ini gue ditawari untuk magang di salah satu e-commerce yang mengurus traveling. Namun, di saat itu gue buru-buru ingin kerja penuh waktu.

Sedihnya, tawaran magang gue tolak, proses dengan yang satunya pun gagal. I get nothingSuch a sad time.

Gue pun mencari dan melamar ke sana-sini lagi. Beberapa kali juga ada yang hubungin gue hingga melakukan tes. But here was a fact, sebenarnya gue beberapa kali juga membatalkan proses lamaran kerja karena ada yang berlawanan dengan prinsip yang gue pegang, detail pekerjaan yang ternyata tidak cocok, dan sebagainya. Ya, gue banyak mempertimbangkan hal.

Akhirnya, di pertengahan tahun ini salah satu teman kuliah menawarkan gue untuk magang menjadi penulis K-Pop di kantornya. Salah satu media besar dan terpercaya di Indonesia. Tentu gue tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, terlebih gue tertarik dengan K-Pop dan punya kemampuan menulis. Syukur, gue diterima untuk magang di sini selama tiga bulan sejak Agustus - November 2020.

Di tempat baru ini gue belajar banyak hal lagi. Gue menulis lagi dengan perspektif berita. Gue belajar lagi untuk menggunakan banyak sudut pandang dalam penulisan. Gue juga bertemu dengan teman-teman baru yang sangat banyak membantu dalam huru-hara kehidupan magang. Sayangnya, gue tidak bisa memperpanjang kontrak di sana karena satu dan lain hal.

Sama seperti barang yang sedang dibutuhkan, tiba-tiba saja menghilang, saat tidak dibutuhkan, biasanya ada di depan mata. Gue berjanji untuk pelan-pelan, tidak terburu-buru, yang penting tetap terus bergerak. Gue pun mendapat email untuk melakukan proses wawancara di salah satu agensi di Jakarta, tempat teman gue bekerja. Sungguh senang bukan main. Gue sudah membayangkan akan sekantor dengan teman gue.

Ya, namanya juga hidup. Kurang lengkap kalau tidak ada godaan atau halangan yang datang. Salah satu e-commerce di Indonesia pun membalas email lamaran magang yang gue kirim entah sejak kapan. Di agensi pun gue dinyatakan lolos untuk tahap selanjutnya, begitupun dengan si e-commerce.

Namun, gue sedang berpegang teguh dengan pengalaman pahit yang gue punya, maka gue berjanji akan menerima siapa yang lebih dulu konfirmasi. Gue pun berpikir kalau dua hal ini baik, jadi gue akan pilih siapa yang paling cepat mengabari. Here I am, lagi magang di Shopee sebagai SEO Writer. Begitulah perjalanan karir gue di 2020.

Iya, sangat terlihat, ya, tahun 2020 gue penuh dengan gejolak mencari kerja atau kegiatan magang. Namun, gue akan menceritakan juga huru-hara kehidupan sosial dan pribadi selama 2020 ini.

Woah, akhirnya gue kembari dari tanah rantau setelah empat setengah tahun lamanya berada di Malang untuk menempuh pendidikan. Setelah empat tahun merayakan ulang tahun di sana, akhirnya gue merayakan ulang tahun gue dan orang-orang tersayang secara langsung. What a beautiful moment.

Tahun ini gue bertemu orang-orang baru, seperti yang gue katakan di atas. Sedikit di antaranya benar-benar dekat dan tanpa canggung untuk saling menghubungi. Paham, ya, maksud perasaan gitu itu.

Gue pun memulai usaha yang sebelumnya tidak pernah terlintas di kepala. Ketika dijalankan dan antusias orang-orang itu terasa, senangnya hati ini. Gue juga jadi sadar kalau gue tidak sebodoh itu dalam memasak. Please, percaya sama gue.

Biasanya gue acuh dengan hal-hal yang lagi trending, tetapi for once in a while, gue mengikutinya. Gue pergi piknik ala-ala bersama teman-teman yang kini mulai susah mengatur jadwal untuk main.

Tahun ini gue juga semakin giat untuk fangirling. Bener, ya, enggak ada jalan keluar dari dunia K-pop ini. Sekarang gue malah multifandom. Hi, aku ini Ahgase dan Carat!

Btw, gue koleksi album, kan. Terkadang gue heran, kenapa gue bisa punya uang sebanyak ini, ya? Padahal waktu gue belum masuk dunia K-pop, enggak keliatan, tuh, uang gue ke mana. Gue harus cepat dapat kerja, nih. Untuk menghidupi calon kekasihku di Korea Selatan.

Ya, begitu huru hara gue di 2020. Random, ya? So, here's my notes:

Meskipun banyak luka dan tangis yang singgah di tahun ini, gue tetap mau bersyukur karena banyak juga goresan canda dan tawa di dalamnya. Banyak memori indah tercipta yang sebelumnya belum pernah ada.

Banyak waktu yang gue harap terulang kejadiannya. Banyak waktu yang gue harap pelan-pelan berputarnya. Banyak waktu yang banyak juga bahagianya.

Ya, 2021 tinggal hitungan hari. Semoga apa yang memberatkan hati dan kepala di tahun sebelumnya segera membaik di tahun baru nanti. Apa yang sudah direncanakan dan berantakan di 2020, segera terlaksana di 2021.

Semoga lembaran kosong nanti tertulis hal-hal baik nan menyenangkan. Walaupun hidup tentu tidak selalu menyenangkan, semoga tapak semakin kuat untuk tetap berdiri dan melaluinya.

Senin, 19 Oktober 2020

Mimpi dan Angan

Bukankah ini begitu indah?
Menghabiskan waktu dengan penuh makna
Sarat akan cerita cinta

Semua selalu berarti
Hati tak kenal lagi sepi
Penuh dengan tujuan yang pasti

Bukankah ini begitu indah?
Bersama selalu utuh tiada dua
Mengisi kekosongan di relung jiwa
Melukis rencana akan cita-cita
Ah, indahnya

Lengah menyalip di sempitnya jarak
Indah bayangan cepat terkoyak
Oh, terlelap begitu lama
Mimpi panjang yang memberi asa

Hingga khayal dan angan menerpa
Tersadar akan nyata
Indah tak lagi menyapa
Kekosongan kian nyata
Minim makna dan cinta

Senin, 12 Oktober 2020

DAY 30: Write About What Do You Feel When You Write

Akhirnya, selesai juga tantangan ini. Enggak menyangka kalau gue bisa konsisten menulis selama 30 hari, meskipun ada satu atau dua tulisan yang enggak lebih dari 10 kata. Enggak masalah, itu salah satu perasaan gue saat menulis; stuck.

Ternyata, gue bisa bercerita selama 30 hari penuh dan gue punya waktu untuk menulis setiap hari kalau memang diluangkan. Padahal kalau enggak ikut tantangan, gue selalu punya alasan untuk menunda.

Sejujurnya gue senang, sih. Meski terkadang gue enggak tahu harus merangkai kata segimana lagi. Gue tambah senang ketika berhasil merangkai kata atau menemukan diksi baru. Enggak selalu to the point.

Ah, gue kagum sama penulis fiksi. Jujur. Bagaimana mereka merangkai kata dan menggambarkan keadaan tanpa menyebutkannya. Kalau gue, lebih sering langsung ke inti cerita. Huh.

Enggak masalah, ayo berlatih lebih keras, Felly.

Di sisi lain, mungkin gue harus sering mencari topik referensi. Biar lebih terarah dan konsisten menulis. Pun harus banyak membaca, ya. Biar banyak referensi pemilihan kata.

Minggu, 11 Oktober 2020

DAY 28: My Goals For The Future

I don't know is the honest answer that I have.

Gue enggak pernah kepikiran soal cita-cita atau masa depan. Terakhir gue berani bilang gue mau jadi apa itu pas sd dan smp. Jawabannya adalah pramugari dan penulis. Oke, pramugari gue coret mengingat gue enggak seantusias itu dan minus mata gue sudah mencapai 4.

Penulis? Gue lagi melakukan ini, sih, tetapi belum spesfik mau jadi penulis seperti apa nantinya.

Ketika gue sma, gue enggak pernah kepikiran sama sekali soal masa depan. Random aja rasanya. Waktu kuliah, gue mulai memikirkan kembali, mau jadi apa gue nanti atau setidaknya, rencana apa saja yang sudah gue susun untuk memiliki kehidupan yang layak dan bermakna?

Kadang, gue merasa masa depan itu omong kosong. Enggak jarang juga bikin gue ketakutan. Meski sesekali indah untuk dibayangkan.

Kalau gue pikirkan, rasanya abu-abu atau karena gue enggak punya ambisi yang tinggi, ya? Enggak, deh! Mimpi gue banyak bahkan cenderung ketinggian. Namun, selama gratis, kenapa enggak?! Siapa tahu banyak di antaranya itu rezeki gue. #anaknyapositif

Daripada gue menuliskan sesuatu yang seringkali masih berubah-ubah. Gue mau menulis pengingat untuk diri sendiri aja, ya!

Hi, mungkin kita belum bertemu atau sebagian sudah kita lalui bersama. Buatku, kamu itu seringkali menakutkan, tetapi membayangkan bagaimana bentukmu kelak itu salah satu kegiatan yang kusuka.

Aku enggak mau menjabarkan di sini apa saja yang aku harapkan darimu, tetapi semoga semua berjalan sesuai rencana, ya? Meski seringkali banyak hal terjadi di luar dugaan.

Semoga pertemuan kita nanti berhasil membuatku menaruh centang di setiap daftar dalam buku catatan yang kupunya.

Akhir-akhir ini lingkungan menunjukkan, kalau bertemu denganmu di bawah usia 30 tahun adalah sebuah kesuksesan. Ah, ini sebuah tekanan sejujurnya. Padahal, bertemu denganmu kapan pun seharusnya tidak menjadi masalah, kan, selama aku terus mengusahakan dan mendoakan?

Semoga kita bertemu secepatnya, ya. Aku pun harus tetap ingat, hidup itu perihal terus bergerak, agar aku tak lama terlena jika bertemu denganmu kelak. Aku, akan berusaha menyusun dan mengusahakan yang terbaik agar kita pantas untuk bertemu.

Sabtu, 10 Oktober 2020

DAY 28: Write About Loving Someone

Sebaiknya gue meminta maaf kalau tulisan ini membuat kalian merinding disko. Kenapa, ya, beberapa tema tantangan ingin membuat gue berpikir keras. Hari ini contohnya. Bagaimana gue harus memulai dan apa yang harus gue tuangkan?

Write about loving someone, yang entah apa makna dari kata mencintai. Coba gue telisik sebentar, apa saja yang pernah gue rasakan selama jatuh cinta. Tunggu, ini bukan hanya soal pasangan, tetapi cinta gue terhadap orang-orang di sekeliling.

Ketika kita mencintai seseorang, rasanya perut penuh dengan sesuatu yang membuat sudut bibir terangkat tinggi. Ya, tentu, jatuh cinta enggak selalu manis.

Jatuh cinta itu juga mengizinkan seseorang menembus sesuatu dalam diri. Entah toleransi yang tinggi, kepercayaan yang penuh, atau harap yang kian menjulang. Padahal, riskonya besar; sakit hati dan kecewa.

Orang terdekat, kan, memang berisiko untuk menyakiti kita lebih kejam. Oh, tetapi gue tidak ingin skeptis banyak-banyak. Jatuh cinta pun mengajarkan gue untuk membagi rasa, agar senang bisa menular dan keterpurukan tidak banyak memberatkan.

Punya cinta untuk orang lain itu seringkali membuat kita melakukan sesuatu yang mungkin sebelumnya enggak kita lakukan. Menunggu, misalnya.

Ngaku! Siapa yang malas menunggu, tetapi kalau pacar yang lama ini-itunya tetap dimaafkan?! Atau jauh-jauh naik kendaraan umum demi bertemu sahabat?! Siapa yang khawatir kalau adik atau kakaknya belum pulang padahal kerjaannya bertengkar terus setiap hari?

Ya, kira-kira begitulah mencintai seseorang.

Jumat, 09 Oktober 2020

DAY 27: Someone Who Inspires Me

Gue paling enggak bisa, nih, kalau harus pilih seseorang sebagai insipirasi. Soalnya gue sudah menanamkan sejak dini kalau gue bisa belajar dari mana aja, jadi enggak akan hanya ada satu orang atau satu kejadian.

Gue akan buat bagian ini menjadi kumpulan dari sifat seseorang dengan satu inti. Seseorang yang tahu apa yang dirinya mau. Orang-orang dengan sifat ini sunggu menginspirasi gue, yang takut untuk melakukan perubahan dan sesuatu yang baru.

Gue, gue selalu tahu apa yang gue mau. Hanya saja, gue selalu takut memulai. Takut gagal. Padahal, mencoba aja belum. Pengecut banget, enggak, sih?

Gue punya beberapa teman yang ambisius. Selalu tahu apa yang dia mau dan apa yang enggak diperlukan dalam hidupnya. Mereka ini selalu gigih dan giat untuk mencapai itu. Dari mereka, gue belajar untuk tahu apa yang mau gue lakukan dalam beberapa waktu ke depan dan merencanakan prosesnya dengan baik. Biar hasilnya maksimal, enggak setengah-setengah.

Mereka juga mengajarkan gue untuk punya beberapa pilihan, biar kalau yang satu gagal, masih banyak pilihan lainnya. Enggak perlu terlalu lama pusing. Cepat fokus ke hal baru.

Ini enggak hanya teman, sih. Gue pengin sebut nama ini, Jackson GOT7, Kim Mingyu dan Xu Minghao Seventeen, inspired me lately. Jack dan Mingyu si pekerja keras, Hao yang suka mengeksplor hal baru.

Gue belajar dari mereka kalau enggak ada kata terlambat untuk belajar hal baru, seperti fotografi atau melukis. Enggak ada salahnya untuk baru memulai sesuatu di usia 20-an. Terkadang ini jadi boundaries tersendiri untuk gue memulai hal baru. Padahal enggak masalah, kalau gue tertarik dengan sesuatu, mau berapapun usia gue nanti.

Kamis, 08 Oktober 2020

DAY 26: Your School

Senior High School and College Life are the greatest time of my life but I will tell you from the Elementary - College life.

Masa-masa pas gue SD seru, sih! Gue punya kelompok main. Paham, kan, maksudnya. Gue sering banget berenang setiap minggu sama dua teman gue sampai suatu hari gue kecelakaan dan berhenti melakukan rutinitas mingguan itu.

Gue dekat dengan beberapa orang hingga kini. Walaupun pas SMP & SMA cukup renggang karena sebagian besar kita semua semua beda sekolah atau beda kelas.

Kalau pas SMP, waktu terbaik itu pas kelas delapan. Semuanya seseru itu. Gue ikut ekstrakurikuler bulu tangkis dan beberapa kali ikut latihan basket. Sisanya, I can't tell you any further. There's a pain that I want to make a peace with. That's all.

Kalau SMA, wah, one of the best year of my life, sih. Gue menikmati setiap waktu di sana. Mulai dari kelas 10 - 12. Pernah merasa jadi siswa paling bodoh karena enggak bisa matematika dasar dan dianggap pintar Bahasa Inggris karena nilai gue pernah paling besar. Ini kejadian waktu kelas 10.

Waktu di mana gue suka sama orang dan berani make a move. Gue merasa satu sekolah tahu, deh, gue suka sama ini manusia. Ya, Allah. Enggak ada malunya kalau gue pikir-pikir.

Punya geng namanya GECE, isinya 13 orang. Ya, kalau sekarang, sih, seadanya yang bisa diajak main aja.

Waktu SMA gue aktif di ekstrakurikuler Tari Saman. Pernah ikut SOTR juga. Apalagi, ya? Oh, di skors karena gue ada di tempat kejadian padahal terbukti tidak bersalah (hukuman gue paling ringan sendiri). Tampil di bulan Bahasa sama anak cewek IPB semua angkatan.

Gue juga jadi panitia BTS. Lalu, foto BTS bareng IPB jauh-jauh ke Sentul pas hujan. Ah, lucu juga. Oh, soal IPB, ini kelas one and only di setiap angkatan. Suka dianggap kelas anak buangan. Huh. Tagline kelas gue adalah #IPBnich. Ah, kangen itu kelas yang banyak tempelan kayak kelas anak TK.

Udah, ah. Pusing gue memikirkan ini.

Move to college life. Ini kali pertama gue menginjakkan kaki di Jawa Timur. Merantau. Asli, ini keputusan paling sotoy yang pernah gue buat. Namun, gue enggak pernah menyesalinya.

Punya geng di kampus namanya Pandapuff, isinya sembilan perempuan. Asli. Ini nama terlalu imut untuk gue. Namun, kalau enggak ada mereka, kehidupan perkuliahan gue akan ambyar dan berantakan, deh.

Selalu saling bantu kalau sama anak-anak Pandapuff, tuh! Terpacu untuk belajar atau minimal nilai enggak ada yang bikin sakit mata. Gue enggak pernah punya hubungan manis dengan teman, sih. Emang bukan style gue. Ketemu Pandapuff, ya, pelan-pelan belajar bersikap manis dan kasih perhatian dengan baik ke teman.

Di semester kedua gue ikut gabung ke komunitas JSC yang isinya anak-anak Jabodetabek yang kuliah di Malang. Main sama anak-anak JSC itu dari kumpul karena acara sampai kumpul karena iseng. Enggak nyangka gue bisa bikin JSC Thrift Shop dengan lancar dan buka puasa di Villa. One of the best moment in my college life, sih!

Lalu, ada Sucipto yang kalau gue jabarkan apa artinya kalian akan malas bacanya. Mereka adalah teman kosan, teman hidup, teman berkeluh-kesah, teman berdosa, dan teman apapun namanya. Anak asuh Mr. Anto. Kosannya di Jl. Kertoraharjo yang kalau ada dua mobil beda arah langsung macet.

Gue enggak tahu mau jelasin Sucipto seperti apalagi. Mau masuk kamar tinggal masuk. Mau pinjam make-up tinggal ambil. Mau minta makanan enggak perlu permisi. Ketinggalan barang? Tinggal lempar dari lantai tiga.

Banyak dosa dan kebodohan yang gue lakukan bersama Sucipto, sih. Ada yang gue suruh solat malah foto langit subuh lalu tidur lagi. Ada yang tiba-tiba bawa teman baru ke kosan padahal kita semua kenal semua circle-nya. Ada. Sucipto itu ibarat tempat pulang. Apalagi kalau jam 12 malam.

"PLEASE MASUK GERBANG BARENG."
"CEPETAN ITU PAK ANTO DI GERBANG."
"TITIP JAJAN DI WARUNG 2 REBU. COKLAT-COKLAT."
"PAK WIFI LEMOT, NIH, PAK. RESTART DULU, PAK."
"ANJENG, SIAPA NYANYI JAM SEGINI?! BENTAR LAGI DIMATIIN, NIH, LISTRIK."

*gelap*

Rabu, 07 Oktober 2020

DAY 25: Something Inspired of The 11th Image on Your Phone

I don't have any story behind the 11th on my phone. It's just a wallpaper, a pink one, with a blessed letter. It's just a reminder for me to always feel blessed for everything. That is all. 

Selasa, 06 Oktober 2020

DAY 24: Write About Lesson You've Learned

Wah, banyak banget. Gue akan mencoba menjabarkan pelan-pelan. Semoga bermanfaat.

Gue pernah menjadi orang yang mudah meremehkan sesuatu, terutama yang bisa dibayar dengan uang. Sampai suatu ketika, gue ditampar keadaan sulit. Kalau biasanya gue minta uang lancar, datang waktu saat gue meminta uang yang keluar adalah ocehan. Sejak saat itu, gue sadar betapa berartinya omongan teman gue "Ah, enggak, deh. Sayang uangnya. Itu enggak penting." ketika yang gue lontarkan sebelumya adalah "Bayar aja, sih, Segitu doang, kok!".

Ya, sejak itu gue belajar untuk tidak meremehkan sesuatu. Namun, apakah hal ini membuat gue menjadi irit? Oh, tentu tidak, sobat. Boros adalah jalan ninjaku.

Lalu, akhir-akhir ini gue belajar tentang hidup minimalis. Ini bukan berarti hidup dipenuhi dengan barang-barang minimalis yang estetik, ya. Secara garis besar, gue memaknainya dengan menghargai apa yang gue sudah miliki, membeli barang ketika gue butuh, menggunakan sesuatu sesuai keperluan, dan menghindari tindakan impulsif.

Meskipun gue tahu kalau gue enggak akan sepenuhnya bisa 100% minimalis, tetapi cukup membantu menekan pemborosan yang selama ini terjadi dalam hidup gue. Sekarang gue selalu mencoba menereka-nerka terlebih dahulu, apakah gue butuh, apakah gue harus membelinya, apakah gue harus menyimpannya, apakah gue harus membuangnya, dan semacamnya.

Tahun lalu, gue belajar banyak tentang keadaan diri sendiri. Gue jadi tahu banyak banget hal yang enggak terjadi sesuai dengan harapan gue dan gue harus bersiap akan itu. Gue belajar, hanya karena gue baik dengan orang lain, bukan berarti orang akan melakukan hal yang. Gue. Harus. Menerima. Kenyataan. Itu.

Gue belajar untuk melepaskan hal-hal yang melelahkan hati gue. Terkadang berjalan bersama bukanlah opsi yang baik.

Tahun lalu, gue juga belajar untuk enggak menyerah meski gue tahu rasanya enggak bisa tidur padahal sudah terjaga selama dua hari. Ya, menyelesaikan masa studi memberi tahu kalau ternyata gue sanggup melalui sesuatu yang gue kira mustahil.

Di tahun ini, ah, tahun ini nano-nano banget! Tahun ini gue semakin sadar kalau kesehatan mental itu penting. Kalau memang butuh pertolongan jangan takut untuk pergi berobat. Gue juga belajar apa yang biasa di gue, belum tentu di orang lain. Apa yang orang lain bisa lalui, belum tentu sama hasilnya di gue.

Tahun ini gue belajar untuk lebih mendengarkan. Belajar lebih memahami. Belajar untuk tidak menghakimi. Belajar kalau gue mungkin enggak tahu apa-apa tentang apa yang telah dilalui orang lain.

Mungkin gue seorang extrovert, tetapi membuka diri bukanlah pilihan pertama gue. Gue yang akan menentukan siapa yang gue izinkan untuk masuk. Namun, tahun ini gue belajar pelan-pelan untuk menerima orang-orang yang sekiranya terlihat ingin membangun hubungan dengan gue. Ternyata, enggak dikit manfaat baik yang gue rasakan dari membangun relasi.

Senin, 05 Oktober 2020

DAY 23: A Letter To Someone, Anyone

Hi, kamu!

Apa kabarnya hari ini? Semoga semakin kuat dan bisa menghadapi hidup yang kadang penuh lelucon ini, ya!

Terima kasih, ya, karena tidak menyerah hingga hari ini. Meski sakit kepala dan kokosongan menyerang dengan garang di sepanjang malam sebelum tidur.

Melihat jauh ke belakang, kamu sudah banyak berkembang, kok! Meski jauh dari kata sempurna. Jangan mudah puas, ya? Kalau Billy Joel bilang, sih, only fools are satisfied.

Terima kasih, ya, sudah mau belajar banyak tentang diri sendiri. Tahu apa yang kamu mau, apa yang kamu suka, dan apa yang menggangu. Tak apa memilih diri sendiri sebelum orang lain. Sungguh. Kebahagiaanmu penting.

Banyak, ya, keinginan yang tertuang dalam lembaran kertas di rak buku? Meski tak jarang semua terasa tak mungkin. Jangan ragu dengan mimpimu, ya? Kalau bukan dirimu yang percaya dan berusaha, siapa lagi?

Masih menurut Billy Joel, tak ada yang salah bermimpi yang banyak dan setinggi mungkin. Hanya saja, selalubl siapkan hati untuk kemungkinan terburuk. Agar sedih tak berlarut. Ingat, Vienna waits for you.~

Kalau memaafkan sulit, mungkin melepaskan adalah jawabannya. Memang, seringkali perbedaan terjadi di tengah perjalanan. Berdamailah dengan keadaan dan hatimu. Jangan terlalu larut, ya. Bukankah selalu ada pelangi setelah hujan?

Keadaan di hari ini cukup memusingkan, ya. Apakah kata sabar akan membantu? Kalau iya, bersabarlah. Mungkin akan ada waktu yang tepat di kemudian hari saat semua lebih mudah dijalani.

Sudah, ya. Selalu sehat dan bahagia. Semoga suatu hari bisa merasakan apa yang selama ini dibayangkan. Meski hidup tidak selalu mulus. Kecewa dan amarah kerap menghampiri.

P.s: Kalau make a wish yang detail. Pastikan bisa menghadapi enak dan tidaknya. I love you!

Best regards,
Yourself.

Minggu, 04 Oktober 2020

DAY 22: Write About Today

Ternyata gue masih mengecek tantangan ini setiap harinya. Rasanya pengin menyerah, tetapi ternyata gue sanggup mengerjakannya. Mungkin cerita gue enggak panjang atau punya makna, yang gue tahu, gue berhasil menuangkan isi kepala gue dalam setiap harinya dalam kata.

Hari ini gue tidur jam 07:00 dan memulai hari sejak 13:00 karena dipaksa bangun. Kepala gue masih sakit sejak kemarin sibuk memasak dan mengantar makanan yang gue buat bersama Reyfanny dan Cici.

Gue mau cerita sedikit. Sekarang gue tahu kenapa usaha makanan seringkali agak mahal, meski kita tahu harga bahan yang digunakan. Ada tenaga dan waktu yang diluangkan. Kemarin gue tahu rasanya berjam-jam di dapur, memasukkan ke wadah, membungkus, dan mengantarkannya ke orang-orang.

Oh, iya. Cerita ini tentang hari ini, ya. Gue baru saja memutuskan sesuatu. Menerima tawaran dari teman di tempat magang. Kenapa, ya, hidup suka lucu. Gue pernah mengharapkan sesuatu ini sejak berbulan-bulan lalu, eh, dia datang dengan sendirinya.

Ketika datang pun gue bingung harus berbuat dan memutuskan apa. Namun, enggak ada salahnya mencoba hal baru, kan?

Sabtu, 03 Oktober 2020

DAY 21: Write About Love

Apa itu cinta?

Sepertinya definisi soal cinta bagi setiap orang akan berbeda. Ada yang mendefinisikannya sebagai perhatian dengan berjuta pertanyaan setiap hari, membawa buket bunga atau boneka beruang coklat tiba-tiba, atau siap menjemput kapan pun dan di mana pun.

Cinta juga bisa berupa omelan Bapak saat kita pulang larut, tetapi beliau tetap terjaga sampai anaknya tiba di rumah. Atau ocehan Ibu karena lemari berantakan karena suami dan anaknya asal mengambil baju, tetapi tetap beliau bereskan?

Atau memaafkan meski tahu kalau mendapat pengkhianatan? Atau cinta adalah emosi yang mereda saat melihat seulas senyum di wajahnya?

Atau rasa sabar ketika seorang teman memintamu menunggunya meski tahu kamu akan sendirian di sana ditemani bosan? Atau rasa percaya untuk menyebutkan pin ATM saat memberi kartu untuk diambilkan uangnya?

Dia yang tak berwujud, tetapi kehadirannya sangat terasa. Cinta, definisinya tak terhingga.

Kamis, 01 Oktober 2020

DAY 19: My First Love

To be honest, I don't know what to write about. Should I write about my last relationship or the day I found out about my feelings for someone?

I'll go for the second option, okay?

It happened when I was in elementary school. My friend suddenly asked quietly, "which of the boys do you like?". I was embarrassed for a moment and he promised not to tell anyone. Happy, he didn't break his promise.

I whispered a name.

I don't know what really happened at that time. I thought my friend was crazy and I was very brave enough to answer the question so easily. lol

She asked to buy a lot of candy and told me to give the candy to other people including that person. I do it. So, we have interaction. Dude, my friend really has a mission for me.

Wait, am I always brave enough to show my feelings? Because the last time I checked it, I was the one who make a move to my last relationship. lol

So, yeah? It was my first love story.

Rabu, 30 September 2020

DAY 18: Thirty Facts About Myself

1. First Child
2. May, 17th 1998
3. Eldest
4. Have a younger sister
5. 162 cm
6. Wavy hair
7. Hairy body
8. Olive skin
9. Wear glasses
10. Pull out four teeth while using braces
11. Been in relationship more than six years
12. Love make-up
13. Love book
14. Love writing
15. Stubborn
16. Love making plan
17. 

I give up to this theme. Bye.

Selasa, 29 September 2020

DAY 17: Ways To Win My Heart

Kadang gue juga bingung karena sejujurnya gue mudah jatuh hati sama hal kecil, ya, tetapi juga jadi mudah ilfeel.

Belakangan ini, sih, gue suka dengan konsep memanusiakan manusia. Gue memperhatikan orang dari bagaimana dia bersikap terhadap orang lain. Bagaimana dia memperlakukan tukang parkir, cleaning service, dan sebagainya. Ini salah satu cara paling mudah untuk memenangkan perasaan gue.

Gue juga suka ketika orang mudah beradaptasi. Bagaiamana dia membawa diri di setiap keadaan dengan porsi yang pas. Di sisi lain, gue suka dengan orang yang berwawasan luas dan mampu memberikan pengetahuannya tanpa mengintimidasi dan merendahkan.

Kalian pernah merasa diri kalian aneh, enggak? Gue sering. Dari sini gue belajar untuk enggak menghakimi kalau seseorang itu berbeda, entah gaya berpakaian, selera musiknya, atau apapun itu (selama tidak merugikan orang lain). So, how to win my heart again? Don't be judgemental.

Gue mudah tersanjung, sih, sejujur dengan gesture kecil dari seseorang. Declaimer, hal-hal yang gue sebutkan di sini bukan hanya soal pasangan, sih. Gue menerapkan ini untuk menerima seseorang dalam hidup gue. Pertemanan contohnya.

Oh, iya, gue juga enggak suka dengan orang yang suka menyepelekan sesuatu. Terkadang apa yang enggak penting buat kita, penting buat orang lain. Jadi, ya, pintar-pintar baca keadaan sebelum banyak komentar.

Begitu kira-kira cara untuk memenangkan hati gue.


Senin, 28 September 2020

DAY 16: Someone You Miss

Saya merindukan orang itu, seseorang yang mengungkap isi hati dan pikirannya melalui untaian kata dengan lantang. Nampaknya kini ia sedang terlelap, entah kapan akan kembali terbangun. Saya merindukan orang itu, yang mampu memberikan makna dan kesan mendalam di setiap katanya.

Sesekali saya menemuinya di pantulan cermin. Ia penuh semangat dan siap mengungkapkan isi hatinya. Namun, tak jarang ia hilang kepercayaan diri. Kembali lesu dan terlelap. Saya merindukan orang itu dengan diksi dan kosakatanya yang beragam. Terkadang saya ingin memaksanya bangun dan duduk bersamanya.

Kini ia banyak berpikir, banyak mempertimbangkan, dan urung untuk mengungkapkan. Padahal tak ada salahnya beranggapan. Saya merindukan orang itu dan saya membutuhkannya.

Minggu, 27 September 2020

DAY 15: If You Could Run Away, Where Would You Go?

Awalnya gue mau jawab ke museum, tetapi seperti ada yang kurang. Mau jawab ke pantai, gue enggak sesuka itu dengan laut. Mau jawab ke gunung, gue juga enggak sebegitunya dengan kegiatan alam.

Terlintaslah suatu kota yang enggak pernah terbayang akan menjadi salah satu tempat penuh dengan kenangan.

Kalau gue bisa pergi sekarang, gue akan memilih ke Malang. Alasan paling cepat, sih, gue pengin wisuda. Namun, gue akan coba jelaskan kenapa gue memilih pergi ke kota perantauan ini.

Gue akan pilih ke Malang dengan tujuan menuntaskan tugas sebagai perantau. Bukan hal wajib, tetapi seperti belum afdol saja rasanya.

Hal yang ingin gue lakukan pertama kali adalah main ke Paralayang. Iya, gue belum pernah ke sana dari pertama kali menginjakkan kaki hingga mengucapkan selamat tinggal di akhir Desember tahun lalu.

Gue juga pengin main ke Museum Angkut. Ini juga belum pernah. Astaga, perantau macam apa gue, nih?! Gue pengin ke Sendiki dan berangkat dari pagi.

Pengin lihat pantai yang menurut orang-orang itu bagus. Sebenarnya gue pernah ke Sendiki, hanya saja kemalaman. Gue enggak bisa lihat apapun selain ribuan bintang di gelap malam.

Gue, gue ingin menikmati setiap momen di Malang dengan baik. Gue mau meninggalkan kota itu dengan perasaan lega. Terakhir gue sadar, sih, gue sedikit mengumpat kenapa gue harus merantau jauh.

Padahal kalau gue pikir lagi, banyak banget hal seru dan kenangan manis di sana yang mungkin enggak akan gue temui di Jakarta. Ya, gue pilih ke Malang untuk menuntaskan yang mengganjal di hati.

Sabtu, 26 September 2020

DAY 14: Describe Your Style

It's bad. It is.

Terlahir sebagai perempuan, tentu ada konsep feminin yang melekat. Namun, gue malah sebaliknya. Sejak kecil, ketimbang menggunakan pakaian yang feminin, gue lebih sering pakai kaus dan jeans. Hal ini tentu membuat label tomboy melekat dalam diri gue. Ditambah rambut gue selalu pendek.

Label tomboy ini sebenarnya mengurungkan niat gue untuk melakukan beberapa hal, seperti menari waktu di SD. Ah, gue menyesal. Padahal gue sangat tertarik dengan menari.

Style gue itu malah bisa dibilang jelek karena gue enggak sebegitu pedulinya. Kalau kata teman gue, sih, sudah bisa bikin malu sekitar. Gue suka enggak peduli dengan motif celana dan baju yang bertolak belakang.

Ya, biasanya, sih, gue pakai kaus dan jeans aja. Semenjak kuliah, ya, ada celana bahan dan kemeja. Ya, tetapi begitu aja. Gue selalu pilih warna basic. Hitam, cokelat, biru gelap, dan warna-warna basic lainnya.

Hal feminin yang melekat di gue sepertinya hanya make-up dan flatshoes. Gue sesuka itu sama dua hal ini.

These days gue memberanikan diri menggunakan dress. Ah, gue suka banget dengan diri gue kalau lagi pakai dress. Teman gue yang gue percaya punya selera bagus pun bilang kalau long dress fits well on me. Yeah, noted!

Belakangan ini isi keranjang di toko online adalah berbagai macam dress. Gue pun mulai menggunakan dress gue yang sudah lama tersimpan di lemari. Memberanikan diri menggunakan pakaian yang bermotif. 

Ah, senangnya. I hope I can figure out more about myself. What's about you? What's your style?

Jumat, 25 September 2020

DAY 13: Favorite Book

Gue tidak menyangka akan menuliskan nama ini. Gue pikir gue akan menulis judul buku yang memberi gue inspirasi pergi ke suatu tempat. Ternyata enggak. Gue akan menulis judul buku yang ditulis Mas Aih alias Galih Hidayatullah.

Beberapa waktu lalu Mas Aih memberika dua pdf bukunya secara gratis untuk menemani kita di rumah selama PSBB berlangsung. Syukur, gue sempat mengunduhnya.

Ini pertama kalinya gue membaca karya Mas Aih dan gue jatuh cinta dengan Seperti Bianglala, pada Sebuah Akhir Kita Memulai. Kumpulan cerita pendek dan percakapan beberapa tokoh di sini benar-benar memberikan banyak pesan tersirat.

Beberapa cerita punya plot twist yang cukup membuat hati gue kosong sesaat. Kenapa gue pilih buku ini? Kejadian-kejadian yang Mas Aih gambarkan itu dekat dengan kehidupan sehari-sehari. Kita akan merasa tertampar.

Berkali-kali gue unggah potongan-potongan cerita itu, berkali-kali juga gue mendapat balasan dari followers gue "Bukunya siapa, Fel?"

Yes, I know! This book is worth to read. Ketampar juga, kan, kalian ketika baca potongan-potongan yang gue unggah?

Cerita ini mengisahkan bagaimana akhir dari sesuatu itu bisa menjadi sesuatu yang baru. Kebukanya kesempatan-kesempatan lain. Yang lalu biarlah berlalu. Jangan sampai putus harapan.

Kamis, 24 September 2020

DAY 12: Favorite TV Series

Series ini berakhir pada 2018 dengan jumlah 8 musim. Meskipun gue tahu series ini hanya tiga tingkat lebih baik dari sinetron Indonesia penuh dengan drama, tetapi The Vampire Diaries menjadi salah satu series favorit gue.

Mengisahkan kehidupan vampire dan manusia, ya, klasik, mereka saling jatuh cinta. Diperankan oleh Nina Dobrev (Elena Gilbert), Paul Wesley (Stefan Salvatore), dan Ian Somerhalder (Damon Salvatore). 

Gue enggak mungkin menceritakan setiap bagian, kan? Karena beneran panjang dan drama banget series ini, tuh! Namun, kenapa gue tetap menyelesaikannya? The Vampire Diaries itu pelopor dalam hidup gue menonton series.

Di The Vampire Diaries universe ini ada vampire, penyihir, serigala, dan berbagai makhluk astral lainnya. Gue dibuat baper berkali-kali dengan kisah cinta Elena - Stefan dan Elena - Damon. Jujur, gue tim Elena - Damon. Cocok di serial ini, membuat Nina dan Ian pacaran di dunia nyata. Ah, gila!

Sayangnya, di musim ke-6 Nina memutuskan hengkang. Di sana gue tahu rasanya kehilangan ditinggal seseorang. Sumpah, gue patah hati. Sempat terpikir untuk enggak melanjutkan menonton serial ini, tetapi gue selesaikan juga. Syukur, tetap seru!

Awalnya gue enggak kebayang ditinggal pemeran utama. Bakal seperti apa jalan ceritanya? Ternyata penulisnya emang keren! Malah bikin penonton tambah penasaran.

Di sisi lain, saking sukanya gue dengan serial ini, membawa gue untuk menonton spin off-nya, The Original. Gila, The Original universe lebih menyayat hati karena tentang keluarga. Original vampire yang enggak bisa mati dengan mudah. Ah, parah!

The Original pun membuat universe lanjutan, Legacies, yang menceritakan anak-anak dengan kemampuan khusus. Cerita di universe ini sedikit kombinasi dari peran-peran yang ada di The Vampire Diaries dan The Original.

Gue mengikuti tiga serial drama ini. Wow, ini bukan hanya satu. Ya, tetap, semua berawal dari The Vampire Diaries. Para pemainnya terkadang masih suka bertemu dan ini bikin gue kangen berat. Namun, gue enggak sanggup kalau harus menonton ulang. Banyak banget, cuy!

Sepertinya banyak orang yang tahu The Vampire Diaries, tetapi enggak tahu dua serial lanjutannya. Jadi, kalau kalian suka drama bergenre percintaan dan keluarga, tiga serial ini bisa jadi pilihan, guys!

Rabu, 23 September 2020

DAY 11: Talk About Your Sibling

Ya, Allah. Ini manusia pasti bakal membaca tulisan ini karena kita saling mengikuti di Twitter. Namun, namanya tantangan, ya, harus dikerjakan.

Tiga tahun lebih muda, manusia ini lahir 19 tahun lalu tepat pada Hari Pendidikan Nasional. Tentu, hal ini membuat gue dan manusia ini memiliki zodiak yang sama. Iya, gue suka membahas zodiak. Emang kenapa?!

Selain zodiak yang sama, nama gue dan manusia ini pun hanya berbeda dua huruf. Kenapa orang tua gue kurang kreatif, ya? Literally beda dua huruf! Terkadang kita pun enggak tahu siapa yang lagi dipanggil.

Meskipun zodiak dan nama kita berdua sama, tetapi sifat dan sikap kita menghadapi sesuatu itu sangat berbeda.

Dengan tubuh langsing dan ramping membuat manusia ini sering dibilang enggak dikasih makan. Berbeda dengan gue. Malah aneh kalau gue enggak makan.

Punya rambut lurus dan bertekstur halus membuat manusia ini berbeda sendiri di rumah. Namun, suatu kejadian membuat rambutnya tumbuh enggak seindah dulu. Akibat potong rambut enggak izin.

Kalau gue membeli sesuatu karena butuh, manusia ini membeli sesuatu karena rasa penasaran. Kalau gue bisa setia terhadap apa yang gue lagi kerjakan, manusia ini menyerah karena rasa bosan.

"Kalau bisa menumpuk cucian kotor, kenapa tidak?" adalah motto hidup manusia ini. Dia bisa mengganti baju beberapa kali dalam sehari. Ya, meskipun gue akui everything she wears fit well on her.

Manusia ini enggak humoris, tetapi setiap ocehan dan tingkah bodohnya selalu berhasil membuat gue tertawa.
"Kenapa, sih, lu no brain banget?"
"No brain."
"Lu kerja, gih, biar gue cepet-cepet minta duit sama lu."
"Beli kopi, yuk! Tapi lu yang beliin, lah!"

Waktu gue kecil, manusia ini menjadi lawan terbaik untuk berantem. Kalau sekarang, sih, sakit juga dipukul manusia ini.

Kerjaan dia akhir-akhir ini kalau enggak bikin gue naik darah, ya, minta jajan. Kenapa juga selalu gue kasih?

Sekarang sudah membawa pacarnya ke rumah. Salim sama gue dan yang lain untuk izin pergi keluar. Woah, padahal dia akan selalu menjadi adik kecil no matter how old she is.

Gue selalu gregetan dengan anak kecil, sementara manusia ini bisa mengayomi. Gue akan mengatakan yang gue enggak suka, sementar manusia ini hanya perlu dibaca mimik wajahnya.

Apalagi, ya? Gue sudahi saja, deh, tema hari ini. Gue enggak ingin lama-lama mengizinkan manusia berada dalam otak gue. Bye.

Selasa, 22 September 2020

DAY 10: Your Best Friend



Shit. I hate this theme.

Best friend alias sahabat adalah salah satu kata beserta pengertiannya yang gue hindari untuk dibahas. Entah, gue enggak suka aja dengan konsep ini.

Gue mencari pengertian sahabat di KBBI, tetapi enggak ada yang pas di hati. Entah apa itu arti dari kata sahabat.

Kalau dari Urban Dictionary, sih, a best friend is someone who is there for you through thick and thin. It's someone who listens and understands you. Someone you can call anytime about anything you feel you need to 'tell' or 'vent'.

Gue enggak percaya dengan konsep ini mungkin karena gue tahu rasanya ditinggalkan teman tanpa alasan dan pertengkaran. Kalau kata orang zaman sekarang, sih, ghosting.

Kadang gue suka iri dan amaze kalau melihat orang punya teman dari kecil dan dekatnya itu sampai dewasa. Bukan sekedar saling kenal aja.

Gue selalu senang kalau bisa dekat dengan seseorang. Apalagi kalau kita bisa saling berbagi cerita mulai dari hal receh sampai tentang saudara jauh keluarga. Rasanya senang aja ketika seseorang mempercayai gue. 

Namun, apakah gue jadi percaya dengan konsep sahabat? Oh, tentu tidak. Bahkan, gue membatasi kalimat tersebut dengan "teman baik".

Sampai suatu hari gue ditampar dengan sebuah kalimat dari teman gue yang menurutnya gue itu melakukan sesuatu yang gue enggak percaya; persahabatan.

Setelah gue pikir-pikir, betul juga. Bagaimana bisa gue punya hubungan pertemanan dengan seseorang ketika gue dan dia saling percaya sebegitu jauhnya. Mulai dari diizinkan ambil barang di kamarnya kapan pun, cerita dari hal receh sampai soal keluarga, dan masih banyak lainnya.

Meskipun gue masih percaya kalau hubungan pertemanan itu dipengaruhi jarak. Maksud gue, ketika kita dekat dengan seseorang di suatu tempat, lalu kita harus pergi dari tempat itu, pasti cara berkomunikasi kita akan berbeda.

Ini enggak salah, sih, karena memang beberapa hal harus menyesuaikan keadaan aja.

Namun, ada sedikit orang dalam hidup gue yang tidak terpengaruh dengan kepercayaan gue di atas; jarak mempengaruhi. Ada beberapa orang dalam hidup gue yang masih sama cara berkomunikasinya no matter how far we are.

Gue punya segelintir orang yang bisa gue telpon jam 1 pagi hanya untuk mengobrol tanpa arah. Entah kenapa juga gue bisa dihubungi jam 3 pagi untuk menemani mereka. How could I do that if I don't believe about best friend thing?

Orang-orang ini spesial, sih. Mulai dari ketawa sampai tangisnya, gue tahu. Mulai dari eror sampai bijaknya pun gue tahu. Orang-orang ini masuk ke dalam bagian mimpi atau ocehan harapan gue. Entah untuk membuat a atau pergi ke tempat b.

I'm grateful for having them in my life. Mereka mengajarkan gue untuk berbagi ke orang lain, mengajarkan gue untuk peka dengan keadaan, dan mengajarkan gue untuk terus berani punya harapan.

Orang-orang terdekat gue itu ajaib. Kalau berdasarkan zodiak, sih, harusnya enggak cocok. Bahkan, hal sehari-hari aja lebih banyak cekcoknya. Namun, entah kenapa mereka masuk ke daftar orang-orang penting dalam hidup gue. Masuk ke daftar orang-orang yang enggak peduli ocehan gue penting atau enggak, gue akan kasih tahu mereka tanpa takut mereka terganggu.

Gue kenal orang-orang ini sejak masuk SMA. Kalau dihitung-hitung, ya, hampir 8 tahun. Apakah semulus itu pertemanan gue? Ya, tentu tidak, kawan. Gue yang tidak sabaran ini pernah ingin menyerah. Teman gue yang sensitif itu hanya perlu waktu. Oh, jangan lupa yang satu lagi pun enggak suka ambil pusing.

Kan, gue membahas betapa enggak cocoknya sifat antara satu sama lain. 

Apalagi, ya? Ah, sudahlah.

Gue tetap enggak suka kata selamanya, sih. Bullshit aja untuk gue. Namun, gue tetap berdoa, semoga pertemanan gue dan mereka berlangsung lama. Kalau memang waktu gue dan mereka semakin sempit, semoga karena kesibukan orang usia dewasa, bukan karena kita saling meninggalkan.

Senin, 21 September 2020

DAY 9: Write About Happiness


Wow, this is a nice question but hard at the same time. I'm the kind of person who gets excited over things easily. I could be happy just because of the food and a cup of ice coffee.

I could be happy just because of watching GOT7 and Seventeen content. I love the way they're smiling and laughing. I love the way they're mocking each other. I am happy about that.

I am happy when my mom doesn't yell at me. I will take this as a really beautiful day. I'm sorry, Mom! HAHAHA.

I'm happy when I spent my time with my sister, my boyfriend, and my friends. I'm really happy just for a little thing.

Minggu, 20 September 2020

DAY 8: The Power of Music


Papa gue pernah bilang, kalau orang yang enggak suka musik itu hidupnya bakal stres. Mungkin enggak sepenuhnya benar, tetapi gue setuju.

Siapa, sih, yang enggak suka mendengarkan musik? Menurut gue, musik itu salah satu hiburan yang paling mudah diakses. Gue bisa mendengarkan musik kapan pun dan di mana pun.

Gue mendengarkan musik sejak kecil. Lagu daerah dari kakek, lagu pop Indonesia dari om, lagu lawas Indonesiadari mama, dan lagu barat dari papa. Mendengarkan lagu zaman mereka membuat gue suka dengan lagu lawas.

Sekarang, sih, gue eksplore musik dengan sendirinya. Mulai dari mendengarkan secara acak di Spotify, rekomendasi di Twitter, atau playlist milik teman.

Gue selalu mendengarkan musik sebelum tidur. Enggak jarang juga saat gue bekerja. Meskipun terkadang mengganggu konsentrasi, sih. Gue juga bisa mendengarkan musik sambil membaca. Padahal ini enggak bagus. Jangan ditiru, guys!

Namun, gue tidak bisa mendengarkan musik sambil berolahraga seperti orang pada umumnya. Entah, gue malah jadi enggak fokus olahraga dan pusing. Aneh memang.

Gue mendengarkan segala jenis musik, tetapi paling sering pop. Belakangan gue lagi mendengarkan musik bergenre rock. Entah, gue jadi penuh energi dan bersemangat.

Musik juga membuat gue belajar alat musik. Membayangkan diri gue bermain alat musik sambil bernyanyi. Bagian ini di-skip aja, ya. Selain kemampuan main gitar gue yang belum bertambah, suara gue juga terlalu merdu.

Dua tahun masuk ke dunia K-Pop, gue enggak hanya mendengarkan musik dalam bahasa Inggris atau Indonesia saja. Gue  mulai mendengarkan musik dalam bahasa Korea yang merembet ke musik berbahasa Jepang, Cina, bahkan Prancis. Ya, musik menjadi salah satu alat buat gue belajar bahasa asing.

Selain itu, the power of music membuat gue belajar dalam pemilihan kata. Gue sangat salut dengan penulis lagu yang bisa menyampaikan perasaan atau pesannya dengan lirik yang tersirat.

Salah satu yang paling gue ingat itu lagunya Stevie Wonder - I Just Called To Say I Love You. Gue amazed bagaimana di lagu itu disebutkan 12 bulan tanpa menyebutkan nama bulannya. Coba, deh, baca liriknya.

Gue juga salut dengan penyanyi yang menggunakan musik untuk menyampaikan self love, empowerments, dan kritik suatu keadaan. Bagaimana sebuah lagu benar-benar bisa mewakili keadaan yang sedang dialami seseorang. Bagaimana sebuah lagu bisa membuat orang terdasar betapa berharga dirinya. Bagaimana sebuah lagu dapat membangkitkan semangat seseorang.

Ya, tetapi musik tetap musik. Terkadang hanya perlu dinikmati tanpa harus banyak dikomentari.

Musik juga membuat gue penasaran bagiamana rasanya bernyanyi langsung bersama penyanyi dan penggemar lainnya. Membuat gue menanti konser penyanyi yang gue suka. Bikin gue semangat menabung juga untuk mewujudkan keinginan ini. Wow, sungguh ada pengaruhnya musik ke diri gue.

Sabtu, 19 September 2020

DAY 7: Favorite Movies

Film Lady Bird dan Little Women karya Greta Gerwig

Ada banyak film yang membekas di hati gue atau memberikan sebuah inspirasi. Namun, entah kenapa dua film ini membekas di ingatan karena pesan tersiratnya sangat erat dengan kehidupan sehari-hari buat gue. Ya, meskipun banyak banget film yang merepresentasikan kenyataan.

Lady Bird - Greta Gerwig

Gue memilih film Lady Bird yang dibintangi oleh Saoirse Ronan dan disutradarai oleh Greta Gerwig. Lady Bird menceritakan kehidupan seorang remaja perempuan yang sedang mencari jati dirinya. Film ini bergenre drama dan komedi yang sukses memporak-porandakan emosi gue.

Kalau umumnya kisah remaja identik dengan kehidupan sekolah serta huru-haranya, Lady Bird menekankan hubungan seorang anak perempuan bernama Christine dengan ibunya. Christine yang ingin dipanggil Lady Bird  ini berasal dari Sacramento dan ingin keluar dari daerah tersebut saat kuliah nanti.

Adegan yang paling gue ingat dari film ini adalah saat Lady Bird loncat dari mobil yang sedang dikendarai ibunya dan ucapan Lady Bird kepada ibunya bahwa dia akan mengganti semua uang yang ibunya pernah keluarkan untuk membiayainya. Sial. Bagian ini pahit banget buat gue.

Komunikasi Lady Bird dengan ibunya bikin gue sakit kepala. Kalau kalian kira hubungan mereka itu buruk karena jarang berkomunikasi, tebakan kalian salah. Mereka saling menyayangi dengan bahasa cinta yang berbeda. Repot, kan?

Di sisi lain, seperti remaja pada yang sedang mencari jati dirinya, Lady Bird menjadi keras kepala, pemberontak, dan seakan paling tahu apa yang dia inginkan dalam hidupnya. Sedangkan sebagai orang tua, ibunya Lady Bird sangat protektif dan juga seakan paling tahu apa yang terbaik untuk anaknya.

Apa kalian tidak asing dengan situasi ini? Ya, gue rasa hampir semua orang melalui keadaan ini. Sebuah proses saat menginjak usia remaja menuju dewasa. Gue sangat salut dengan Greta Grewig sebagai sutradara sekaligus penulis film ini. Greta berhasil membangun percakapan yang terasa menyakitkan, menampar, dan mengharukan di satu waktu.

Akting pemeran Lady Bird dan ibunya patut diacungi dua jempol! Pemeran-pemeran lainnya juga melengkapi jalan cerita yang disuguhkan menjadi semakin ciamik.

Little Women - Greta Gerwig

Lagi-lagi, film dari Greta Gerwig gue pilih sebagai salah satu film favorit gue. Little Women dibintangi oleh Saoirse Ronan, Emma Watson, dan bintang film papan atas lainnya. Film ini di adaptasi dari novel klasik dengan judul yang sama karya Louisa May Alcott.

Little Women menceritakn kisah Jo (Saoirse Ronan), Meg (Emma Watson), Amy (Florence Pugh), dan Beth (Eliza Scanlen), empat perempuan bersaudara yang memiliki mimpi serta pandangan yang berbeda terhadap pernikahan. Jo ingin menjadi seorang penulis terkenal, Meg menyukai akting, Amy ingin menjadi pelukis, dan Beth mencintai musik dan suka bermain piano.

Sejujurnya gue sangat fokus dengan Jo dan Meg dalam menyikapi mimpi dan pernikahan. Menurut mereka, pernikahan adalah salah satu tanda berakhirnya masa kecil yang bebas. Jo, tidak percaya pada pernikahan dan berpikir bahwa seorang perempuan tidak harus menikah untuk bisa sukses.

Ada adegan saat Jo membujuk Meg yang kala itu memutuskan untuk menikah. Jo mengatakan bahwa pernikahan itu tidak begitu penting. Ia mengajak Meg untuk tumbuh bersama menggapai mimpinya menjadi artis. Di bagian ini gue ditampar sebuah kenyataan bahwa prioritas hidup orang itu memang beda-beda.

Meg mengatakan bahwa ia ingin menikah dengan laki-laki yang ia cintai itu. Mimpinya saat ini memiliki keluarga dan mengurus keluarga kecilnya. Gue cukup sakit kepala saat mendengar kalimat dari Meg, tetapi salah satu ucapan Meg membuat gue terenyuh.

"Just because my dreams are different than yours, it doesn't mean they're unimportant."

Gue mendapat pelajaran kecil yang sangat berharga dari film yang gue tonton beberapa bulan lalu ini. Kalau boleh dikatakan, ya, gue satu tim dengan Jo. Namun, ucapan Meg ini di film ini membuat gue sadar kalau, ya, pernikahan mungkin salah satu tujuan hidup seseorang dan itu enggak salah.

Memang prioritas dan tujuan hidup orang berbeda-beda. Apa yang baik untuk gue, belum tentu untuk baik orang lain. Vice versa. Begitu pun sebuah mimpi.

Itu dua dari berbagai film favorit gue yang sangat membekas di hati. Menurut gue, dua film ini menggambarkan kejadian-kejadian yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. I really recomend you to watch Lady Bird and Little Woman. These movies are great as hell.

Jumat, 18 September 2020

DAY 6: Single and Happy



Woah, I thought I should skip this theme because I've been in a relationship for almost 7 years. But it's okay! I'll try my best to use another perspective on being "single" and happy.

Gue akan menulis tema ini dengan posisi saat me time atau menghabiskan waktu tanpa pacar. Menulis ini bukan berarti gue enggak suka saat menghabiskan waktu bareng pacar, kok. Namun, kita semua pasti butuh waktu dengan diri sendiri, kan?

What am I doing in "me time"?

Biasanya, ketika gue sudah mengabari pacar dan enggak ada obrolan lagi, gue akan bilang kalau gue ingin membaca buku atau menonton film. Enggak jarang juga gue melakukan fangirling.

Rasanya? Gue sangat menikmati waktu dengan diri gue sendiri. Senang karena gue tetap bisa melakukan hobi atau sesuatu yang gue suka tanpa diganggu oleh siapapun.

Apalagi, akhir-akhir ini gue fangirling boyband asuhan Pledis Entertainment yang selalu punya konten setiap minggu. Ada yang bisa tebak? Gue punya me time setiap hari Senin untuk menonton Going Seventeen. Ah, senangnya melihat para calonku. Melihat ketampanan 13 laki-laki yang ada di Korea Selatan sana. #AkibatFangirling

Oh, iya, masuk ke dunia K-Pop membawa gue kenal dengan fanfiction. Sebenernya gue tahu, sih, tetapi enggak sebegitunya. Sekarang gue suka baca karya para fans lainnya. Biasanya, ya, dalam bentuk tulisan.

Jadi, kalau dulu gue kenal me time itu soal merawat tubuh, belakangan ini gue memaknainya dengan melakukan hal yang gue suka. Baca fanfiction itu salah satunya.

Terkadang gue pun menghabiskan waktu bareng teman-teman. Entah kumpul tiba-tiba atau video call empat jam non-stop tanpa diganggu oleh apapun dan siapapun.

Salah satu hal yang patut gue syukuri di pertemanan yang gue punya adalah jarang banget pada pegang handphone kalau lagi kumpul. It's really our quality time.

Apalagi, ya? Kira-kira itulah kegiatan gue saat menjadi "single" and happy. Ya, gue harus pintar membagi waktu. Tentu, gue juga harus paham kapan gue butuh waktu untuk diri sendiri.

Kamis, 17 September 2020

DAY 5: Your Parents



As a child, we may have imagined having someone's parents. Because we don't get what they have. As a child, we may have wondered why we were not born into other, better families. Then I realized, nothing is perfect, and neither is a family.

Of course, my parents had a big role to play in shaping who I am today. I am very grateful. There are many things from them that I can learn. So if I ever decide to become a parent, I know what makes me feel good and what doesn't.

My mother was born in Jakarta. She has Javanese and Minang bloodlines. I thought she never got old. Ah, it's just her hair, her hair is turning white. Overall, her face was still the same as ten years ago. She's one of the strongest people I have ever met. She is independent. I really like the way she makes money. It feels like the Minang bloodline is working well on her! She always finds a way.

Se never forced me to do anything. She let me decide everything I wanted to do. We always discuss everything. Yes, of course not as smooth as I tell you because she rules the world (read: home). As a Taurus, I can't just say yes. As a Cancer, she is too sensitive. You can imagine if we have different perspectives.

Ah, she's too kind. She took care of everything. I really hate it. She couldn't just choose herself and her safety. She always burns herself for her family. That doesn't mean I hate my big family, no. Our relationship is fine. Sometimes she just forgets that some problems are not her responsibility.

Overall, her taste for things didn't affect me at all. Her life is straight as a ruler. No favorite music, no favorite movie, yeah, it's kind of boring about this.

But, she always tries her best for her family, and us, her children. I remember the day I asked her to buy a bike, and she bought it the next week. I remember the day I told her I needed a bracket and she asked me to go to the dentist and make an appointment. Of course, my life is not that smooth, it gets harder if I can say it. But I am very grateful to have that moment.

How about my dad? He was born in Bukittinggi and has Minang bloodline. He is one of the calmest people I have ever met. I don't like it. We couldn't communicate well. My mom and dad have been in long-distance marriage for nearly 17 years. So yeah, technically I only see him a week a month.

Have you ever felt strange with your father existence around you? It sounds terrible but I ever felt it. That happened when he decided to move to Jakarta five years ago. Yes, it's because I rarely see him. But now I have overcome this feeling.

When my mother criticizes everything, my father doesn't care at all. Yes, if you think I'm talkative, but sometimes I don't care at all, you know where it comes from.

He is one of the coolest people I have ever known. If you have ever imagined being praised by your parents, I got it from my father. I remember the day when I was homesick, he just told me he was proud of me because I had come that far.

If you've ever imagined being hugged by your parents and they say they miss you, I got it from my father. I remember the day when I came back from my studies, he opened his arms and told me to hug him because he missed me so much.

He spent his youth very well. Traveling around Indonesia with his friends. Take lots of photos and create lots of memory. I really envy this part!

I really like the way he expresses his feelings even though he doesn't do it often. His taste for things really influenced me. His taste in music influenced my playlist today. He allowed me to come to any concert I wanted while my mother didn't.

He also taught me about something I always remember, "Don't show off. That's tacky."

Rabu, 16 September 2020

DAY 4: Places You Want To Visit


Kalau ditanya tentang hal ini, sepertinya daftar tempat yang ingin gue kunjungi seiring berjalannya waktu terus bertambah, deh. Mulai dari tempat-tempat yang masih terjangkau dengan jalur darat hingga harus naik pesawat dan melewati banyak tempat.

Ada satu kota yang muncul ketika gue membaca tema tantangan hari ini. Kota yang selama ini gue simpan dalam kepala sejak duduk di bangku SMP tingkat pertama. Ya, gue tahu kota ini jauh sebelum membaca suatu novel. Nama negaranya pun muncul dalam permainan monopoli. Menjadi salah satu negara yang kalau dipijak pemain, membuat pemiliknya mendapat uang banyak.

Dulu, gue tahunya kota ini menjadi salah satu kota teromantis di dunia. Padahal menurut orang-orang yang pernah ke sana dan travel blogger yang gue ikuti, tidak sedikit pencopetan terjadi di sekitar ikon menara kota tersebut. Namun, tetap tidak menyurutkan niat gue untuk mengunjungi kota yang dijuluki pusat mode dunia.

Menyelami berbagai informasi tentang kota ini membuat gue sadar kalau gue suka dengan bangunan-bangunan tua beserta sejarah di dalamnya. Bahagianya, kota yang ingin gue sambangi suatu hari ini dekat dengan negara-negara lainnya. Negara itu pun tidak kalah akan sejarah dan bangunan tuanya. Ya, sekali mendayung, tiga negara bisa terlampaui kalau jalan-jalan ke sini.

Sepertinya gue harus berterima kasih dengan novel Andrea Hirata yang berjudul Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Mengingat bagaimana Ikal memandangi kotak dengan gambar menara Eiffel pemberian A Ling. Membawa kakinya melangkah keluar dari kota kecil Belitong hingga menempuh pendidikan di Universitas Sorbonne, Prancis.

Hal itu membuat gue penasaran, dan berucap "Menara Eiffel dan Sorbonne itu seperti apa, ya, bentuknya? Pokoknya gue harus ke sana. Sekolah juga apa, ya? Ya, minimal gue ke sana, deh, suatu hari nanti!" dalam hati. Ya, semoga terwujud.

Apakah berhenti di sini? Tentu tidak. Seperti yang gue katakan di atas. Selain negara-negara di Eropa sana, terjun ke dunia K-Pop membuat Korea Selatan dengan lantang masuk ke dalam daftar tempat yang ingin gue kunjungi.  Bahkan ini menjadi salah satu rencana tak terduga antara gue dan teman-teman gue yang terjebak dunia K-Pop dan tidak bisa keluar dari sini.

Meskipun belum tentu bertemu anggota GOT7, Seventeen, atau NCT, paling enggak gue bisa bernafas di kota yang sama dengan mereka. #AkibatFangirling

Ada satu kota lagi yang entah kenapa memang punya magis tersendiri. Sebenarnya ini wildest dreams of mine, sih. Entah apa yang gue cari di kota ini. Kalau kata seorang penyanyi, enggak ada yang enggak bisa dilakukan di kota ini. Kota yang lampunya enggak pernah redup.

Dituangkan dalam lagu yang dinyanyikan oleh Alicia Keys dan Jay Z dengan judul Empire State of Mind.

In New York, concrete jungle where dreams are made of

There's nothin' you can't do

Now you're in New York

These streets will make you feel brand new

Big lights will inspire you

Let's hear it for New York

Seru kali, ya, akting menjadi citizens di sana? Enggak ada tujuan liburan tertentu. Berjalan santai di Times Square pas malam atau bersantai di Central Park. Eh, ini terdengar seperti turis pada umumnya, ya?

Ya, sepertinya gue akan tetap menjadi turis pada umumnya. Gue pengin banget ke jembatan Brooklyn. Selain itu, ke Manhattan dan lihat Manhattanhenge. Gue mau lihat matahari di ujung gedung di Manhattan ini karena baca novel Sunshine Becomes You milik Ilana Tan.

Yup, lagi-lagi novel yang menginspirasi tempat-tampat yang ingin gue kunjungi. Namanya juga inspirasi, ya, bisa datang dari mana aja. Gue pengin juga, sih, ke Iceland untuk melihat Aurora dan ke Swiss untuk main salju. Namun, tiga tempat itulah yang bersarang dalam-dalam di kepala gue. Tuh, kan! Semakin dipikirin, semakin banyak tempat yang ingin gue datangi!

Anyway, berhubung di Indonesia enggak ada salju, sepertinya seru, ya, menghabiskan musim dingin di kota-kota tersebut? Gimana? Yang sudah pernah, tolong ceritakan pengalaman kamu ke aku segera.

Selasa, 15 September 2020

DAY 3: A Memory

 

Sejujurnya, gue selalu lupa kalau gue sedang mengikuti tantangan menulis selama 30 hari. Gue selalu mengingatnya beberapa jam sebelum hari berganti. Ini hari ke-3 dan hal yang harus gue tulis adalah memori. Tangan gue berhenti bergerak saat ingin menulis tema ini. Monolog dengan diri sendiri pun enggak bisa dihindari.

Memori apa yang akan gue kenang dan tulis? Memori sebelah mana yang harus gue buka pintunya? Senang, kah? Sedih, kah? Pahit, kah? Atau yang mana?

Kini mereka menggedor dengan kencang meminta izin untuk keluar. Mengetuk dengan sekuat tenaga ketika mata gue mulai membaca kata "A Memory". Mereka saling unjuk diri siapa yang paling kuat agar dituliskan dalam tantangan hari ini.

Namun, akan berapa kali scroll pembaca gue nanti kalau gue tuangkan semua di sini?

Kalau bisa diutarakan, diri gue hari ini sebagian besar terbentuk karena memori-memori di masa lalu. Seperti kata orang pada umumnya, guru terbaik itu pengalaman. Pengalaman-pengalaman itulah yang kini gue simpan dalam-dalam di kepala.

Seringkali di suatu malam saat mata enggak sanggup terpejam walau lampu telah padam, memori-memori itu muncul, entah untuk menghadirkan senyum atau umpatan kasar karena tindakan bodoh di masa lalu. Kemudian, mengucap dalam hati "Seandainya..." "Ah, kalau saja waktu itu gue..." berkali-kali.

Meski tidak sedikit memori yang membuat kedua sudut bibir gue tertarik ke atas lalu berucap "What have I done to deserve someone like you?", "Do I deserve this happiness?". Memori-memori ini seringkali membuat gue ingin mengulang hari, mengunjungi lagi tempat yang telah gue kunjungi, merasakan lagi apa yang pernah gue rasakan, dan kembali membuat percakapan di kepala "Can we back to that time right now and live in that moment for a while?"

Sayang, memori juga efek magis yang menakutkan; kekosongan. Membuat gue berusaha sekuat tenaga untuk membuang bagian itu. Namun, manusia enggak pernah bisa memilih memori mana yang ingin disimpan dan buang. Semua menjadi satu paket antara satu sama lain yang seringkali datang tanpa persetujuan. Mungkin ini yang namanya kenyataan, enggak selalu menyenangkan.

-

Dear self, I hope you live your life to the fullest, make the best memories, so that your head will be full of the best. To make your lips lift up beautifully and to make tears of joy.

With love,
yourself.

Senin, 14 September 2020

DAY 2: Things That Make You Happy


Kalau saja pertanyaan ini sebuah benda, maka akan gue jadikan salah satu jawabannya. Kalau saja waktu adalah sebuah benda, maka juga akan gue pilih sebagai jawabannya.

Namun, yang ditanyakan adalah benda apa yang membuat gue bahagia?

Buku

Sebenarnya banyak sekali hal yang membuat gue bahagia. Buku salah satunya. Gue memilih buku karena gue hobi membaca sejak gue duduk di bangku SMP. Membaca buku itu salah satu cara gue mendapat pandangan baru atas sesuatu. Mendapat cara baru untuk memaknai hal. Membaca buku membuat gue tahu, banyak situasi nyata yang lekat dengan kehidupan kita sehari-sehari, tetapi luput dari pandangan.

Overall, gue suka sama buku yang bergenre slice of life, romantis, dan petualangan. Gue sangat menghindari membaca genre horor karena gue enggak suka membayangkan situasi yang terjadi di buku tersebut. Apakah gue pernah coba? Ya dan gue kapok. Thank you, next!

Makanan dan Minuman

Benda lainnya yang membuat gue senang adalah makanan dan minuman. Kayaknya semua orang dibuat senang dengan dua hal ini. Kalau menurut teman gue, lidah gue itu hanya kenal kata "enak" dan "enak banget". Meskipun gue termasuk yang monoton. Gue akan makan dan minum yang itu-itu saja.

Entah kenapa gue selalu merasa senang kalau ketemu sama makanan. Apalagi kalau seseorang memberikan makanan atau camilan favorit gue. The feeling is really good! It feels like someone is really paying attention to me.

Sayangnya, kalau minuman gue hanya mengenal tiga rasa, kalau enggak coklat dan es teh manis, ya, kopi. Gue tahu, sih, ini enggak sehat. Gue selalu berusaha untuk konsisten agar mengkonsumsi minuman ini hanya dua gelas per hari.

Gue juga enggak bisa kalau enggak minum minuman dingin dalam sehari. Bisa cranky parah! Kalau gue sudah menghabiskan jatah dua gelas sehari itu, gue mengakalinya dengan minum air putih ditambah es batu.

Fun fact, memberikan makanan dan minuman ke orang lain itu membuat hubungan kalian lebih hangat dan akrab, loh!

Make-up

Hal membahagiakan lainnya adalah make-up. Gue sudah tertarik dengan alat untuk merias wajah ini sejak SMA. Waktu gue ikut ekstrakurikuler saman di mana harus dandan, ini menjadi bagian yang menyenangkan meski hati sedang cemas karena akan tampil depan banyak orang.

Mulai dari sana gue mencari tahu apa saja make-up itu. Mulai dari foundation, eyeshadow, blush on, dan sebagainya. Gue mulai suka nonton tutorial make-up, mencari tahu teknik-tekniknya, dan masih banyak lainnya.

Dua hal yang paling gue suka itu lipstik dan eyeshadow. Gue punya belasan koleksi lipstik dan 6 di antaranya dari merek yang sama. Wow, betapa setianya gue kalau sudah suka sesuatu. Untuk eyeshadow, gue suka banget sama style western. Warna eyeshadow dan lipstik yang selalu gue pakai juga yang bold.

Teman gue sudah hafal banget sama style make-up gue. No bold, no Felly.

Handphone

Ya, gue memasukkan handphone ke dalam benda-benda yang membuat gue bahagia. Ini bukan perkara gue bisa membuka media sosial sepuasnya, unggah foto di Instagram kapan pun, atau membuat tweet dengan mudah. Buat gue, memaksimalkan penggunaan handphone itu sangat mempermudah banyak hal dan ini membahagiakan.

Belakangan ini gue sadar kalau gue bisa bekerja dengan benda kecil di genggaman gue ini. Gue bisa menonton serial favorit gue kapan pun dan di mana pun tanpa repot membuka laptop terlebih dahulu. Hal lain yang menjadi pertimbangan untuk memilih benda ini adalah gue juga bisa membaca buku di sini.

Emang gue anaknya ingin sepraktis mungkin. Jadi, kemudahan ini membawa kebahagiaan tersendiri untuk gue. Ya, meskipun enggak jarang gue ingin mematikan benda ini untuk beberapa jam dan enggak diganggu siapa pun.

Uang

Ini enggak perlu dijelaskan lebih lanjut, kan, ya? Who doesn't love this one?

Minggu, 13 September 2020

DAY 1: Describe Your Personality

Foto: Pixabay

Banteng adalah simbol untuk waktu kelahiran gue. Jadi, kalau menurut zodiak, gue adalah orang yang teguh pendirian alias keras kepala. Kalau buat gue, ini bukan sekedar keras kepala, tetapi argumentasi yang orang lain berikan harus lebih masuk akal dari apa yang sudah gue pikirkan. Seringnya, orang lain enggak bisa mengubah pandangan gue terhadap sesuatu.

Waktu usia gue remaja, teman gue pernah mengirim pesan ke orang tua gue untuk menasihati gue agar enggak bicara sembarangan. Menurutnya, gue terlalu jujur. Sejak itu gue sadar, itu bukan hanya kalimat atau kata-kata yang gue pilih, tetapi juga cara gue berkomunikasi.

Pesan dari teman gue tetap enggak menghentikan gue untuk jujur ketika dimintai pendapat, tetapi mengubah cara gue menyampaikannya. Oh, iya, gue pikir hal ini menghentikan orang lain untuk meminta pendapat gue, tetapi beberapa orang memang butuh ditampar oleh kenyataan lewat mulut ini. *lol*

Sifat keras kepala ini membuat gue selalu berpikir logis. Gue enggak peduli kalau itu menyakitkan selama itu benar dan masuk akal. Oh, tenang, ini gue di sekian tahun lalu. Ya, mungkin masih ada sisanya saat ini. *lol*

Sekarang gue sadar kenapa Tuhan juga menciptakan hati. Meskipun sering membuat pemiliknya gundah karena bingung harus memilih yang mana. Ya, karena hidup memang tidak sehitam putih itu. Banyak warna yang ikut berperan. Enggak semua hal harus di koreksi dengan isi kepala. Banyak hal yang butuh dilihat dengan nurani.

Namun, pikiran logis ini bisa membawa gue untuk selalu berada di tengah. Gue selalu berusaha untuk memberikan orang lain kesempatan untuk menjelaskan dan mengizinkan diri gue untuk mendengarkan. Gue harus tahu apa alasan orang lain melakukan sesuatu. Mungkin ada faktor yang harus gue pahami, kejadian tidak terduga yang datang, atau kebohongan yang orang lain simpan. Jadi, gue bisa menimbang-nimbang di sana.

Gue selalu senang untuk berkomunikasi langsung dengan orang lain. Mendengarkan cerita atau pandangan mereka terhadap sesuatu. Bertukar pikiran mulai dari hal kecil hingga serius. Enggak terlalu sulit untuk gue memulai dan membangun percakapan.

Apakah gue takut kalau sendirian? Ya, enggak. Cuma gue merasa mendapat energi tambahan kalau ada orang di sekitar gue. Anyway, orang selalu segan dengan gue saat pertama kali bertemu. Menurut mereka, gue itu galak karena muka gue yang judes. Babe, i am really sorry for my resting bitch face. Kalau sudah kenal gue juga paham kalau sebenarnya gue itu cukup cerewet.

Orang juga mengira gue itu cuek. Apalagi kalau harus menghadapi teman yang sedang sedih. Gue seringkali enggak tahu bagaimana menunjukkan afeksi gue ke mereka. Gue pribadi enggak suka skinship dan enggak mungkin juga memberikan pendapat yang enggak diminta. Maka diam saja sampai mereka tenang adalah jalan ninjaku.

Namun, kalau kalian butuh orang yang bisa dihubungi kapan pun terutama di sepertiga malam saat gundah menyerang, kontak gue adalah jawabannya.

Percaya enggak kalau gue bilang sebenarnya gue itu cengeng dan perasa? Gue mudah banget untuk nangis akan hal-hal kecil. That's why I hate it when I see sad things. I hate looking weak and when I cry, I'm ugly.

Sebagai orang Jakarta yang menggunakan lo - gue, gue malah suka ketika gue bisa menggunakan aku -  kamu saat berbicara dengan orang lain. Namun, dengan ekspresi muka yang galak ini, membuat banyak orang protes kalau gue bersikap lembut dan manis. Dasar kalian!

Kadang gue berpikir kalau gue enggak bisa punya hubungan yang lama dengan orang lain. Namun, setelah gue lihat-lihat ke belakang, i have been maintaining my relationship and friendship for over seven years. I am really growing up with them. Mulai dari main di Cengkareng dan sekitarnya, sampai ke luar kota. Wow, tahan juga, ya, orang-orang sama gue.

Kalau kata orang, semakin tua, pertemanan itu semakin sempit. Kalau di kepala gue, selama gue bisa membangun hubungan baik dengan orang lain, kenapa enggak? Gue selalu mengusahakan yang terbaik kalau gue punya hubungan. Bahasa kerennya, sih, keep in touch. But, once you cross the line, goodbye. I don't like having enemies, so let's be strangers again.

Anyway, gue suka terlibat dalam proses perencanaan. Seru aja rasanya menyusun rencana, keuangan, dan hal mendetail lainnya. Waktu gue ke Bandung tiga tahun lalu, gue dan beberapa teman lainnya menjadi pengurus dadakan. Mulai dari pesan tiket, pilih tempat wisata, pilih penginapan, hingga bayar jajanan. Seru rasanya tahu proses sesuatu, tuh!

Gue selalu tahu apa yang gue mau dalam hidup. Meskipun kenyataan sering menghampiri dengan pahit. Hal yang membuat gue sadar tentang hal ini adalah saat gue pernah bercitra-cita ingin menjadi penulis, memilih jurusan sekolah, dan universitas.

Sayangnya, gue tidak memikirkan dengan detail dan percaya diri ingin menjadi penulis apa. Meskipun begitu, puluhan artikel online di beberapa blog besar dan majalah remaja, tercantum nama gue. Oh, iya. Waktu sekolah gue menanamkan di kepala dengan kuat kalau gue akan memilih jurusan Bahasa dan akan memilih Universitas Brawijaya. Fyi, gue sudah ditawarkan masuk jurusan lain karena Bahasa dianggap untuk anak-anak tidak pintar dan gue pun dilarang keluarga untuk merantau. But I did it!

Namun, sebagai orang yang suka perencanaan dan stabilitas, perubahan mendadak cukup membuat sakit kepala dan cemas. Padahal banyak perubahan yang sebenarnya membawa kebaikan, kan? Semoga gue selalu bisa mengenal diri gue dengan baik dan terus belajar untuk memperbaikinya.

Menurut kalian, seberapa tepat penjelasan di atas dengan Felly versi kalian? xoxo.

Sabtu, 12 September 2020

Review: Snail Truecica Miracle Repair Serum by Some By Mi

Snail Truecia Miracle Repair Serum by Some By MI

Kali ini aku ingin bercerita soal serum yang belakangan ini sedang aku pakai. Aku sudah pakai serum dari Some By Mi ini sekitar 2 minggu.

Apa aja, sih, yang aku rasakan setelah pakai serum ini secara rutin?

Pertama, aku mau membahas soal kondisi kulitku. Kulitku itu berminyak, pori-pori sedikit besar, ada bekas jerawat, dan warna kulit yang tidak merata terutama bagian dahi.

Serum Snail Truecica ini berukuran 50 ml dengan kemasan berwarna merah yang simple dan praktis. Serum ini mengandung 890.000 ppm Black Snail Truecica Complek yang berkhasiat untuk melembabkan dan membantu menghaluskan tekstur kulit.

Sebelum melihat hasilnya, tentu aku ingin tahu terlebih dahulu apakah aku cocok dengan produk ini. Caraku adalah dengan hanya menggunakan serum ini setelah mencuci wajah saat malam hari.

Kulitku itu cepat bereaksi terhadap suatu produk. VoilĂ  ! Ternyata enggak timbul jerawat di kulit wajahku.

Setelah membersihkan wajah dengan micellar water & facial wash, aku aplikasikan Snail Truecica. Aku hanya pakai 1 pump untuk seluruh wajah.

Kesan pertama yang aku rasakan saat pakai serum ini adalah wanginya seperti obat herbal, teksturnya cair namun sedikit lengket, dan cepat meresap di kulit. Hal pertama yang sangat terasa di pagi hari setelah pakai Snail Truecica adalah tidak ada minyak berlebih. I'm surprised! Iya, saat itu aku pakai serum ini tanpa tambahan produk lain.

Setelah 2 minggu lebih pakai Snail Truecica, selain minyak yang sangat terkontrol, terasa kalau warna kulit merata dan tentu bekas jerawat memudar. Wajah jauh lebih halus. Namun, untuk pori-pori tidak ada perubahan yang signifikan.

For your information, adik aku juga pakai serum ini. Kondisi kulit dia adalah berminyak dan bruntusan. Menurutnya, wajah dia jadi tidak terlalu berminyak dan beruntusannya berkurang.

Kesimpulan dari pemakaian rutin selama hampir dua minggu buatku dan adikku adalah Snail Truecica sangat membantu mengontrol minyak di wajah, meratakan warna kulit, dan mengurangi beruntusan.

Kalau ditanya apa kurangnya dari produk ini? Jujur, harganya cukup mahal karena di atas Rp300.000 (Official store Some By Me Indonesia di Shopee). Tetapi banyak juga yang jual di bawah harga itu. Belanja itu emang harus pintar-pintar mencari online shop yang murah dan terpercaya, ya!

Itu dia review Snail Truecica Miracle Repair Serum by Some By Mi dari aku. Secara keseluruhan, aku suka sama produk ini!